Pernikahan kekasihnya dengan seorang Panglima membuat Letnan Abrileo Renzo merasakan sakit hati. Sakit hatinya membuatnya gelap mata hingga tanpa sengaja menjalin hubungan dengan putri Panglima yang santun dan sudah mendapat pinangan dari Letnan R. Trihara. R. Al-Ghazzi.
Disisi lain, Letnan Trihara yang begitu mencintai putri Panglima pun menjadi patah hati. Siapa sangka takdir malah mempertemukan dirinya dengan putri wakil panglima yang muncul di tengah rasa sakit hatinya yang tak terkira. Seorang gadis yang jauh dari kata santun dan kekanakan.
KONFLIK TINGGI, HINDARI jika tidak tahan dengan cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Neng Rintis.
Rintis begitu pasrah. Tenaganya seakan terkuras habis. Jeritnya pun bahkan tidak di dengar lagi. Ia tak pakai kenapa suaminya begitu buas dan liar.
Sesaat kemudian Bang Hara semakin mendekap erat tubuh sang istri lalu menyelesaikan tugasnya hingga tuntas. Suara des_ah kelegaan terdengar dari bibirnya.
Pergulatan malam itu membuat Bang Hara benar-benar lelah hingga dirinya langsung terkapar di samping.
"Jahaaaat..!!" Gumam Rintis yang mungkin tidak terdengar lagi di telinga Bang Hara.
...
Mata Bang Hara mengerjab mendengar suara yang begitu menyiksa. Dirabanya tempat tidur tempat biasanya Rintis tidur.
"Apa Rintis muntah?" Bang Hara pun segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke arah sumber suara.
Benar saja, Rintis sampai tidak sanggup menopang beban tubuhnya tapi saat itu Bang Hara sigap menahannya.
"Ada apa kamu, Neng?? Kenapa bisa sampai seperti ini??" Dengan tanggap dan sigap, Bang Hara membersihkan tubuh sang istri lalu mengarahkan istrinya itu untuk duduk di kursi meja makan.
Di malam buta itu, Bang Hara menjerang air agar Rintis bisa mandi.
"Besok pagi saja ya..!!" Pinta Rintis melakukan tawar menawar dengan Bang Hara.
"Nggak bisa, selesaikan dulu apa yang belum kita selesaikan..!!" Kata Bang Hara.
***
Pagi ini Rintis semakin menggigil kedinginan, pelukan Bang Hara pun rasanya belum bisa mengusir rasa dinginnya.
"Ya Allah, kamu kenapa sih?? Jangan buat saya cemas begini lah, Neng..!!"
Benar saja, belum sampai beberapa menit. Rintis sudah lemas tak sadarkan diri.
"Neng??? Alah Gustii.. piye to iki??" Gumamnya gelisah.
-_-_-_-_-
Bang Hara membuang nafas panjang. "Hari ini istri saya tidak bisa mendampingi dalam acara ini. Beliau sedang tidak enak badan."
Para anggota pun memaklumi hanya saja karena sakitnya istri tercinta, pria yang besok pagi akan menyandang pangkat Kapten itu merasa kurang bahagia.
"Siaaap..!!" Agaknya para anggota juga kurang merasa bahagia pasalnya Ibu Danki mereka yang imut dan sering membuat urat syaraf Danki menegang kini tidak hadir disana untuk mendampingi acara kenaikan pangkat.
:
Bang Hara terus memperhatikan satu persatu anggotanya yang hari ini sedang mendirikan tenda untuk hari esok. Kompi mereka akan mengadakan syukuran kecil-kecilan atas kenaikan pangkat tersebut.
Tak berapa lama, sebuah mobil berhenti di depan pelataran kantor. Ternyata mudi Kompi baru saja menjemput Rintis.
Senyum Bang Hara pun merekah meskipun masih mengisyaratkan kekhawatiran pun melangkah menghampiri.
"Kenapa kesini, bukannya dari semalam tidak enak badan? Masih sakit atau tidak??" Bisik Bang Hara menekankan kalimat terakhirnya.
"Masih, malah sakit sekali. Titis malas lihat Om Har, tapi kalau jauh juga tidak suka." Rengek nya terdengar begitu manja.
Mudi Kompi hanya bisa menelan senyum sedangkan Bang Hara langsung memeluk sang istri agar istri kecilnya itu tidak terlalu banyak membuang suara.
"Maaf, saya tidak sengaja sekasar itu sama kamu." Kata Bang Hara.
"Oomm.. Titis mau kebab." Pinta istri kecil Danki serbu.
Bang Hara membuang nafas berat, dimana ia bisa menemukan makanan semacam itu di puncak gunung es.
"Oom..!!!!"
"Nanti saya usahakan. Sebenarnya apa yang kamu rasakan, kenapa pengen sekali makan kebab yang jelas tidak ada disini, Neng. Kamu kan tau, untuk bisa makan protein hewani saja terkadang kita harus menunggu kiriman dari bawah." Jawab Bang Hara.
"Om Har berburu donk..!!" Paksa Rintis.
"Berburu cinta Neng Rintis aja boleh nggak??" Goda Bang Hara.
"Ooomm.. " Rintis pun menjadi begitu kesal mendengarnya.
"Oke lah, kamu tunggu di rumah. Saya dan yang lainnya berangkat berburu di hutan sekarang..!!"
Rintis mengangguk mantap membiarkan Bang Hara pergi.
"Jangan sapi ya, kasihan..!!" Pesan Rintis.
Lagi-lagi Bang Hara membuang nafas panjang.
"Saya nggak mungkin berburu babi kan, Neng?? Sedapatnya saja lah, yang penting tidak si gembul itu." Kata Bang Hara.
"Tapi..........."
"Apalagi tweety???????" Rasanya Bang Hara sudah 'gerah' dengan semua kerewelan Rintis beberapa hari ini.
"Nggak jadi, Om Har jahat." Rintis berjalan pulang sembari menangis padahal tadi istri kecilnya minta di jemput mudi dalam jarak lima ratus meter.
"Ccckk.. kenapa sih perempuan ini selalu buat laki-laki seketika stress mendadak." Gumamnya kemudian mengikuti langkah sang istri dan memeluknya dari belakang. Sebagai seorang suami jelas Bang Hara berusaha menahan ego dan amarahnya yang tidak berarti. "Sayaang, saya benar-benar minta maaf..!! Tapi saya benar-benar tidak paham kenapa sikapmu belakangan ini menjadi berbeda."
Rintis berusaha melepaskan pelukan Bang Hara tapi semuanya seakan sia-sia.
"Apa karena kejadian semalam?? Sekali lagi saya minta maaf, memang saya yang salah. Terus terang saya sudah mentok. Nggak ada jalan lain, saya nggak kuat lagi, Neng."
"Om Har omong apa sih. Titis nggak ngerti, Titis hanya mau kebab."
Bang Hara membuang nafas berat kemudian mengarahkan sang istri agar menatapnya. "Hasil testpack hari ini apa??"
"Testpack nya rusak."
"Rusak bagaimana?? Jatuh ke air??" Tanya Bang Hara penasaran.
"Rusak ya rusak. Masa Om nggak paham rusak. Dari tiga hari yang lalu garisnya ada dua."
"Oalah Neng.. kamu yang rusaaakk..!!!!" Omel Bang Hara akhirnya gemas geregetan juga.
.
.
.
.