NovelToon NovelToon
The Great Mafia

The Great Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Perperangan / Bad Boy
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Gatto Pieno

Ini adalah kisah perjalanan seorang mafia italia yang bernama Ken dari keluarga Gatto salah satu keluarga mafia kelas kakap yang ada di italia,lika liku kehidupan gelap mafia ia jalani menjadi mesin pembunuh terbaik di keluarga Gatto,awal mula ketika ia diculik oleh sindikat perdagangan manusia di korea dan ia dibawa ke italia untuk dijadikan pekerja paksa namun siapa sangka ketika ia mencoba kabur dari sindikat tersebut ia bertemu dengan bos mafia di sana.Ken pun menjadi anak angkat bos mafia yang bernama Emilio itu.ia disekolahkan dan didik menjadi mesin pembunuh yang kejam hingga tidak ada satupun di dunia mereka yang tidak mengenal seorang Ken,orang yang kejam,berdarah dingin,diskriminatif dan berani itu menjadi pembunuh nomor satu di italia,bahkan namanya tidak hanya terkenal di keluarga mafia yang ada di italia saja,keluarga keluarga mafia dari berbagai belahan dunia mengenal baik nama seorang Ken

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gatto Pieno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25

Malam terus berlanjut, mereka berdua masih menikmati angin pantai yang tenang itu.

“Kenapa berlama-lama di sini? Apa hatimu belum tenang juga?” oceh Argus.

“Tunggu sebentar, aku sedang menunggu seseorang di sini,” Ken mengambil rokok dari kantongnya.

“Apa kau punya korek?” ucap Ken dengan sebatang rokok di mulutnya.

Argus mengeluarkan korek dari saku jaketnya. “Ini!” Ia memberikannya pada Ken.

“Terima kasih,” Ken mengambil korek itu lalu menghidupkan sebatang rokok di mulutnya itu.

“Sudah berapa jam kita di sini, sebenarnya apa yang kau tunggu?” Argus terlihat kesal dengan temannya itu, dari tadi mereka hanya duduk tanpa melakukan apapun.

“Sebentar lagi mereka akan sampai,” ucap Ken.

“Mereka??” Argus kebingungan.

Tiba-tiba, deru helikopter tempur jenis Sikorsky CH-53K King Stallion yang kencang menghampiri mereka, mendarat di pasir pantai itu. Argus yang melihat itu sedikit waspada dengan kedatangan helikopter.

“Siapa yang datang?” Argus berdiri dari tempat duduknya berusaha melihat siapa yang datang.

“Ternyata mereka sudah sampai,” ucap Ken santai sambil berdiri.

Argus hanya melirik Ken. Ia penasaran pada orang yang sedang ditunggu oleh sahabatnya itu. Ia masih berusaha melirik bayangan orang-orang yang turun dari helikopter tempur itu. Ia seperti tidak asing dengan postur orang-orang yang datang menghampiri mereka.

“Selamat datang di Meksiko, Kapten,” Ken menyapa orang-orang itu. Ternyata orang-orang yang ditunggu oleh Ken adalah pasukan tentara bayaran waktu itu.

“Apa kau terkejut, kawan?” Ken melirik Argus.

“Sedikit,” Argus menimpali.

“Apa kalian membawa peralatan yang lengkap?” ucap Ken bertanya pada sang Kapten.

“Sesuai yang kau minta, aku telah membawa semua senjata berat di dalam tas kami,” sang Kapten menunjukkan tas-tas besar yang mereka bawa.

“Baiklah, kita akan mulai misinya besok malam. Kalian bisa menginap di hotel yang telah aku sewa di bagian barat kota ini, dan aku meminta tolong dua orang anak buahmu untuk mengintai markas musuh sampai hari esok,” Ken berbicara pada sang Kapten.

“Baiklah, akan kuperintahkan mereka sesuai keinginanmu,” ucap sang Kapten.

Ken dan Argus pergi meninggalkan pasukan tentara bayaran itu menuju ke mobil.

“Apa yang kau pikirkan hingga membawa mereka pada pertarungan ini?” kesal Argus.

“Mereka telah berpengalaman menghadapi situasi ini, lagipula aku membayar mereka per kepala satu kilogram emas,” ucap Ken dengan santai.

“Apa direktur korps mereka tahu identitasmu?” khawatir Argus.

“Kau tenang saja, aku menggunakan salah satu identitas anggota keluarga elite Bratstvo untuk menyewa mereka,” timpal Ken.

“Kau tahu risikonya kan jika atasan mereka mengetahui identitas aslimu? Dan juga itu berisiko pada diriku,” Argus menatap sahabatnya itu.

“Apa kau takut diburu oleh mereka?” Ken mengejek Argus.

“Siapa bilang aku takut, aku hanya mengkhawatirkanmu,” Argus memberikan alibinya.

“Kau terlalu cepat mencemaskanku, kau tahu selama ini bagaimana kehidupanku, menjadi petarung,” Ken menyombongkan dirinya itu.

Argus tidak bisa mengelak lagi. Sejauh ini, Ken lah petarung paling kuat yang pernah ada. Bahkan sang legenda pendeta Gabriel mengakui kekuatan sahabatnya itu. Selama ia bertarung dengan Ken, ia tak pernah melihat sedikitpun rasa takut pada matanya itu, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Ambisi melindungi orang-orang terdekatnya membuatnya jauh melampaui batas petarung biasa.

