Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?
Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Flashback 1.1
"Ya ampun! Anak ini dandannya lama sekali sih" Teriak Evander dari ambang pintu kamar.
Bi Marry dan Livia yang sedang asik mengobrol tadipun terkejut dan langsung menatap di arah pintu kamar.
"Aduhh...kaget tau! Bisa pelan-pelan gak sih?!" Livia yang terkejut karena tingkah kakak nya itu menjadi sedikit kesal.
"Ya ampun, a pa ini?!"
"Bi Marry, siapa gadis cantik di hadapan bibi itu? Apa dia bidadari yang baru turun dari kayangan?!" Evander bertanya sambil bercanda pada bi Marry.
Bi Marry terkekeh saat mendengar ucapan Evander.
"Sudah selesai nona" Bi Marry langsung menyimpan sisir yang sudah selesai ia pakai tadi diatas meja rias.
Livia menatap kearah cermin untuk melihat tampilan rambutnya yang telah dirias oleh bi Marry. Sebagian rambut bagian atasnya yang hitam dan panjang itu di kuncir ponytail, dan bagian bawahnya dibiarkan terurai dan di curly, bi Marry juga menambahkan hiasan rambut berbentuk pita di bagian belakang rambut.
"Wah, ini bagus sekali bi. Terimakasih banyak ya"
Bi Marry mengangguk dan izin pergi untuk melanjutkan kembali pekerjaanya yang lain.
"Ayo, kak Nathan sudah menunggu di mobil" Ajak Evander.
Mereka berdua berjalan keluar rumah untuk menghampiri Nathan yang sudah menunggu di dalam mobil. Saat sudah sampai di pintu depan terparkir mobil BMW warna black sapphire kesayangan Nathan.
Tiinn!
Terdengar suara klakson mobil yang di tekan oleh Nathan, itu mengisyaratkan agar Evander dan Livia cepat masuk ke dalam mobil.
"Ayo cepat" Seru Evander pada adiknya sambil berlari kecil ke mobil.
Cklek, brak! Suara pintu mobil yang ditutup.
"Lama" Ucap Nathan yang terlihat sedikit kesal karena menunggu kedua adiknya itu.
Vroom...!
Setelah setelah semuanya masuk ke mobil tanpa menunggu lagi Nathan pun langsung melajukan mobil nya ke hotel Golden Glade yang menjadi tujuan mereka.
"Maklum kak, tuan putri kita sangat effort berdandan hari ini" Celetuk Evander sambil terkekeh menyindir Livia yang duduk di jok belakang.
"Benarkah?" Nathan mengalihkan pandangannya sebentar ke spion tengah agar bisa melihat Livia yang ada di jok belakang.
"Ya ampun, nona cantik sekali"
"Iiihh...apaan sih kak" Livia merengek agar kedua kakanya berhenti menggodanya.
"Hahahaha" Nathan dan Evander tertawa bersamaan.
.
.
.
.
.
Setelah 1 jam perjalanan akhirnya mereka bertiga sampai di tujuan,
Nathan menjalankan mobilnya ke arah basement untuk memarkirkan mobil.
"Ayah dan ibu ada di lantai berapa kak?" Tanya Evander yang baru turun dari mobil sambil merapikan pakaiannya.
"Katanya di lantai 4, mau nyusul kesana?" Jawab Nathan.
"Ayo" Susul Livia.
"Baiklah" Nathan bersama kedua adiknya mulai berjalan masuk ke dalam hotel untuk menyusul orang tua mereka.
Saat sampai di resepsionis Nathan berhenti sebentar untuk bertanya terkait ruangan meeting yang ada di lantai 4. Namun tidak sesuai harapan, resepsionis yang tadinya terlihat ramah itu langsung berubah saat ditanya soal ruangan meeting tersebut.
"Maaf tuan, anda ingin bertemu dengan siapa di ruangan tersebut? Karena kebetulan banyak tamu penting yang turut hadir di meeting itu jadi saya harus memastikan terlebih dahulu" Ucap resepsionis itu menjelaskan.
"Kami ingin bertemu dengan Rion Gwynn Esfir & Felice Amory" Jawab Nathan.
Saat mendengar nama orangtuanya disebut, Livia melihat kalau raut wajah dari resepsionis itu seperti agak terkejut namun masih mencoba untuk tetap tersenyum.
"O-oh, tuan dan nyonya Esfir ya. Baik tuan, saya akan coba menghubungi penjaga yang ada di lantai 4 untuk bertanya apakah meeting nya sudah selesai atau belum"
"Terimakasih"-Nathan.
Resepsionis itu langsung mengambil telepon yang ada di mejanya dan menelpon seseorang.
Trak, resepsionis tadi menaruh kembali teleponnya setelah selesai berbicara dengan seseorang yang ada di balik telepon.
"Mohon maaf tuan, meeting nya masih belum selesai. Jadi mohon untuk menunggu terlebih dahulu di lobby sampai meetingnya selesai" Ujarnya sambil tersenyum.
"Oh baiklah, kira-kira berapa lama lagi meetingnya akan selesai?" Tanya Nathan lagi.
"Mungkin sekitar 20-30 menit lagi" Jawab resepsionis.
"Baik, terimakasih banyak" Nathan berbalik lalu mengajak Evander dan Livia untuk duduk di sofa yang sudah di sediakan di lobby hotel.
"Tinggal 30 menit lagi, jadi kita tunggu disini saja ya" Ucap Nathan pada kedua adiknya.
"Tidak masalah" Jawab Evander santai sambil mengeluarkan hp dari sakunya untuk bermain game.
Nathan memperhatikan sekeliling, mulai dari resepsionis, petugas keamanan yang berjaga dan staff lain yang berlalu lalang.
"Katanya banyak orang penting yang datang ke meeting nya, tapi kenapa penjagaannya tidak ketat" Nathan bergumam heran. Evander yang sedang duduk di sebelahnya langsung berhenti memainkan game nya begitu mendengar ucapan Nathan.
Ia memandang sekeliling dan ikut merasa heran dengan penjagaan di hotel yang begitu renggang.
"Iya ya, aneh" Ucap Evander.
"Kak, lihat! Sepertinya itu tamu-tamu yang ikut meeting. Beberapa dari mereka sudah ada yang turun, sepertinya meetingnya sudah selesai" Ucap Livia sambil menunjuk ke arah lift. Kecurigaan kedua kakaknya tadi langsung teralihkan ke para tamu yang baru keluar dari lift.
"Oh, sepertinya benar. Kita tinggal menunggu ayah dan ibu turun" Saut Evander.
"Ya, aku juga sudah mengirim pesan pada mereka kalau kita menunggu di lobby" Jawab Nathan.
"Asiiikk...sebentar lagi kita akan pergi main bersama" Livia melompat lompat kecil di depan kakaknya karena sudah tidak sabar.
"Haha, iya kita pasti akan bersenang-senang hari ini" Nathan mengusap lembut kepala Livia.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Panjangin lah thorr/Whimper/