Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis bertopi
Sang pemandu acara berdiri di tengah panggung yang berada di tengah aula. Lelaki berstelan jas berwarna putih itu mengenakan topeng di wajahnya.
" Benda pertama yang akan kami lelang malam ini adalah sebuah gelang yang berusia tiga ribu tahun. Gelang ini di temukan di dasar laut oleh seorang penyelam dari korea Selatan."
Setelah sang pemandu mengatakan hal tersebut, seorang pelayan wanita dengan pakaian yang sangat terbuka membawa sebuah troli yang di atasnya terdapat sebuah gelang berwarna hijau zamrud. Pelayan dengan pakaian sexy yang memakai pakaian minim dan menonjolkan semua lekuk tubuh seksinya itu membawa troli berisikan gelang giok ke tengah panggung.
" Gelang ini adalah Imperial Jade yang di yakini adalah milik Ibu suri dari dinasti joseon yang ada di korea Selatan. Kami akan buka dengan harga seratus juta." Setelah menyebutkan angka tersebut, sebuah papan dari salah satu tamu terangkat.
" Dua ratus juta!"
" Tiga Ratus juta!"
"Lima ratus juta!"
" Satu miliar!" Teriak seorang wanita bertopeng merah yang senada dengan gaun yang dia kenakan.
" Tiga miliar!" Teriak seorang wanita lain di ujung sana.
Zehya yang menyaksikan perebutan sengit itu dari ruangannya hanya terkekeh.
" Sepertinya anda sangat menikmatinya, Nona." Rose yang sudah berganti pakaian dengan gaun sederhana berwarna hitam yang menjuntai hingga ke bawah lututnya itu mengomentari Zehya.
" Karena ini menyenangkan. Lihat, betapa mudahnya mereka menggelontorkan uang sebanyak itu untuk benda yang tidak bisa di makan" Ujar Zehya dengan wajah mengejeknya. Jonathan dan Rose yang sama - sama mengetahui betapa sukanya Zehya dengan makanan sejak masih kecil itu saling pandang dengan tersenyum.
" Rose, cemilan sudah habis. Aku ingin ice cream dan beberapa cemilan lain," Zehya beranjak dari duduknya. " Ayo temani aku membeli semua makanan itu. Aku rasa si manis masih akan lama keluar" Ujar Zehya yang menyebut lukisannya dengan si manis.
" Mari Nona" Rose membuka jalan untuk Zehya.
" Uncle, aku pergi dulu," Pamitnya pada Jo.
" Jangan pergi terlalu jauh, nona"
" Ya aku mengeri." Jawab Zehya dengan cuek.
" Tetap berhati-hati, Rose." Jo memperingatkan pengawal Nonanya begitu Rose melewati nya. Rose mengangguk dengan tegas.
Zehya menutupi wajahnya dengan masker hitam dan topi baseball merk ternama. Gadis yang malam itu hanya mengenakan kaos putih oversize dan jeans longgar di lengkapi oleh sneakers kesayangannya, dan sebuah jam tangan yang melingkari lengan kirinya. Nyatanya masih tidak bisa menutupi aura kecantikan yang dia miliki. Beberapa orang yang berpapasan dengannya di toko dan kedai yang dia datangi bersama Rose mencuri pandang pada gadis itu.
Zehya berjalan kembali ke aula tepat pelelangan tengah berlangsung di ikuti oleh Rose. Tiba-tiba seorang lelaki yang baru saja keluar dari ruangan VVIP hampir menabraknya. Zehya yang memiliki refleks yang sangat bagus berhasil menghindar ke kiri, sehingga lengan keduanya hanya bergesekan.
Zehya hendak melanjutkan langkahnya kembali ke ruangannya, namun kencing jas milik lelaki bertopeng itu menyangkut di kantung yang Zehya bawa. Sehingga mau tidak mau dia harus berhenti.
Rose yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menarik nafas pelan. Aura dingin dan tak tersentuh dari kedua orang di depannya begitu menekan. Sehingga Rose merasa hampir sesak nafas.
Zehya memuntir kantungnya beberapa kali dan kaitan itu terlepas. Zehya hanya fokus pada kedua benda yang tidak sengaja saling terjalin dan membuatnya abai pada lelaki tampan dan harum yang sedari tadi menatapnya dengan penuh minat.
