Gadis cantik selesai mandi, pulang ke gubugnya di tepi sungai. Tubuh mulus putih ramping dan berdada padat, hanya berbalut kain jarik, membuat mata Rangga melotot lebar. Dari tempatnya berada, Rangga bergerak cepat.
Mendorong tubuh gadis itu ke dalam gubug lalu mengunci pintu.
"Tolong, jangan!"
Sret, sret, kain jarik terlepas, mulut gadis itu dibekap, lalu selesai! Mahkota terengut sudah dengan tetesan darah perawan.
Namun gadis itu adalah seorang petugas kesehatan, dengan cepat tangannya meraih alat suntik yang berisikan cairan obat, entah apa.
Cross! Ia tusuk alat vital milik pria bejad itu.
"Seumur hidup kau akan mandul dan loyo!" sumpahnya penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarifah Hanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Eh, Diki, ada perlu apa? Ayo kota ke rumah ibu saja!"
Tanpa ragu bu Iyus menarik tangan Diki dan menyeretnya sedikit memaksa untuk ke rumahnya.
Rumah Nadira tepat di sebelah kanan rumahnya, menempel hanya bersekat satu dinding.
Sebagai perempuan yang sudah kenyang makan asam garam, bu Iyus paham ada maksud lain dengan kedatangan pria muda itu.
Sejak pertama Nadira bertemu Diki di toko elekronik tempat Diki bekerja, bu Iyus bisa membaca sorot mata mendamba yang ditunjukan oleh Diki pada Nadira.
Ia tidak mau membiarkan Diki bertamu di rumah Nadira yang kemudian akan menimbulkan fitnah pada gadis itu.Dan hanya merugikan gadis itu saja.
"Bu, tapi saya mau ketemu Nadira!"
Tatapan kesal dilemparkan oleh Diki ke bu Iyus. Di dalam hatinya ia merutuki perempuan itu dan menuduhnya tak punya perasaan.
"Tidak bisa!", jawab bu Iyus tegas dengan raut kesal.
" Mengapa bu? Aku cuma bertandang biasa, tak lebih!", sahut Diki nyolot.
"Diki, kau laki laki dewasa, begitu juga Nadira, ia perempuan dewasa yang belum resmi bercerai dari suaminya".
" Maksud ibu?",tanya Diki terkejut, ia tak menyangka ternyata perempuan yang dia incar itu istri orang.
Ada retak di hatinya, ia kecewa.
"Suaminya kabur dengan selingkuhannya, makanya untuk menutup jejak lukanya, ia memilih meninggalkan kampung halamannya dan memilih tempat ini.
Jangan coba coba mengganggunya, karena bisa jadi ia hamil".
Bu Iyus sengaja menekan kata hamil di ujung katanya. Dia dapat menangkap gurat kecewa di wajah pria muda itu.
" Bu, andai dia berpisah dengan suaminya, aku mau menjadi ayah dari anaknya".
"Maksudmu?"
Kening bu Iyus berlipat dalam, dan prasangka buruk langsung tertuju pada Diki.
"Aku ingin menikahinya!", ucap Diki mantap.
" Tapi aku butuh bantuan ibu untuk menjadi mak comblang buat aku".
"Aku tidak mau! Karena Nadira gadis baik, hubungan kami bukan sekedar pemilik rumah dan penyewa, sudah lebih ke hubungan kekeluargaan, aku tidak ingin merusak itu dengan keinginanmu yang aneh itu", tolak bu Iyus tegas.
Bukan tanpa alasan jika bu Iyus menolak mentah mentah keinginan dari Diki, karena paham betul bagaimana reputasi Diki, play boy cap kapak.
Dugaan buruk bu Iyus terhadap niat Diki adalah, Diki dapat mencium aroma uang di diri Nadira.
" Tolonglah bu!"
Tanpa malu Diki menangkupkan kedua tangannya di dada dan dengan memasang wajah memelas.
"Pulang sana! Aku malas berurusan dengan kau!", ucap bu Iyus judes.
Tanpa mereka sadari, Bella mendengar percakapan mereka. Pada waktu itu ia ingin pulang ke rumahnya, karena Nadira bermaksud ingin menutup warungnya, karena capek selesai belanja.
Siapa sangka ia mendengar pertengkaran dua orang di dalam ruang tamu rumahnya.
Bella tidak jadi masuk ke dalam rumahnya, ia kembali ke rumah Nadira dan langsung menuju ke dapur menemui Nadira.
" Kak Nadira,sst, sini!"
Melihat tingkah Bella yang aneh, tentu saja Nadira heran.
"Ada apa?", bisik Nadira ikutan berbisik persis yang dilakukan oleh Bella. Ia jadi latah.
" Ternyata Diki naksir kakak! Hati hati ya! Aku tidak setuju jika kakak sama dia! Play boy cap kambing!"
