Crazy Boss

Sinar matahari membias lewat celah-celah gedung pencakar langit, memantul pada kaca-kaca mobil yang lalu-lalang. Suara klakson membahana, bercampur dengan deru mesin kendaraan yang saling bersahutan.

Jalanan aspal menggeliat, dipenuhi mobil pribadi, angkutan umum, dan motor yang saling berebut ruang. Debu beterbangan, terbawa angin yang berhembus kencang.

Sejenak tatapan Louis terpaku pada lampu merah yang masih menyala itu, melamun binggung, setelah mendapati pertanyaan Jeslyn mengenai alasan mereka menikah, apabila diberi pertanyaan dari seseorang.

Posisi pun sama, Louis selalu dicerca dengan berbagai pertanyaan, mengenai, 'alasan apa kau bisa menikah dengan Jeslyn?', 'bukan kah kau mencintai Violet?'

Muak rasa nya, namun mau bagaimana lagi? Louis menikahi Jeslyn atas permintaan Afnan, adik nya itu tidak ingin dioperasi sebelum ia menikah bersama wanita pilihan nya.

Hingga, sekarang Louis malah tersesat sendiri, binggung alasan apa yang akan ia utarakan? Atau kah ia harus jujur alasan pernikahan mereka didasari keterpaksaan?

"Tuan."

Panggil Jeslyn khawatir, menatap Louis penuh tanda tanya, karena lelaki itu tak fokus, padahal lampu sudah berganti hijau, mobil dibelakang mereka terus membunyikan meng-klakson.

Louis tergugu cepat, saat wanita disamping nya berbicara, sadar bahwa lampu telah berganti warna, lantas ia segera mulai melajukan kembali mobil nya dengan kecepatan rata-rata.

Menoleh, Jeslyn menatap Louis heran, lelaki itu seolah-olah memikul beban yang berat, walaupun wajah nya masih terkesan datar.

"Tuan, antar saya ke apartemen saja."

"Tidak, selama kontrak berlangsung, kau akan tinggal dimansion utama." Telak Louis tak ingin dibantah, hanya melirik sedikit Jeslyn dan kembali memfokuskan pandangan nya.

Tarikan nafas Jeslyn layangkan, ia mengangguk paham, "Bagaimana dengan pertanyaan saya tadi tuan? Karena Celia dan Disya mendesak saya untuk menjawab alasan pernikahan dadakan ini."

"Aku juga tak mengerti." Hanya jawaban itu lah yang Louis lontarkan, ia pun sama seperti Jeslyn, binggung setengah mampus, alasan apa yang melatarbelakangi ia menikahi Jeslyn.

"Apa? Tidak mungkin bukan, jika kita mengatakan bahwa, pernikahan ini dilakukan secara mendadak karena saya dan anda mencintai? Itu lebih diluar akal sehat." Jelas Jeslyn menyampaikan keluh kesah nya.

Karena Jeslyn pikir, ia akan mendapat solusi jika berbicara empat mata bersama Louis selaku pembuat masalah, namun? Apa ini... Mereka sama-sama mentok pikiran.

Tangan kanan mengendalikan setir mobil, sedangkan tangan kiri mengelus belakang leher nya canggung, Louis berdecak kecil.

"Lebih baik seperti itu."

"Maksud anda?" Tanya Jeslyn binggung, merasa kalimat yang Louis keluarkan terdengar ambigu, dan membingungkan.

Tidak langsung menjawab, Louis diam sejenak lalu melirik Jeslyn tak penuh, "Seperti yang kau katakan tadi." Jawab nya tanpa to the point, karena ia merasa malu jika harus mengulang perkataan Jeslyn.

Mengerutkan kening nya heran, Jeslyn langsung menatap wajah rupawan Louis penuh tanda tanya.

"Apa yang saya katakan tadi tuan? Heum..." Beo Jeslyn kecil.

Kembali mengingat apa yang Jeslyn katakan tadi, hingga tak lama dari itu, mata nya melotot tak percaya.

Dengan hati-hati Jeslyn berseru, "Maksud anda.... tentang saling mencintai?" Tanya nya perlahan nan takut-takut.

Louis menganggukkan kepala, "Benar, itu alasan yang paling masuk akal dari pada hal lain."

