Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sekitar jam 12 malam disaat Andini sudah tertidur, Indra malah gelisah dan tak bisa tidur, ingin sekali dia membangunkan Andini tetapi tidak tega.
"Hmmm. Bagaimana ini ya, masa aku harus membangunkannya, ternyata serem juga rumah ini kalau sudah sepi, pantas saja Andini selalu ketakutan " Ucap Indra dalam hatinya yang sedikit ketakutan.
Indra beberapa kali mencoba untuk menutup matanya tetapi masih saja tidak bisa. Indra hanya bisa memandangi wajah Andini dan sedikit mengusap rambutnya.
Tak lama pun Andini terusik dari tidurnya dan kemudian sedikit membuka matanya.
"Em. Sayang, kamu belum tidur?"
"Aku nggak bisa tidur Din."
"Kamu ini, kenapa nggak bangunin aku dari tad kalau nggak bisa tidur?"
"Mana tega aku, sudah kamu tidur lagi saja ya aku nggak papa ko."
"Hmmm.. Sini aku kipas pake bantal kecil ya biar kamu ngantuk sambil aku usap-usap, ayo bobo sayangku emmm."
Setelah beberapa saat akhirnya Indra tertidur juga setelah di kipas dan di usap oleh Andini.
Di sini Andini sedikit tersenyum melihat Indra yang sedang tertidur menghadap ke arah wajahnya.. Dalam hatinya pun dia berkata.
"Indra, Indra, sabar ya sayang, kamu ini memang lelaki yang aku impikan selama ini, aku tahu kamu tulus sekali sayang dan cinta kepadaku, aku melakukan semua ini karena aku takut suatu hari nanti aku dan kamu tidak bisa bersama, aku takut kamu tahu apa yang aku rencanakan selama ini, bila kamu tahu semuanya kamu juga pasti akan kecewa dan akan meninggalkanku Dra, tetapi Mudah-mudahan saja Rencanaku untuk balas dendam kepada mantan suamiku berjalan seperti yang sudah aku rencanakan, dan kita akan hidup berdua selamanya, selamat tidur ya sayang, aku mencintaimu."
Andini langsung mencium kening Indra dan memeluknya, lalu akhirnya mereka sama-sama tertidur pulas.
Sekitar jam enam pagi mereka berdua terbangun, Indra yang baru sadar bahwa semalaman di tidur tanpa sehelai benangpun langsung memakai bajunya dan sangat panik sekali.
"Kamu mau ke mana Indra?"
Tanya Andini dengan mata yang masih mengantuk kemudian duduk sambil menutup tubuhnya dengan selimut.
"Aku harus pulang, kan aku harus ke sekolah Din."
"Hmm mengapa gak libur saja sih sehari, terus kita di sini deh seharian berdua?"
"Nggak bisa ah, ini kan sudah mau siang, nanti ada orang yang curiga, kan bahanya nanti jadinya."
"Hmmm. Mandi di sini saja dulu padahal bareng sama aku."
"Enggak ah yang ada bukan fokus mandi."
"Ya sekalian begitu maksudnya sekalian penutupan hehe."
"Apaan sih, menggoda saja bisanya kamu ini."
Ucap Indra yang tinggal memakai bajunya.
"Tetapi kamu suka kan?"
"Suka sih, "
"Huh dasar. Yaudah deh, tapi di luar masih hujan loh Dra."
"Nggak papa aku pinjem payung kamu saja ya, kamu ada payung kan?"
"Ada sih, tapi kalau mau pinjem ada syaratnya."
"Syarat apa lagi?. Pinjem payung saja pake syarat hmm."
Dengan pede nya Andini terbangun dari tempat tidur lalu memegang kemaluan Indra, sambil berkata "Yakin gamau sekali lagi?"
"Enggak ah, cukup Din sudah ya sayang aku harus pulang."
Indra mencoba melepaskan tangan Andini.
"Hmm"
Setelah tangannya terlepas, Andini sedikit cemberut.
"Aku pulang dulu ya Din."
"Kamu nggak bilang makasih dulu nih sama aku? nggak mau peluk aku dulu gitu sebelum pergi?"
"Yaudah sini. Emmmmm. Makasih ya Andini, sudah kasih aku malam yang begitu panjang dan indah, aku sayang sekali kepadamu."
Ucap Indra sambil memeluk Andini.
"Iya sama-sama, semangat ya kerjanya, jangan dipikirin terus nanti kamu mikirin jorok lagi di sekolah."
"Ya enggak lah. Kamu nanti mau kerja?"