Pernah suatu ketika, ketika Ken diberi tugas mengawal Emilio, ia berhasil menangkap mata-mata dari keluarga Black Rosse di Ukraina. Ia mengintrogasi mata-mata itu dengan sadis, ia melukai mata-mata itu dengan penghalus kayu dan memberikan setiap lukanya air yang telah dicampur oleh garam hingga mendapatkan informasi rencana pembunuhan Aldrich, kepala Keluarga Bratstvo saat itu. Padahal mata-mata itu termasuk ke dalam dua belas pembunuh bayaran yang paling ditakuti di daratan Rusia saat itu, namun ia dapat dengan mudah mengalahkannya. Semenjak saat itu namanya mulai terkenal di kalangan pembunuh bayaran seantero dunia.

Keesokan harinya, mereka mulai mempersiapkan rencana penyerangan pada keluarga El Pablo. Seluruh pasukan yang telah dipersiapkan sudah tidak sabar menjalankan aksinya. Mereka telah menghubungi polisi setempat untuk mengevakuasi penduduk setempat agar tidak memakan korban masyarakat sipil dengan dalih kebocoran gas.

“Bagaimana kondisi markas utama mereka saat ini?” Ken bertanya pada anak buah sang Kapten yang ditugaskan mematai-matai markas utama keluarga El Pablo.

“Saat ini mereka sedang dalam kondisi waspada, Tuan. Banyak tukang pukul mereka yang berkeliling di depan markas mereka,” ucap anak buah sang Kapten.

“Bawa pria berkacamata hitam itu ke hadapanku, dan siapkan barang yang aku minta kemarin,” Ken memerintah salah satu anggota elite keluarga Bratstvo.

“Baik, Tuan,” anggota elite keluarga Bratstvo itu pergi.

Tak lama kemudian, anggota elite keluarga Bratstvo itu membawa pria berkacamata hitam itu ke hadapan Ken dan barang yang diminta.

“Apa kalian sudah mengobatinya?” Ken bertanya.

“Sudah, Tuan,” jawab mereka.

“Kalian pasangkan barang itu pada tubuh pria ini, pastikan semuanya bekerja dengan baik,” perintah Ken.

“Baik, Tuan,” jawab mereka. Ken pun lalu meninggalkan mereka kembali ke kamarnya.

“Apa yang ingin kalian lakukan padaku?” cemas pria berkacamata hitam itu.

“Kau jangan banyak bicara, atau aku patahkan lagi kakimu,” ucap sang Kapten sambil memasangkan barang yang diperintahkan Ken.

“A...a...apa ini bom?” pria berkacamata hitam itu ketakutan setengah mati.

“Tidak bisakah kau tutup mulutmu itu, atau kau memang ingin kakimu kupatahkan lagi,” sang Kapten mulai emosi.

“Tolong ampuni aku...aku berjanji akan berguna untuk kalian jika kalian membiarkan aku hidup,” pria berkacamata itu menangis.

Argus tiba-tiba saja datang, memperhatikan pria itu berlutut dan memohon ampun sambil menangis tersedu-sedu.

“Hei, kenapa kau menangis seperti itu, apa kau tidak malu dengan tato di tubuhmu itu?” Argus menjambak rambut pria berkacamata hitam itu.

“Tolong ampuni aku...aku berjanji akan melakukan apapun untuk kalian,” pria berkacamata hitam memohon kepada Argus.

“Kau beruntung Ken tidak menyiksamu, jika kau merasakan siksaan darinya mungkin kau akan ingin segera mati. Kau belum pernah melihat lidah dan bola mata seseorang lepas dari tempatnya, kan?” Argus melepas jambakannya dan menghempaskannya ke lantai.

“Kau ingat, kematian tanpa rasa sakit itu adalah anugerah, dan malam nanti kau akan mendapatkan anugerah itu,” Argus meninggalkan pria itu. Pasukan itu pun mengangkat pria berkacamata hitam itu.

“Kau salah melawannya,” sang Kapten berbicara sambil mengangkat pria berkacamata itu.

Pria berkacamata itu menatap sang Kapten.

“Jangankan kau, aku saja bisa dikalahkannya dengan mudah dulu. Saat itu usianya masih muda, aku tidak bisa membayangkan kekuatannya sekarang. Mungkin ia bisa menghancurkan satu korps marinir dengan kekuatannya itu. Entah apa yang dilakukan pada pria itu hingga ia bisa sekuat ini,” ucap Sang Kapten.

Pria berkacamata hitam itu hanya terdiam. Ia meratapi nasibnya itu. Andai saja ia tidak bertemu dengan monster seperti itu, mungkin ia masih menikmati kesenangan dalam hidupnya.

1
Arabella
bab awalnya bagus thor, tapi akan lebih bagus jika habis tanda baca, ada spasinya, biar semakin enak di baca.

Saran, lanjut thor, semangatt
natan , orang baik
good, semangat author ditunggu update cerita selanjutnya bagus banget. jadi teringat Vincenzo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!