Melihat mimik Bella yang lucu saat berbicara, tak urung Nadira merasa geli, ia tertawa ngakak.
"Ish, kakak sih nggak percaya, sebel deh". Bella merajuk, bibir dimajukan dua senti.
" Jangan merajuk sayang! Iya kakak percaya! Agar dia tidak datang ke rumah kakak, sebaiknya Bella pulang sana! Biar kakak kunci pintu dan matikan lampu".
"Sip! Bella pulang ya kak, semoga jualan kita besok laris manis!"
Gadis cantik itu berlari keluar dari rumah Nadira, kemudian dengan perlahan dia menutup pintunya.
Ceklek..! Nadira mengunci dari dalam dan.mematikan lampunya sekalian.
Di dapur ia sibuk berbenah, menyiapkan segala sesuatu untuk dagangannya besok.
Setelah itu, ia mandi lalu mengistirahatkan tubuh lelahnya di atas pembaringannya di dalam kamarnya.
Tubuhnya terlentang, wajahnya menghadap langit langit kamar, namun pikirannya melalang buana entah kemana.
Dia sudah telat datang haid dua minggu, walau belum melakukan test dengan testpack, ia yakin ia hamil anak pria durjana yang memperkosanya itu.
"Sayang, baik baiklah kamu di.rahim ibu ya! Walau ibu membenci ayahmu, namun ibu akan tetap mempertahankan dirimu!
Apa khabar ayahmu di pulau seberang sana? Apakah obat bius yang ibu suntikan di area vitanya itu menimbulkan reaksi yang luar biasa?
Semoga saja ia merasakan karmanya, dan ia menyesal sepanjang hidupnya".
Sementara itu, di rumah sebelah, Bella masuk ke ruang tamu dengan cuek, seolah ia tidak melihat kehadiran Diki di situ.
" Bella, kak Nadira sedang apa ?", tanya Diki begitu melihat Bella melintas melewatinya.
"Sudah tidur dia, capek katanya!"
"Kok cepat sekali? Padahalkan masih sore", keluh Diki.
" Mana aku tahu?", ucap Bella seraya mengangkat bahunya. Lalu ia meninggalkan Diki .
Gadis itu memang dari awal tidak.suka terhadap Diki. Menurutnya sikap Diki terlalu berlebihan terhadapnya.Cenderung sedikit genit pada hal mereka kerabat jauh.
"Sudahlah Ki, jika kedatanganmu ke sini cuma untuk mengganggu Nadira, lebih baik kau pulang saja!
Lain halnya jika kamu datang, memang benar benar untuk menjenguk kami".
Ucapan pedas bu Iyus membuat Diki kesulitan menelan ludahnya.
Pikirannya benar benar mengutuk ibu dan anak itu. Andai ia tidak bisa mengendalikan dirinya, mungkin sudah dia maki maki mereka berdua.
Merasa kehadirannya tidak diinginkan oleh tuan rumah, akhirnya Diki pamit.
Sepanjang jalan menuju ke tempat tinggalnya, Diki sibuk memikirkan bagaimana caranya untuk mendekati Nadira.
Untuk meminta tolong pada bu Iyus dan Bella jelas tidak mungkin, belum apa apa mereka sudah membangun sekat tak tersentuh.
Entah apa maksud bu Iyus begitu keras melindungi Nadira. Pada hal Nadira cuma orang asing yang mengontrak rumah milik bu Iyus.
Seharusnya bu Iyus itu lebih memilih ke Diki yang merupakan kerabat jauhnya, bukan ke Nadira yang cuma orang asing.
Sedangkan Bella, begitu melihat Diki pergi, cepat cepat ia mendekati ibunya.
" Bu, pokoknya Bella tidak suka bang Diki mendekati kak Nadira! Bang Diki itu licik, banyak ceweknya, kasihan kalau kak Nadira sampai terpedaya".
Wajah cantik gadis itu berubah masam, bibirnya mengerucut menandakan ia sangat kesal.
Kedatangan Diki, benar benar merusak moodnya, ia jadi gagal membantu Nadira untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk berjualan besok.
Sebab ketika Bella mengadu kepada Nadira, entah mengapa Bella tidak tahu tetangganya itu memutuskan untuk menutup warungnya.
Bella menduga mungkin saja Nadira malas meladeni Diki.
Dugaan Bella memang benar, Nadira tidak ingin memulai membuka diri pada Diki.
Sebagai perempuan dewasa, ia paham betul maksud kedatangan Diki, yaitu tak jauh jauh ingin meraba hatinya.
Pria itu pasti ingin menawarkan hubungan timbal balik antara dirinya dan Nadira.
Dengan tekad kuat Nadira menyatakan tidak mau! Untuk saat ini Nadira hanya lebih fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi sikap orang orang yang kemungkinan mencemooh karena ia hamil di luar nikah, dengan lelaki bajingan yang tidak jelas.