"Semua orang juga akan tertawa mendengar alasan kita menikah karena saling mencintai tuan." Jelas Jeslyn menghela nafas, memijat pelipis nya yang terasa nyut-nyutan.

"Karena, mereka tau bahwa anda mencintai Nona Violet." Jeslyn kembali melanjutkan ucapan nya.

"Dan kau mencintai Dareen." Louis menjawab santai, ekspresi wajah nya yang masih seperti tadi, tak menunjukan apapun, membuat Jeslyn tak dapat membaca arti ekspresi tersebut.

Terhenyak kecil, Jeslyn menggeleng, "Saya tidak mencintai siapa pun."

Louis mengerutkan kening nya heran, lantas ia mengendikan bahu acuh tak acuh, "Yayaya, bukan urusan ku, namun tolong beri Dareen pengertian."

"Huh.... " Jeslyn menghembuskan nafas kasar, benar juga apa yang Louis katakan, Dareen mencintai nya, namun ia malah menikah dengan Louis.

Takdir sialan, andaikan ia tak menuruti Louis dan memilih untuk menerima Dareen mungkin kejadian diluar nalar yakni pernikahan dadakan ini tidak akan pernah terjadi!

Hidup Jeslyn pasti akan terjamin, ia tidak perlu repot-repot melakukan pernikahan konyol bersama Louis,dan akan berakhir menjadi janda.

Andai saja Jeslyn menerima Dareen, ia akan menjadi nyonya dengan marga besar.

Namun mau bagaimana? Bubur sudah basi.

"Setelah pernikahan ini usai, kau bisa minggat." Seolah mengerti dan paham apa yang Jeslyn pikirkan, Louis langsung berseru cepat, "Atau, hubungan diam-diam, asalkan Afnan tak tau."

Jeslyn menatap Louis tak percaya, reflek kening nya mengerut, "Itu tak masuk akal! Walaupun pernikahan ini kontrak, namun saya juga tidak mungkin bermain dengan lelaki lain! Sama saja menjelekkan nama saya sendiri! Tidak mau!"

Terkekeh ringan, Louis melirik Jeslyn bersama senyuman yang terlukis kekecewaan, namun senyuman itu bagai iblis yang gagal menggoda umat manusia.

"Ah, kau seharusnya bodoh, agar nama mu lah buruk, bukan nama ku." Kesal Louis berdecak.

Sudah pernah Louis katakan bukan? Ia tak ingin apabila nama nya menjadi rusak, namun seperti nya Jeslyn lebih pintar dari yang ia duga, wanita itu juga tak mau merusak nama pribadi nya.

Decihan kecil terdengar, Jeslyn menatap Louis sejenak, sebelum akhirnya memilih untuk menatap luar jendela dengan gigi mengerat, "Saya tak sebodoh itu."

"Pernikahan ini hanya berjalan selama 1 tahun bukan? Sesuai kesepakatan kita." Lanjut Jeslyn tanpa menatap Louis.

Diam sejenak, namun Louis mengangguk kecil, "Ya."

"Ingat Jeslyn, ku tegaskan sekali lagi, kita tak boleh mencampuri urusan pribadi! Pernikahan ini hanya diatas kertas." Louis berseru cepat, seolah-olah menegaskan tembok tinggi pada hubungan mereka.

Terkekeh kecil, "Heuh, baik, saya mengerti tuan, ngomong-ngomong pernikahan ini hanya akan berjalan selama satu tahun bukan?"

"Terserah." Hanya itu yang dapat Louis katakan, setelah akhirnya terjadi keterdiaman diantara kedua belah pihak.

Mereka memilih untuk mengatupkan bibir, berperang argumen dalam benak masing-masing, saling menatap saja enggan, apalagi saling berucap?

Takdir, mengapa takdir begitu membingungkan? Menyatukan dua insan yang sama sekali tak memiliki perasaan? Bukan kah itu terlalu buruk bagi pemain nya?

Namun, akan kah takdir yang membawa mereka kedalam jurang tanpa tepi? Saling mengaitkan genggaman agar tak terjatuh terlalu dalam? Atau kah melepas genggaman tersebut dan jatuh bersama-sama dalam gelap nya tepi?