"Iya aku juga mau kerja, ngapain di rumah sendiri kecuali kamu juga bolos baru aku juga mau meliburkan diri."
"Ah kamu ini, yaudah nanti kamu juga semangat ya kerjanya, nanti siang aku mampir deh makan di sana."
"Bener ya, awas kalau makan di tempat lain, aku bakal marah."
"Hmm iyaa bawel. Yaudah aku pulang ya, payungnya ada di mana?"
"Ada disitu tuh di belakang pintu aku gantung"
"Oke deh, Yaudah aku pamit, Dah sayang."
"Hati-hati yaa"
"Iya."
Indra akhirnya pulang dengan sedikit hati-hati karena takut ada orang yang melihatnya.
Di tengah perjalanan juga indra sempat di tegur oleh salah satu warga yaitu ibu-ibu yang sepertinya akan pergi ke pasar. Untung saja Indra sudah agak jauh jaraknya dari rumah Andini.
"Aduh pak Indra, dari mana pagi-pagi, ujan-ujan begini sudah keluar rumah saja?"
"Habis dari depan Bu nyari sarapan, tetapi gak ada yang jualan kayanya."
Jawab Indra dengan alasan yang begitu saja ada di dalam otak.
"Ah perasaan suka banyak di depan."
"Em Aku belum sampe depan sih, males ah biar nanti saja sekalian berangkat kerja."
"Ih aneh ya dasar anak muda padahal deket."
"Nggak kuat ah Bu dingin, mending ngopi dahulu saja di rumah."
"Hmmm dasar."
"Yaudah Bu saya duluan ya."
"Iya pak Indra. silakan!"
Pukul 08:00. Andini dan Indra sudah sampai di tempat kerjanya masing-masing, Andini yang saat ini sangat ceria sekali sampai di ledekin oleh Bude Rini ditempat kerjanya.
"Bude perhatikan semenjak kamu datang ke sini dari tadi senyum-senyum saja, lagi bahagia ya kamu?"
"Em ya begitu lah Bude?"
"Pasti sama pak guru ganteng itu kan?"
Tanya Bude sambil mencolek pinggang Andini.
"Ya iya lah Bude siapa lagi kalau bukan dia."
Jawab Andini sambil mengelap kaca etalase.
"Ayolah cepet minta nikahin, mau nunggu apalagi, nanti terburu diambil orang loh, dia di sini kan banyak yang naksir."
"Hmmm sabar Bude, belum juga sebulan aku kenal sama dia masa minta langsung nikah saja."
"Ya memang mengapa? jangan pacaran terus dosa tahu."
"Iya doakan saja ya Bude."
"Iya pasti Bude doakan."
"Oh iya lauk yang di belakang sana jangan di apa-apain ya Bude, nanti siang dia mau makan di sini, itu khusus spesial buat dia nanti."
"Pake di pisahin segala, terus kalau dia mau makan lauk yang lain bagaimana?"
"Nggak mungkin, dia kan kesukaannya ayam bumbu rica-rica, kalau dia nggak mau nanti aku mau cemberut saja sama dia."
"Kamu ini ya, eh orang tua kamu di kampung bagaimana? mereka sehat kan?"
Setelah Bude Rini bertanya tentang orang tua Andini, tiba-tiba raut muka Andini langsung berubah, dia sedikit sedih dan menundukkan kepalanya.
"Em, aku belum sempet ngabarin lagi sih, kalau ada apa-apa pasti mereka juga telpon ko."
"Eh kamu nggak boleh begitu, orang tua itu penting tahu, masa nunggu mereka duluan yang kasih kabar. Nanti kabarin ya, kasihan takutnya mereka mikirin kamu di sana tetapi mereka malu buat ngabarin."
"Hmm iya deh nanti siang aku kabarin."
"Jangan sampe enggak, kamu kan jauh sama mereka, memangnya kamu gak kangen apa?"
"Kangen sih, lagian aku kalau inget sama mereka rasanya ingin pulang begitu ke sana, aku suka sedih Bude kalau sudah denger suara mereka."
"Hmmm. Tapi harus tetep ngabarin, kamu harus pastikan dan kasih tahu mereka kalau di sini kamu itu baik-baik saja, mereka juga pasti bakalan tenang kalau denger kamu di sini sehat dan baik-baik saja, orang tua itu pasti selalu inget ko sama anaknya, mereka pasti selalu doain kamu di sana."
"Udah ah aku jadi sedih nih, iya nanti aku kabarin deh Bude."
