Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Dia dan masa lalunya
Airlangga sungguh tak suka saat Agnia membahas Mely. Pria itu langsung keluar dan menuju ke sebuah ruangan dimana ia kerap berada di sana ketika larut tiba. Belum lekang dari ingatannya tujuh tahun silam. Tentang lembaran masa lalunya bersama seseorang.
"Mel, ini aku bawakan makanan kesukaan kamu. Sory baru bisa belikan ini, Pak Moy telat ngasih gajinya!" ucapnya dengan wajah penuh kegembiraan.
Tapi Mely langsung mencampakkannya usai melihat sebentar dengan ekspresi tidak tertarik. Macam orang yang sudah muak.
"Sorry Lan, kayaknya kita break dulu aja deh. Aku gak bisa kalau kita begini terus. Kamu tahu kan kamu itu masih sulit buat ngidupin diri kamu sendiri, aku nggak munafik, aku gak bisa dengan orang yang belum mapan. Kita break aja dulu dan coba perbaiki diri masing-masing."
Tapi kata break sebentar rupanya berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Ia malah mendapati Mely bergelayut manja di lengan seorang pria di dalam mobil.
Dan Airlangga tertegun menatap perempuan yang kini meninggalkannya seorang diri bersama pria itu. Begitukah sekalinya perempuan? Menolokukurkan segala sesuatu berdasarkan materiil?
Ia seketika tersenyum kecut demi mendapati keadaan serta kenyataan yang ada. Kini tak salah jika ia harus menyamaratakan perempuan. Nyatanya, hingga detik ini, semua perempuan yang ada di hidupnya, hanya menorehkan luka.
Kini ia juga percaya betul, bahwa tidak ada perempuan yang mau menerima pria miskin dan memulai segala sesuatunya dari nol. Padahal, ia sengaja membuat keadaannya sedemikian rupa hanya untuk menyaring perempuan yang berhati baik seperti dambaannya sejak dulu.
Ia, yang mendambakan sosok penuh cinta kasih dan tak menyoalkan harta.Tapi sepertinya, keinginannya itu macam sebuah kemustahilan. Kekosongan yang tiada pernah bertepi.
Dan sekarang, ia yang sedang menjadi lakon di sisi kehidupannya yang lain, hanya perlu meneruskan jalan hidupnya yang sudah ada, entah esok hari, entah lusa nanti. Tak seorangpun tahu, kecuali dia dan yang maha mengetahui.
***
Airlangga barusaja keluar dari ruangan CCTV ketika Jovan masuk dan melaluinya begitu saja dengan wajah sewot. Ia berjalan mengikuti Jovan yang ternyata menuju ke kamar Agnia.
Melihat hal itu, ia langsung mengetik pesan di ponselnya lalu pergi keluar. Ia memacu mobilnya dengan cepat, ternyata ia menuju ke rumah Jovan.
Rumah itu tidak di jaga, tapi ia melihat ada beberapa titik yang di hinggapi CCTV. Ia akhirnya menutupi benda membahayakan itu dengan sebuah kain setelah memperhitungkan betul-betul konsekuensinya. Pria ini sungguh cerdik dan sangat terlatih. Bisa di pastikan jika apa yang dia lakukan saat ini, pasti tidak terendus.
Ia akhirnya berjalan masuk dan mengendap-endap bersembunyi dari lalu lalang pelayan yang mungkin saja melihatnya. Semudah itu bagi seorang Airlangga dalam memasuki rumah Jovan.
Pria berjas hitam itu akhirnya berhasil masuk ke kamar Jovan dengan aman. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Kamar itu sangat luas dan terdapat banyak sekali barang-barang mewah. Ia bergerak maju dan berhenti di sebuah meja mengkilap. Tangannya lalu terulur untuk memeriksa bagian dalam lemari.
Tak menemukan barang yang ia cari di dalamnya, ia lantas berjongkok ke bawah tepat di sisi ranjang dan tanpa sengaja malah menemukan sebuah benda aneh. Ia menarik benda itu dan segera mendecak keras demi melihat G-string dalam cubitannya.
Ia segera melempar benda menjijikan itu ke sembarang arah lalu memfokuskan kembali mencari barang incarannya. Ia sungguh tak menyangka jika Jovan sungguh doyan dengan hal begituan. Perempuan payah itu sungguh bodoh karena di bohongi bajingan bernama Jovan selama ini.
Dan tak juga menemukan barang yang di cari di sekitar lemari ranjang, instingnya mengarahkan langkah menuju ke dinding, dan benar saja di sana ada tombol rahasia yang ketika di tekan memunculkan sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat brangkas baja.
Benar-benar licik.
Airlangga berjalan masuk lalu mengamati benda kotak dengan ukuran sekitar satu meter itu. Airlangga mengumpat demi mengetahui jika sandi kotak besi itu adalah sidik jari Jovan.
***
"Kau ajak dia ngobrol dulu. Ini kesempatan bagus untukku menyatroni rumahnya!"
Pesan dari Airlangga membuatnya harap-harap cemas. Pasalnya ia kini hanya berdua saja bersama Jovan. Tak ada pengawalan apalagi perlindungan.
"Kenapa kau tak bilang kalau kau sakit sayang, hm?" Jovan memegang tangan halus Agnia. Pria itu sungguh terlihat cemas dengan keadaan Agnia yang pucat.
Agnia terpaksa berpura-pura manja dengan bergelayut di lengan kurus Jovan. Jika bukan karena ia harus mengambil buku besar perusahaannya, ia tentu tak akan sudi melakukan semua ini.
"Aku hanya tidak ingin menganggu mu. Kau sangat sibuk dan perusahaan ku tentu tidak boleh terbengkalai kan? Aku cukup paham!"
Dan Jovan terlihat tersenyum senang, "Kau memang selalu baik!"
Agnia menunjukkan senyum palsu meksipun perutnya mulai bergejolak.
"Oh ya, aku kemari sebenarnya karena ingin memberimu kejutan!" tukas Jovan.
"Kejutan?"
Jovan mengangguk, "Aku sudah memesankan tiket liburan untuk kita. Pekan depan jadwal kita agak longgar, ini bisa kita manfaatkan. Selain itu, kita akan membicarakannya proyek kota N bersama Mr. Wong!"
Agnia langsung terkejut, liburan? Bagiamana ini?
"Ta-tapi, aku masih sakit!" jawab Agnia terbata-bata.
"Kau pasti akan sehat. Aku akan..."
TOK TOK TOK
Pintu terketuk dan membuat ucapan Jovan menguap. Rupanya yang datang adalah dokter.
"Nona, dokter sudah datang!" kata seorang pelayan.
Jovan tersenyum, "Sayang, dokter sudah datang. Kau pasti akan sembuh. Ah dokter, cepatlah calon istriku sedari tadi menunggumu!"
Namun gejolak yang semakin tak tertahankan karena kalimat penuh kepalsuan Jovan itu membuat mulut Agni terbuka secara paksa dan kemudian,
"Hueekkk!"
BYOR!
Mata Jovan seketika mendelik demi melihat Agnia muntah diatas kemejanya.