Cinta yang habis di orang lama itu, nyatanya bukan karna belum move on, tapi karna dia punya ruang tersendiri.
-anonim-
Kisah cinta pertama yang harus berakhir bukan karena tidak lagi saling mencintai.
"Aku terdiam menutup mataku, berpikir apa yang akan kukatakan. Akhhh Malika... kenapa ini begitu sulit? Tuhan tau betapa keras usahaku untuk melupakanmu, tapi sepertinya kini hanya dinding yang ada di hadapanku. Dulu ada satu titik, kita yakin pada kata selamanya, saat kamu meninggalkanku, rasanya aku menjadi seperti zombie. Aku yakin aku telah melewatinya tapi melihatmu kembali dihadapanku, kenapa aku jadi menggila seperti ini?."
Full of love,
From author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Aku mulai melakukan apa yang kak Aryo sarankan beberapa waktu lalu. Hingga aku menemukan kak Bima. Ia adalah salah satu kenalan teman kak Aryo, mereka berada ditingkat yang sama, aku tertarik padanya karena kami memiliki latar belakang yang mirip. Orangtuanya bercerai sama sepertiku, namun dikasusnya, papanya lah yang memenangkan hak asuh anak. Kak Aryo selalu memberiku masukan jika ada pria yang mendekatiku.
"Ka, apa kamu tertarik dengan Bima?", tanya kak Aryo melalui telepon.
"Ya kak, menurut kakak bagaimana kak Bima?".
"Entahlah Ka, teman-temanku juga tidak terlalu mengenalnya, katanya ia pendiam Ka".
"Hmmm... gitu ya kak...".
"Tapi Ka, jika kamu memang tertarik padanya ya jalanin aja, tapi selalu hati-hati ya Ka, jangan cepat jatuh cinta sampai kamu yakin".
"Iya kak aku mengerti".
Seiring berjalannya waktu, aku semakin dekat dengannya, saat itu kak Bima sudah ditahap akhir membuat skripsi, sedangkan aku masih memiliki beberapa mata kuliah sambil mulai mengerjakan skripsi.
"Malika, apa kamu ada acara setelah selesai kuliah?", tanya kak Bima.
"Ga ada sih kak, cuma aku mau ke perpustakaan mau pinjam buku. Ada apa kak?".
"Aku mau minta saran sama kamu, kita ketemu di perpustakaan aja nanti apa boleh?".
"Ooo... ok kak".
"Kak Bima..., apa sudah lama ada disini?", tanyaku sesampainya di perpustakaan.
""Ga juga kok, kamu cari buku kamu dulu aja Ka".
"Loh kakak ga apa-apa nunggu?".
"Iya sana", kemudian ia mendorongku kearah rak-rak buku.
"Ok kak".
Setelah aku menyelesaikan administrasi peminjaman buku aku duduk seberang kak Bima.
"Kak aku sudah selesai, apa yang bisa aku bantu kak?".
"Baca ini Ka", ia menyerahkan sebuah surat padaku.
"Baca dalam hati aja ya Ka", kemudian ia berpindah tempat duduk ke sampingku.
Aku membukanya dan kaget dengan apa yang tertulis sebagai judul surat itu.
"I Love You Malika.
Kamu sangat cantik Malika, tidak hanya wajahmu tapi juga hatimu.
Kamu ramah dan suka tersenyum.
Kamu mengerti aku, tidak seperti yang lainnya.
Berbicara denganmu memberikan kehangatan.
Kamu membuatku ingin melakukan yang terbaik di segala hal.
Kamu tau apa yang kamu mau.
Aku menyukai caramu menghiburku saat aku merasa aku bukan siapa-siapa.
Aku menyukai kamu yang mau terbuka kepadaku.
Aku menyukai bagaimana kamu yang dengan mudah membaca moodku hari itu.
Aku menyukai saat kamu menatap mataku saat berbicara atau mendengarkanku.
Malika apa kamu menjadi pacarku?".
Setelah membaca surat itu, aku menatapnya dengan mata yang bertanya tanya.
"Aku sangat menyukaimu Malika, aku jatuh cinta, apa kamu mau jadi pacarku?", tanyanya dengan hati-hati sambil menatapku.
Aku tersenyum padanya dan berkata,
"Aku juga menyukai kakak".
Ia memegang kedua tanganku, lalu kami sama-sama tersenyum.
"Drrttt...drrtt...", aku menunggu mama mengangkat telepon.
"Ya Ka, bagaimana kabarmu?".
"Baik ma. Aku telepon mau kasih tau mama, kalau tadi kak Bima nembak aku, terus aku bilang iya. Wahhh, mama ikut senang, lain kali ajak dia ke Yogya ya Ka, mama sama papa mau kenalan".
"Iya ma. Kak Aryo ada ma?".
"Aryo belum pulang, katanya mau makan diluar, dia sering pulang malam akhir-akhir ini Ka. Kayanya mama akan punya 2 calon mantu nih".
"Oya ma? Wahhh kak Aryo belum cerita sama aku".
"Baru Ka, semingguan ini deh kayanya".
"Papa udah pulang ma?".
"Tadi papa telepon kalau dia dalam perjalanan pulang".
"Ooo ok... Ma, Malika mau siap-siap tidur ya ma".
"Ok, dah sayang", ucap mama sambil menutup telepon.
Keesokan harinya aku dan kak Bima makan siang bersama disekitar kampus, lalu ada telepon masuk dari kak Aryo,
"Ka, selamat ya, mama cerita tadi pagi".
"Iya kak makasih".
"Kamu lagi makan ya Ka?".
"Iya ini...", aku belum beres mengucapkan kalimatku, kak Aryo memotong dengan nada bicaranya yang usil.
"Pasti makan sama pacar baru deh, bikin iri aja".
Aku tertawa mendengarnya.
"Loh kakak juga kata mama punya cerita baru, tapi kok belum cerita sama aku?".
"Dih anak kecil kepo aja, gossip itu Ka", ucap kak Aryo sambil tertawa kecil. Aku ikut tertawa mendengarnya.
"Udah sana, nanti ada yang cemburu kamu ngomong lama sama aku. Dah Malika".
"Ya kak", aku menutup teleponnya.
"Ka kamu deket ya sama Aryo?".
"Awalnya sih ga, tapi kak Aryo sangat perhatian dan suka bercanda denganku, jadi kami seperti saudara kandung sekarang".
"Kak Bima sama adik kak Bima bagaimana?".
"Awalnya sama seperti kamu, canggung rasanya. Tapi mungkin karena dia perempuan, aku dituntut untuk selalu mengalah dan menjadi contoh yang membanggakan di rumah. Papa sering membandingkan kami, dan lebih mengapresiasi apa yang adikku raih. Jadi aku iri denganmu Malika".
Aku memegang tangannya,
"Ga usah dipikirin kak, papa kakak hanya memiliki cara yang berbeda, tapi sebenarnya ia pasti sangat menyayangi kakak".
"Iya Ka, aku juga sekarang punya kamu, kamu 1 orang aja udah cukup kok buat aku".
Kak Bima berasal dari Jakarta, selama di Malang, ia juga tinggal di kosan. Jadi kami lebih sering menghabiskan waktu antara kosan kami berdua.