"Udah ah jangan sedih, senyum lagi kaya tadi ya biar selalu kelihatan cantik. Kalau sedih gini pelanggan bude nanti nggak betah lagi."
"Hmm iya Bude nih aku senyum nihhh emmmm"
Andini tersenyum sangat lebar.
"Jangan lebar-lebar juga, dasar."
"Hehe."
Di sini Andini jadi kepikiran kepada orang tuanya, setelah dia bercerai dengan suaminya dia belum pernah mengabari mereka lagi.
Andini jadi sedikit melamun, dia rindu sekali sama kedua orang tuanya di kampung. Dia sempat mau menelpon saat ini juga, tetapi masih ragu dan takut bilamana orang tuanya menanyakan tentang rumah tangganya saat ini.
Dia kebingungan harus menjawab apa nanti, soalnya tidak mungkin memberi tahu mereka tentang masalah rumah tangganya, dia pasti langsung disuruh pulang dan tak bisa membalaskan dendamnya kepada Sandy.
Andini pun membatalkan telfonnya dan kembali menaruh handphonenya di tas yang digantung di belakang pintu rumah makan.
Singkat cerita jam makan siang pun tiba. Indra juga sudah datang dan duduk di bangku rumah makan, Andini langsung melayaninya dan membawakan lauk yang sudah dipisahkan sebelumnya.
"Aku kan belum pesan apa-apa Andini."
Indra yang sedikit kebingungan karena tiba-tiba Andini memberikan satu piring Nasi beserta lauknya.
"Ini kan makanan kesukaan kamu, tadi aku masakin khusus loh, kamu gamau ya? Hmmm"
"Hmm. Yaudah deh aku makan ini saja, udah jangan cemberut begitu jelek."
"Syukur deh kalau kamu mau makan ini, makan yang lahap ya kalau mau nambah panggil aku saja."
"Iya sayang, kamu udah makan belum?"
"Belum, nanti saja aku gampang, soalnya lagi ramai juga, nggak enak kalau aku istirahat duluan."
"Hmm yasudah, semangat yaaa kerjanya."
"Iya sayang makasih, yaudah aku tinggal ya."
"Oke sayang silakan."
Selagi Andini melayani pelanggan yang lain, Indra makan dengan lahap sambil terus memandangi Andini, mereka juga kadang saling lempar senyum.
Sampai Andini pun diledekin oleh rekan kerjanya yang bernama Susi.
"Hei fokus kerja, diliatin mulu, tenang saja dia gak akan ke mana-mana ini."
"Ih apaan sih, syirik saja ya kamu ini."
"Hmmm yang lagi jatuh cinta memang susah sih ya kalau dikasih tahu."
"Bawel ih, ya masa aku sambil lihat kamu? Hmm"
"Ya jangan sambil lihat aku juga, ogah amat."
"Haha.. Eh aku cantik gak hari ini sus?"
Tanya Andini sambil melihat ke arah cermin kecil.
"Ih centil ya, jelek tahu gak, bau ikan asin tuh baju kamu."
"Yee bohong, orang aku wangi begini, kamu tuh kali bau bawang goreng."
"Dihh.. Enak saja, nggak usah cantik-cantik tahu gak kalau di sini, nanti di godain banyak cowok baru tahu rasa kamu, apalagi kan ini di kota, cowok-cowoknya banyak yang buaya."
"Ah tapi mas Indra beda ah dia nggak buaya, tetapi dia itu singa gagah dan tampan."
"Bodo amat ah susah memang kamu ini kalau dikasih tahu."
"Haha. Jangan ngambek lah, iya iya aku dengerin ko, jangan marah dong, aku cium juga nih kamu."
"Eh enak saja, aku masih normal ya, sekalipun kamu cantik aku gak nafsu."
"Lagian ngambekan yeee."
"Siapa yang ngambek dih?"
"Itu manyun begitu bibirnya."
"Aku kan lagi serius kerja ini, udah ah sana ambilkan lauk lagi gih di dapur, udah ada yang kosong nih."
"Hmmm. Iya Susi bawel."
bisa saja. semangat./CoolGuy/
padahal di simpan disitu terus.
selama saya di perantauan, sakit di paksain sehat, lapar di paksain kenyang, ngantuk di paksain semangat,ada masalah di pendam, uang yang gak cukup di cukupin, dan berbagai hal lain./Frown/
tapi walaupun begitu saya mendukung Andini bijak, dan jujur tapi tidak terkejut juga karena alasan nya sama dengan saya.