Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan Menyesakkan
Bab 30 -
Tak butuh waktu lama bagi kabar itu untuk menyebar ke seluruh Kerajaan Taewon. Putra Mahkota Arion, yang selama ini dikelilingi oleh berbagai spekulasi tentang siapa yang akan menjadi Putri Mahkota, kini diberitakan telah memiliki wanita yang dicintainya. Berita itu menyebar dengan cepat seperti api yang menjalar di padang rumput, memenuhi istana dan seluruh kerajaan.
Namun, hanya Rere dan Arion yang tahu kebenaran di balik berita tersebut-bahwa malam sebelumnya, mereka telah membuat kesepakatan kontrak pernikahan. Meski di luar terlihat seperti kisah cinta romantis, kenyataannya adalah pernikahan ini hanya akan berlangsung selama enam bulan, sesuai permintaan Rere.
Sejak kabar itu tersebar, Rere merasakan adanya perubahan. Setiap kali dia berpapasan dengan Putra Mahkota, ada rasa canggung di antara mereka. Terkadang, Arion tampak segan dan menjaga jarak, namun di lain waktu dia tampak lebih akrab dari biasanya. Perasaan yang bergejolak dalam hati Rere semakin membuatnya sulit untuk memisahkan pernikahan kontrak ini dari apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Suatu sore, saat mereka sedang duduk di taman yang sama, Arion tiba-tiba angkat bicara, memecah keheningan di antara mereka. Matanya tertuju ke arah bunga-bunga yang mekar, namun jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Rere," ucap Arion pelan, suaranya penuh dengan pertanyaan yang menggantung di udara. "Apakah kau benar-benar yakin... hanya ingin menikah kontrak selama enam bulan?" Rere menoleh, menatapnya dengan penuh perhatian. Dia tahu bahwa pertanyaan ini bukan hanya tentang kontrak-ini lebih dari itu. Arion ingin tahu apakah enam bulan cukup bagi mereka untuk menyelesaikan semua hal yang belum terucapkan. "Apa waktu itu terlalu cepat bagimu?" tanya Arion, suaranya terdengar ragu, seolah dia ingin memperpanjang waktu itu namun tidak tahu bagaimana mengatakannya.
Rere menghela napas panjang, berusaha menemukan kata-kata yang tepat. "Enam bulan adalah waktu yang cukup bagiku, Arion. Aku tahu ini hanya sebuah kontrak, dan aku tidak ingin memperpanjangnya lebih dari itu."
Arion menatapnya dalam diam, dan untuk sesaat, tidak ada yang berkata apa-apa. Mereka berdua tahu bahwa pernikahan kontrak ini adalah langkah praktis, namun ada sesuatu di antara mereka yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah-sebuah perasaan yang terus menggantung di udara.
Rere, meskipun tampak tegas dengan jawabannya, tidak bisa memungkiri bahwa hubungan mereka menjadi semakin rumit. Apakah enam bulan cukup bagi mereka untuk menyelesaikan segalanya? Ataukah waktu itu terlalu cepat bagi Arion untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya dia rasakan?
Namun, meski hatinya dipenuhi keraguan, Rere tetap teguh pada keputusannya. "Enam bulan, Arion, Itu yang kita sepakati."
Arion hanya mengangguk, meskipun ada kilatan lain di matanya sebuah tanda bahwa mungkin, enam bulan itu tidak akan cukup baginya untuk melupakan Rere.
Di kediaman Vorbest, suasana yang biasanya tenang berubah menjadi penuh dengan kericuhan dan huru-hara. Kabar mengejutkan tentang Putra Mahkota Arion yang sudah memilih wanita lain sebagai Putri Mahkota menyebar dengan cepat di seluruh kerajaan. Namun, berita itu menghantam keluarga Vorbest dengan sangat keras. Mereka yang selama ini berambisi menjadikan Areum sebagai Putri Mahkota kini menyadari bahwa harapan mereka telah pupus.
Di dalam aula besar kediaman Vorbest, tetua keluarga tampak berkumpul dengan wajah penuh kemarahan. Robin De Vorbest, kepala keluarga, berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi yang penuh amarah. Iloyd, adik Areum, berada di sampingnya, tampak gelisah. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa Arion akan memilih wanita lain, mengingat ambisi keluarga Vorbest untuk mengangkat Areum ke posisi itu.
"Bagaimana bisa hal ini terjadi?" seru Robin, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Selama ini kita telah berusaha keras untuk menjadikan Areum sebagai Putri Mahkota, dan sekarang... kita tidak pernah mendengar kabar tentang siapa wanita yang dia pilih!"
Areum, yang berdiri di sudut ruangan, tampak hancur. Hatinya berkeping-keping saat mendengar bahwa Putra Mahkota Arion telah memilih wanita lain. Mimpinya untuk menjadi Putri Mahkota dan berdiri di sisi Arion seolah-olah menguap begitu saja. Matanya dipenuhi air mata, namun dia berusaha keras untuk menahan perasaannya di depan keluarga besar.
