Prang!!!
Seeeeettt!!
Hujan deras menyelimuti malam ketika Hawa Harper mendapati sebuah mobil mewah terguling di jalan sepi. Di balik kaca pecah, ia melihat seorang pria terluka parah dan seorang anak kecil menangis ketakutan. Dengan jantung berdebar, Hawa mendekat.
“Jangan sentuh aku!” suara pria itu serak namun tajam, meski darah mengalir di wajahnya.
“Tuan, Anda butuh bantuan! Anak Anda—dia tidak akan selamat kalau kita menunggu!” Hawa bersikeras, melawan ketakutannya.
Pria itu tertawa kecil, penuh getir. “Kau pikir aku percaya pada orang asing? Kalau kau tahu siapa aku, kau pasti lari, bukan menolong.”
Tatapan Hawa ragu, namun ia tetap berdiri di sana. “Kalau aku lari, apa itu akan menyelamatkan nyawa anak Anda? Apa Anda tega melihat dia mati di sini?”
Ancaman kematian anaknya di depan mata membuat seorang mafia berdarah dingin, tak punya pilihan. Tapi keputusan menerima bantuan Hawa membuka pintu ke bahaya yang lebih besar.
Apakah Hawa akan marah saat tahu kebenarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Malam Syahdu
Setelah Ella dan ibunya meninggalkan pesta dengan wajah penuh amarah, suasana kembali ceria di aula resepsi. Cemoohan dari para tamu yang tak suka dengan tindakan mereka terus terdengar di sudut-sudut ruangan. Bahkan beberapa tamu dengan lantang menyebut mereka "tidak tahu malu" karena mencoba merusak malam bahagia pasangan pengantin baru. Hawa hanya tersenyum tipis, lega karena insiden tersebut telah berlalu tanpa membuat kekacauan yang lebih besar.
Malam semakin larut, musik mulai melambat, dan tamu-tamu yang hadir mulai meninggalkan tempat dengan senyuman puas. Harvey dan Anna Noah dengan lembut meminta semua keluarga untuk bersantai di ruang tunggu, membiarkan Harrison dan Hawa menikmati malam pertama mereka tanpa gangguan.
Emma yang semula terus mengikuti Hawa ke mana pun, kini digoda Nikki untuk bermalam bersama di kamar khusus keluarga. "Ayo, Emma, malam ini kamu tidur sama aku, ya? Papa dan Mama mau istirahat. Lagipula, aku punya cerita seru untuk kamu!" Nikki merayu dengan senyum penuh semangat.
Emma melihat ke arah Hawa, seolah meminta persetujuan. Hawa mengangguk lembut. “Pergi sama Nikki, ya, sayang. Besok Mama dan Papa jemput kamu.”
Emma akhirnya setuju dan berjalan pergi sambil menggandeng tangan Nikki. Hawa memperhatikan putrinya sampai mereka menghilang di balik pintu, kemudian merasa tangan Harrison menyentuh lembut pinggangnya.
“Sekarang waktunya kita, istri cantikku,” bisik Harrison dengan nada menggoda di telinganya.
Hawa merasa pipinya memanas mendengar itu, tapi ia hanya menunduk, membiarkan Harrison membimbingnya ke kamar pengantin yang sudah disiapkan.
Romantisme di Kamar Pengantin.
Begitu mereka tiba di kamar hotel, Hawa terkejut melihat dekorasi yang begitu romantis dan elegan. Kelopak mawar merah tersebar di atas tempat tidur besar dengan seprai putih bersih. Lilin-lilin aromaterapi menyala di sudut ruangan, memberikan cahaya lembut dan aroma yang menenangkan. Sebuah buket bunga mawar putih dan merah diletakkan di meja kecil di samping tempat tidur, lengkap dengan kartu bertuliskan: Selamat menempuh hidup baru, Harrison & Hawa.
“Indah sekali…” gumam Hawa, matanya berbinar-binar.
Harrison tersenyum melihat ekspresi istrinya. “Kamu suka?”
“Sangat suka. Kamu benar-benar mempersiapkan semuanya dengan sempurna.”
Harrison berjalan mendekatinya, memeluk pinggang Hawa dari belakang. Ia menunduk, menyandarkan dagunya di bahu Hawa. “Tapi ini belum seberapa dibandingkan dirimu. Kamu adalah hadiah terbaik yang pernah aku dapatkan.”
Hawa merasa dadanya berdegup kencang. Ia mencoba menjawab, tapi bibirnya terasa kaku. Kehangatan tubuh Harrison yang menyentuhnya membuat seluruh tubuhnya seperti terpaku.
