Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
"ZANNA! NORA!"
Sang empunya nama sontak langsung terkejut, mana abis dilempar penghapus lagi. Malu juga, diperhatikan seluruh kelas.
Zanna dan Nora menatap takut-takut pada Pak Edo, guru Fisika mereka.
"Mampus dah kita," cicit Nora
"Sekali lagi kalian gak merhatikan, bakal Bapak hukum! Udah tau 'kan hukumannya?" ancam Pak Edo menatap tajam pada 2 muridnya itu.
Menelan ludah susah payah, keduanya kompak mengangguk.
"Baik, Pak! Gak lagi-lagi kok!" ucap Nora
"Iya bener!" sahut Zanna
Pak Edo menatap memicing pada keduanya, namun beberapa detik kemudian, dia berbalik ke papan tulis, melanjutkan pembelajarannya.
Zanna dan Nora seketika menghela nafas lega.
"Lo sih ah," gumam Zanna menyalahkan Nora
Meski lirih, Nora tentu masih bisa mendengarnya. Dia melirik sinis ke Zanna sebagai balasan disertai dengusan. Gak sadar diri emang si Zanna, dianya aja mau diajak ngobrol! Batin Nora menggerutu.
Ngomong-ngomong, selain pelajarannya yang memang menyebalkan bagi kebanyakan anak, yang mengajar Fisika di kelas Zanna juga bisa dibilang menyebalkan. Kalau kesinggung, bisa-bisa dikasih hukuman mengerjakan soal Fisika dalam bentuk essay bisa 10 lebih. Mana susah. Kalau gak benar ngerjainnya, maka nilai dalam raport akan dikurangi. Tentunya itu menjadi masalah bagi anak MIPA, Fisika adalah mata pelajaran wajib jurusan ini. Untungnya cara mengajarnya masih bisa difahami, ya meski gak faham-faham amat.
Zanna dan Nora emang terlalu nekat menantang guru itu dengan mengobrol di kelas. Untung gak kena hukuman.
......................
"Nio, kenalin ini Rara sama Irin karyawan Tante,"
Elenio mengernyit bingung, namun tak urung dia bersalaman dengan kedua gadis di depannya yang perkiraan umuran 20 an.
"Elenio,"
"Salam kenal Elenio, btw ganteng banget loh! Kok baru kelihatan ini keponakannya Bu?" tanya Rara yang kelihatan antusias. Irin sendiri sampai meringis malu dibuatnya.
Beda dengan Rara yang hiperaktif, Irin ini sedikit pendiam dan kalem.
Gianina terkekeh. "Iya tinggal di ibukota dia, sekarang mau pindah sekolah di sini buat lebih jaga pergaulan. Tau lah pergaulan anak-anak sekarang di ibukota kaya gimana," ucap Gianina dengan bumbu-bumbu kebohongan, dan Elenio pun tak mempermasalahkannya.
Rara mengangguk faham. "Oh gitu ya mba. Gak ada Fay, Elenio pun jadi! Lebih ganteng lagi!" ucapnya tak tau malu.
Gianina hanya geleng-geleng kepala saja mendengarnya. Gianina memang cukup santai dengan karyawannya, itulah mengapa Rara cukup berani bertingkah seperti itu. Gianina tidak akan mempermasalahkannya, asalkan tahu batas.
Fyi, Fay itu keponakan Gianina yang sedang kerja merantau di kota. Lulusan tahun ini, dan biasa ikut membantu juga di toko. Melayani pelanggan lebih tepatnya, mana bisa ikut buat kue, yang ada bisa mengacau.
Elenio sendiri sebenarnya masih agak canggung dengan 2 karyawan Gianina ini, tapi melihat tingkah Rara, sepertinya dia mulai bisa santai.
"Tan, kok mereka kemaren gak ada?" tanya Elenio. Akhirnya pertanyaan yang sedari tadi mengganjal dibenaknya bisa tersampaikan juga.
"Kemaren Irin mendadak harus jagain Ibunya yang sakit di Rumah sakit. Kalau Rara emang lagi cuti," jawab Gianina
"Maaf ya Bu gak bisa bantuin kemaren, udah terlanjur keluar kota soalnya," ucap Rara mendadak bersalah
Gianina menggeleng. "Gapapa, lagian 'kan emang itu waktunya kamu cuti," balasnya
Rara tersenyum canggung sebagai tanggapan.
"Udah yuk kerja lagi!"