Tetua keluarga Vorbest, yang memiliki pengaruh besar, langsung berdiri dengan kemarahan yang tak terbendung. "Ini tidak bisa dibiarkan! Kita harus segera pergi ke istana dan menuntut penjelasan dari Arion. Bagaimana mungkin dia mengabaikan kita setelah semua yang kita lakukan?"
Areum menundukkan kepalanya, merasakan kehancuran yang mendalam. Bagaimana mungkin dia bisa kalah dari wanita lain, setelah semua usahanya? Dia tidak pernah menduga bahwa Arion akan memilih wanita lain-wanita yang mungkin lebih kuat dan lebih berpengaruh darinya.
Dengan air mata yang mulai mengalir, Areum akhirnya angkat bicara, meskipun suaranya terdengar patah. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Selama ini aku percaya bahwa aku akan berdiri di samping Putra Mahkota... tapi semuanya berubah dalam sekejap."
Robin menatap putri bungsunya dengan tajam, tetapi juga ada rasa kasihan dalam tatapannya. "Kita tidak akan membiarkan ini terjadi begitu saja, Areum. Kau pantas menjadi Putri Mahkota, dan aku tidak akan membiarkan seorang wanita lain mengambil tempatmu."
Tetua keluarga lainnya juga setuju, dengan kemarahan yang semakin memuncak. Robin memutuskan untuk memimpin delegasi keluarga Vorbest untuk menuntut penjelasan di istana. "Kita akan pergi sekarang," katanya tegas. "Arion harus memberikan penjelasan atas keputusannya. Kita tidak bisa membiarkan keluarga kita dipermalukan seperti ini."
Areum mengusap air matanya dan menguatkan dirinya. Meskipun hatinya hancur, dia tahu bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Ada ambisi besar di hatinya, dan dia tidak akan menyerah begitu saja. Dengan tekad yang baru, dia mengikuti ayah dan keluarganya yang bergegas menuju istana, berharap menemukan jawaban-dan mungkin, cara untuk merebut kembali posisi yang seharusnya menjadi miliknya.
Malam itu, Rere berdiam diri di kamarnya, masih terpengaruh oleh semua yang terjadi beberapa hari terakhir. Pernikahan kontrak dengan Putra Mahkota Arion yang disepakati baru-baru ini terus berputar di kepalanya. Meskipun pernikahan itu hanya bersifat sementara selama enam bulan, ada sesuatu yang lebih besar yang menghantui pikirannya-bayi yang sedang dikandungnya, Dalam waktu enam bulan, perutnya pasti akan mulai membesar, dan dia tidak tahu bagaimana harus menutupi fakta tersebut dari semua orang, terutama dari Arion.
Merasa kebingungan, Rere memutuskan untuk menghubungi Raja Peri Acros, seseorang yang selalu bisa memberinya nasihat dan solusi. Menggunakan sihir komunikasi yang hanya bisa dilakukan oleh kaum peri, dia memanggil nama Acros dalam bisikan lembut, berharap Raja Peri bisa mendengarnya.
Tak lama kemudian, cahaya lembut muncul di hadapan Rere, dan sosok Raja Peri Acros mulai terlihat, meskipun hanya berupa bayangan sihir yang memantulkan kehadirannya.
"Rere, ada apa?" tanya Raja Peri Acros dengan nada tenang, tatapannya penuh perhatian seperti biasa.
Rere menarik napas panjang sebelum menjawab, "Yang Mulia, aku ingin berbicara dengan Anda mengenai situasi ini. Putra Mahkota sudah menerima tawaranku untuk pernikahan kontrak."
Raja Peri Acros mengangguk pelan, tidak tampak terkejut mendengar kabar itu. "Aku tahu ini akan terjadi. Kau mengambil keputusan yang tepat. Namun, aku bisa melihat ada sesuatu yang mengganggumu. Apa yang membuatmu gelisah, Rere?"
Rere menghela napas berat, merasa lega bisa berbicara tentang kegelisahannya. "Aku... hanya memiliki waktu enam bulan, Yang Mulia. Dan selama waktu itu, bayi dalam kandunganku akan tumbuh. Aku tidak tahu bagaimana harus menutupi keberadaan bayi ini dari Arion dan semua orang di kerajaan."
Raja Peri Acros terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Rere. Dia tahu bahwa masalah ini bukan hal yang mudah. "Enam bulan memang bukan waktu yang lama. Tapi, apa kau sudah memikirkan langkah-langkah yang bisa kau ambil untuk menutupi hal itu?"
Rere menggeleng, wajahnya tampak lelah. "Tidak, Yang Mulia. Itu sebabnya aku sangat bingung sekarang. Ketika perutku mulai membesar, orang-orang pasti akan curiga. Aku takut jika Arion atau siapa pun mengetahui kebenarannya sebelum waktunya."