" Done!" Ujar Zehya seraya kembali melanjutkan langkahnya.
" Tunggu, boleh saya tau siapa nama anda, Nona?" Suara berat lelaki itu menghentikan langkah Zehya. Rose yang berjalan di belakangnya dengan banyak barang bawaan di kedua tangannya hampir saja menabrak Zehya.
Zehya menoleh sekilas dan melambaikan tangannya Tanda dia tidak peduli. Karena di pikirannya saat ini adalah jajanan dan minuman yang baru saja dia beli.
Lelaki yang tak lain adalah Zain itu menatap punggung Zehya hingga sosoknya menghilang di balik lorong yang berbelok ke kanan. Zain menyentuh dadanya yang bergemuruh. Ada perasaan tak asing di sana. Seolah mengatakan pada pemilik tubuh bahwa gadis tadi adalah orang yang dia cari selama ini. Namun logika Zain mengabaikannya.
" Mungkinkah?"
Zain kembali melangkahkan kakinya menuju luar aula. Ada klien yang harus dia temui disana.
...****************...
" Hm... Ini sangat lezat, Jo. Cobalah!" Ujar Zehya sembari menunjuk sebuah kotak berisi Pai gembala yang terdiri dari daging kambing cincang di lapisan bawah dan kentang tumbuk di atasnya. Jo yang masih mengunyah muffin coklat di mulutnya hanya mengangguk singkat.
" Kurasa inilah yang membuatnya senang bepergian ketempat baru," Rose berisik pada Jo." Ingin mencoba semua makanan khas dari seluruh dunia." Lanjutnya.
Zehya yang masih bisa mendengar perkataan Rose menimpali.
" Nyatanya, kamu juga sangat menikmatinya. Rose. Berhentilah menyindirku dan bersiap untuk ikut menawar si manis. Kita buat mereka merogoh kantung penuh mereka hingga habis," Ucap Zehya setelah melihat lukisannya mulai di bawa ke atas panggung.
Lukisan berukuran 2x2 meter dengan bingkai kayu oak itu langsung menyita perhatian semua tamu undangan. Membuat aula yang tadinya riuh redam menjadi hening.
Apalagi ketika kain yang menutupi lukisan dengan pemandangan dua puluh kota di delapan negara yang pernah Zehya kunjungi terpampang dengan jelas. Lukisan luar biasa yang menceritakan perjalanannya selama lima tahun ini terlihat sangat sempurna. Dengan satuan kuas yang khas dirinya dan warna-warna cerah. Lukisan itu seperti hidup. membuat orang yang memandangnya seolah-olah sedang berada di tempat itu.
Maher dan Axcel yang sedari tadi sudah bosan itu menjadi sangat bersemangat begitu melihat lukisan karya pelukis Misterius yang sempat menghilang dari peradaban dunia seni.
" Axcel. Aku harus memilikinya."
" Kamu benar, Maher. Mari kita buat pemilik galeri sombong itu bungkam dengan memiliki lukisan ini." Axcel berkata sambil bersungut-sungut. Dia dan Maher, dan mungkin banyak orang kaya lain telah menelan pil pahit. Mereka terpukau dengan lukisan dan berbagai benda seni berkualitas super di galeri yang ada di negara mereka. Namun sang pemilik sama sekali tidak mau melepaskan satupun dari semua koleksinya.
Jika ingin menikmati keindahan semua karya itu, mereka harus datang ke galeri yang memiliki nilai jual yang lumayan mahal untuk setiap pembelian tiketnya.
" Tapi Axcel, bukankah gaya pelukis ini sama dengan semua lukisan yang ada di galeri itu?" Maher sang penikmat seni langsung paham begitu melihat goresan kuas dan campuran warna yang menyatu dengan sangat pas dan indah itu. Axcel kini ikut memperhatikan lukisan itu dengan serius.
" Wah. Wah. Jangan bilang pelukis MG sempat vakum dari dunia pelelangan karena menjadi satu-satunya pelukis yang memberikan lukisannya ke pemilik galeri itu. "
" Jika benar. Pasti dia adalah orang yang sangat kaya."
Haha... Mereka belum tau saja jika dua orang yang mereka bicarakan adalah orang yang sama. Yaitu Zehya. Adik kesayangan mereka.