Berceritakan tentang karakter utama kita, yang dipindahkan ke dunia lain. Dia sangat senang sekali mengetahui bahwa, dia telah dipindahkan ke dunia lain, seperti di Komik, Manga, dan Novel yang dulu pernah dia baca. Mereka akan mendapatkan jari emas atau sistem, untuk membantunya menjadi kuat dan tak terkalahkan. Tapi... "APA-APAAN INI!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Malapetaka 2
"MATILAH BAJINGAN!" Dewa matahari melesatkan anak panahnya, itu adalah teknik pamungkasnya.
"Begitu ya, ini kukembalikan anak panahmu!" Zane melemparkan tiga anak panah api miliknya, itu melesat dengan cepat dan membentur panah api milik dewa matahari.
'KABOOOMM!'
Ledakan dari benturan kedua anak panah itu, menyilaukan mata para dewa, "JLEB!" Tanpa dewa matahari sadari dia sudah tertancap anak panahnya sendiri.
"AAARRRRGHHHH!" Dia terbakar sampai hangus tentunya.
Melihat kematian dewa matahari di hadapan mereka semua, itu membuat seketika suasana menjadi hening, sampai si Zane mulai berbicara.
"Indah sekali bukan?" tanya Zane dengan senyuman diwajahnya, dia perlahan mendekati mereka.
"S-SEMUANYA SERAAAAANGGG!" Pemimpin regu dengan sedikit takut, dia berusaha kuat dihadapan bawahannya.
Mendengar sinyal dari pemimpin regu, para dewa serentak bersama-sama menyerang Zane beramai-ramai.
"HAAAAAA! ORAAAAA!"
Mereka bertempur habis-habisan, semakin banyak korban yang berjatuhan di tangan Zane. Alun-alun Domain God yang sebelumnya adalah tempat yang indah, banyak orang yang lewat saling sapa menyapa, sekarang tempat itu menjadi kuburan mereka, untuk menghadapi satu orang saja, satu batalion penuh para dewa kasta bawah, menengah maupun bangsawan. Mereka semua bekerja sama, tapi pada akhirnya para dewa itu tidak mampu menghentikannya.
Pertempuran itu berlangsung selama bertahun-tahun, tidak terlihat kelelahan di muka Zane, pergerakannya tidak melemah sedikitpun. Pertempuran jangka panjang seperti ini tidak ada apa-apanya bagi Zane, yang ada dia tampak menikmati menyiksa mereka. Itu terpampang jelas dari senyuman diwajahnya.
Pertempuran itu sempat terhenti, karena kedatangan sang Raja Artur, sesampainya ia di sana. Hanya menyisakan beberapa dewa dan dewi saja.
"HENTIKAN!" Suara itu menghentikan mereka semua, Artur berdiri didepan para dewa dan dewi yang sudah terluka dan kelelahan.
"Saya Artur Penguasaan di tempat ini di zaman ini! Siapakah kau?"
"Hmm." Zane tidak menjawab pertanyaannya, dia hanya mengusap bercak darah di pipinya.
"Kenapa kau melakukan ini semua?" Artur kembali bertanya.
"Kenapa kau bilang! Lucu sekali." ia berbicara dengan sudut mulutnya terangkat sedikit.
"Kamu meluluhlantakkan tempat ini, membuat semuanya menderita, banyak yang terbunuh. Apa alasannya?"
"Alasan ya... Tanyakan itu pada dewi cahayamu itu!"
"Apa maksudmu? Ah jangan-jangan kau!"
"Ya benar! Haha...."
"Tidak, tunggu aku lupa? Siapa ya."
"BA-BAJINGAN INII!" Zane langsung melompat dan ingin meninjunya, tapi itu di tangkis oleh Artur.
"Ugh!" Bahkan Artur pun terpental kebelakang setelah meninjunya.
'Apa-apaan dengan kekuatannya itu!' ucap Artur dalam hatinya dengan mengerutkan keningnya.
Mereka berdua beradu pukulan, setiap benturan dari tinju mereka berdua membuat, medan disekitarnya hancur.
Pertarungan itu terus berlanjut bertahun-tahun lamanya, Zane melawan Raja para dewa Artur, dan 5 dewa dewi lainnya sekaligus.
Jika dilihat sekilas pertarungan itu tidak seimbang, tapi sebenarnya para dewa itu kewalahan melawan Zane yang seorang diri.
Dan sampai lah pada ujung pertarungan, "Itu saja kah? kemampuan kalian, hah!"
Zane masih terlihat tidak lelah sedikitpun, tapi disisi lain para dewa sudah kehabisan energi mereka, sudah sangat lelah.
"SEMUANYA SALURKAN KEKUATAN KALIAN PADAKU!" ucap Artur dengan keras pada 5 dewa dan dewi yang tersisa.
"Kita akhiri sekarang!"
"Ya kau benar pertarungan ini sudah membosankan."
Keduanya mengeluarkan kekuatan penuhnya, dengan teknik masing-masing pihak.
"Kau harus merasa terhormat karena bisa merasakan tebasan pedangku!" kali ini Zane menggunakan pedangnya, mengeluarkan tebasan horizontalnya.
Sedangkan para dewa mengeluarkan teknik penghancur segalanya, dengan kekuatan dari Artur dan lima dewa dan dewi.
Mereka berdua melepaskan tekniknya masing-masing, dan saling berbenturan.
Terlihat Domain God hancur oleh tebasan Zane, Tapi....
"Ehh!" Zane bingung dengan apa yang terjadi, dia melihat kedua lengannya, melihat sekitarnya dan....
"Sepertinya aku pernah melihat ini? Bukankah didepan sana itu, pintu yang terbuat dari emas, dinding yang menjulang tinggi yang terlihat kokoh itu. Tapi sebenarnya rapuh!"
"Bukankah ini pintu gerbang yang sudah kuhancurkan?"
Bersambung....