Raja Peri Acros menghela napas pelan. "Kau berada dalam posisi yang sulit, Rere. Tapi jangan khawatir, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk sementara waktu. Mungkin aku bisa menggunakan sedikit sihir untuk menunda perubahan fisikmu, agar kehamilanmu tidak terlihat dengan jelas sampai waktunya tepat."
Mata Rere melebar sedikit, berharap dengan saran yang diberikan oleh Raja Peri. "Sihir? Apakah itu akan cukup untuk menyembunyikannya selama enam bulan penuh?"
Acros tersenyum lembut. "Mungkin tidak selama itu, tapi setidaknya cukup untuk memberimu waktu. Kau bisa menghindari kerumunan, dan tetap menjaga jarak dari Arion di saat-saat yang kritis. Aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu."
Rere mengangguk, merasa sedikit lega mendengar solusi yang ditawarkan oleh Raja Peri Acros. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa waktu terus berjalan, dan cepat atau lambat, kebenaran tentang bayinya akan terungkap.
"Terima kasih, Yang Mulia. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpa bantuan Anda," ucap Rere dengan suara rendah namun tulus.
Raja Peri Acros menatapnya dengan penuh kasih. "Rere, aku akan selalu ada untuk mendukungmu. Jangan biarkan kegelisahan menguasaimu. Fokuslah pada rencanamu, dan kita akan menemukan jalan keluar bersama."
Rere tersenyum tipis, meskipun perasaan khawatir masih ada di hatinya. Meskipun begitu, dia merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan ini, setidaknya untuk saat ini.
Setelah mencoba menghubungi Raja Peri Acros, Rere duduk di kamar dengan hati yang penuh kegelisahan. Enam bulan bukanlah waktu yang lama, dan dia tahu bahwa selama periode itu, perutnya akan mulai membuncit karena kehamilannya. Dia tidak tahu bagaimana cara menyembunyikan hal ini, terutama saat pernikahan kontrak dengan Putra Mahkota Arion berjalan. Rere hanya bisa berharap Raja Peri memiliki solusi untuk masalah ini.
Beberapa saat kemudian, suara lembut itu lagi terdengar di benaknya, jawaban dari Raja Peri Acros.
"Rere, kau tidak perlu khawatir," suara Raja Peri terdengar jelas, membuat Rere sedikit lebih tenang. "Aku sudah memberimu sihir khusus yang akan melindungimu, Sihir itu membuatmu terkesan sebagai peri sejati di mata semua orang, bukan sebagai manusia setengah peri. Jadi, mereka tidak akan pernah mencurigai apapun tentang asal-usulmu."
Rere menghela napas lega, meskipun masih ada kekhawatiran yang menggelayuti pikirannya. "Tapi... bagaimana dengan kehamilanku? Dalam waktu enam bulan, perutku pasti akan membesar, dan bagaimana mungkin aku bisa menyembunyikannya?"
Raja Peri Acros tertawa kecil, suaranya lembut namun penuh kebijaksanaan. "Aku sudah mempersiapkan semuanya, Rere. Sihir yang kutanamkan padamu juga akan menangani itu. Saat perutmu mulai membuncit, sihirku akan membantu menyamarkannya sehingga tidak ada yang bisa melihat perubahan fisikmu. Kau akan tampak seperti biasa, dan tidak ada yang akan menyadari kehamilanmu kecuali mereka yang kukehendaki."
Rere merasakan beban besar terangkat dari dadanya, tetapi tetap ada sedikit keraguan. "Apakah itu benar-benar akan berhasil? Bagaimana jika ada yang curiga?"
"Percayalah padaku, Rere," jawab Raja Peri dengan tegas. "Aku telah melindungimu dengan sihir paling kuat yang kumiliki. Tidak ada yang akan mencurigaimu. Kau hanya perlu menjalani pernikahan kontrak ini seperti biasa, dan biarkan aku yang menangani sisanya."
Rere mengangguk pelan, meskipun Raja Peri tidak bisa melihatnya. "Terima kasih, Yang Mulia. Aku hanya ingin memastikan bahwa aku bisa menjalani enam bulan ini dengan tenang... tanpa perlu khawatir tentang bayiku."
"Kau akan baik-baik saja, Rere," kata Raja Peri dengan penuh keyakinan. "Ingatlah, kau tidak sendirian dalam ini. Aku akan selalu memantau perkembanganmu. Fokuslah pada apa yang perlu kau lakukan, dan sisanya biar aku yang urus."
Dengan pesan terakhir itu, Rere merasa lebih lega. Setidaknya sekarang, dia tahu bahwa bayinya akan aman, dan dia tidak perlu khawatir tentang rahasia ini terbongkar. Namun, dalam hatinya, Rere tahu bahwa jalan di depan masih panjang, dan banyak tantangan yang masih harus dia hadapi.
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?