Harrison memutar tubuh Hawa perlahan hingga mereka saling berhadapan. Tangannya memegang lembut wajah Hawa, menatapnya dengan mata yang dipenuhi cinta. “Aku sudah menunggu momen ini begitu lama. Aku ingin memastikan kamu tahu betapa berartinya kamu untukku.”
Tanpa berkata-kata lagi, Harrison menunduk dan mencium dahi Hawa dengan lembut. Ciuman itu turun perlahan ke pipi, lalu ke bibirnya. Sentuhan itu begitu lembut, namun penuh dengan perasaan, membuat Hawa menutup matanya, menikmati setiap detiknya.
Harrison semakin mendekapnya erat, membawa mereka ke dunia kecil yang hanya milik mereka berdua. Tangannya meluncur ke pinggang Hawa, sementara ia terus mencium istrinya dengan penuh kelembutan namun juga penuh gairah.
Hawa, yang awalnya merasa malu, kini mulai membalas ciuman itu, membiarkan dirinya terbawa oleh momen romantis tersebut. Ia merasakan cinta Harrison mengalir begitu kuat, membuat hatinya hangat dan nyaman.
Harrison perlahan membimbing Hawa menuju tempat tidur yang sudah dihias indah. Ia memandang istrinya dengan penuh kasih sayang, seolah memastikan bahwa Hawa merasa nyaman dan tenang. “Aku mencintaimu, Hawa,” bisiknya pelan.
“Aku juga mencintaimu,” jawab Hawa dengan suara nyaris tak terdengar, namun penuh ketulusan.
"Aku bantu buka bajumu ya, ini pasti sulit bukan?" ucap Harrison.
"Terima kasih, Mas. Memang pengertian, tapi aku malu-" terputus ucapan Hawa karena Harrison sudah menurunkan sle tingnya. "Mas," terkejut Hawa.
"Apa? Malu?" heran Harrison bukannya posisinya saat ini sudah sah, tidak hanya membuka bajunya saja, dengan tanpa pakaian pun seharusnya sudah halal.
Tersipu malu, Hawa hanya menganggukkan kepalanya.
"Sayang, kita suami istri sah, mulai sekarang tidak ada rahasia baik hati, tubuh, pikiran dan semuanya. Termasuk ini, bukannya sebentar lagi-" tertahan ucapan Harrison karena tangan Hawa yang menutupinya.
Malu sekali Hawa saat ini, Harrison sangat transparan sekali bicaranya. Yang biasanya tidak seperti ini. "Mas kenapa ga disaring ngomongnya?" protes Hawa menutupi rasa malunya.
"Dulu ya, karena aku belum menjadi suamimu, tapi saat ini sudah berbeda. Kamu akan tahu sifat asliku yang lain lagi, siap siap jatuh cinta setiap hari, Sayang." bisik Harrison yang langsung geli Hawa.
"Diam dan nikmati moment kita ini, Sayang." lanjut Harrison yanh sudah menurunkan tangan Hawa dan juga menurunkan gaun pengantin istrinya.
Seolah terhipnotis, Hawa menurut saja. Hingga Harrison panas dingin sendiri melihat kemolekan tubuh Hawa yang pertama kali dilihatnya.
"Indahnya, istriku ini," bisik Harrison. Masih saja Hawa terdiam, hingga Harrison sudah tidak tahan lagi setelah menyingkirkan gaun nya, segera mencium bibir ramun istrinya.
Mencium dan lebih dalam lagi mengeksplor bagian dalam bibir Hawa, sampai suara lenguhan pertama Hawa dan membuat Harrison semakin penasaran lagi. Membawa Hawa ke tempat tidurnya, entah kapan Harrison membuka baju dan celananya yang kini hanya mengenakan pakaian yang sama seperti Hawa pakaian dalam saja. (Lanjutkan sendiri ya 😍)
Malam itu menjadi awal dari kehidupan baru mereka, penuh cinta dan harapan. Di tengah suasana yang romantis, mereka berdua menikmati momen yang hanya milik mereka, memulai perjalanan mereka sebagai suami istri yang sah.
***
Namun, di tengah malam yang damai itu, jauh di luar hotel, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Di dalamnya, Ella dan Victoria duduk dengan wajah penuh kemarahan.
“Kita belum selesai, Harrison…” bisik Ella dengan nada penuh dendam, tatapannya tajam menatap ke depan. Victoria hanya tersenyum dingin, seolah sudah merencanakan langkah berikutnya.
Apa rencana Ella dan Victoria selanjutnya? Akankah mereka merusak kebahagiaan yang baru saja dirasakan oleh Harrison dan Hawa?
Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.
Terima kasih.