Menceritakan seorang gadis yang bernama Anna, putri dari pemilik perusahaan besar yang tiba-tiba hidupnya berubah drastis setelah orangtuanya mengalami kebangkrutan. Karna keadaan akhirnya Anna terpaksa harus menikah dengan laki-laki pilihan papanya yaitu asisten pribadinya. Awalnya mereka tidak saling mencintai, namun seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh perlahan.
Namun apa jadinya jika laki-laki yang telah di pilihkan papanya itu ternyata adalah anak dari lawan bisnis papanya sendiri yang telah menyebabkan perusahaan papanya bangkrut. Selama ini laki-laki itu menyembunyikan identitasnya karna suatu alasan. Mungkinkah hubungan mereka masih bisa bertahan?
Penasaran dengan ceritanya, baca yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natalia Okan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan aku pergi
Sudah hampir magrib Anna baru sampai di kontrakannya. Tadi mereka harus antri dulu di tempat kang bakso, karna begitu rame pembeli. Ternyata bakso itu adalah bakso yang sangat terkenal di sekitar situ, terbukti rasanya yang sangat enak. Anna sampai ingin nambah, tapi untungnya dia sadar diri karna di traktir bu Lastri. Mau tarok di mana mukanya jika sampai beneran minta tambah. Pasti dia akan menjadi bahan omongan ibu-ibu julid itu.
Anna melihat motor Rayyan sudah terparkir di teras rumah, itu berarti suaminya itu sudah pulang. Anna semakin tidak mengerti, kenapa Rayyan datang dan pergi sesuka hatinya dan tidak penah memberitahu kemana dia pergi. Dan lagian selama ini Rayyan selalu pulang malam dari tempat kerjanya.
Ceklek... Anna membuka handle pintu yang ternyata tidak di kunci.
"Dari mana kamu..?" tanya Rayyan dengan tatapan tajam.
"Taman.." jawab Anna singkat.
"Jangan bohong..! Aku sudah dari taman dan kamu nggak ada di situ. Kamu tu lagi sakit, tapi masih aja keluyuran. Bisa nggak sih nggak ngerepotin orang terus..?" ucap Rayyan dengan suara yang meninggi.
Degg... perkataan Rayyan begitu mengena di hati Anna. Tak terasa air mata Anna terjun bebas di pipinya. Iya dirinya memang selalu merepotkan dan menjadi beban di hidup Rayyan. Seandainya saja papanya tidak memaksa Rayyan untuk menikahinya mungkin Rayyan tidak akan repot-repot mengurusnya seperti sekarang.
"Aku minta ma'af, karna sudah banyak merepotkan mu.." ujar Anna sambil mengusap air matanya dengan kasar. Kemudian Anna bergegas masuk ke kamar.
Arrrrggghh... Rayyan mengacak rambutnya kasar. Dia tidak bermaksud seperti itu, dirinya hanya terlalu khawatir karna tadi tidak menemukan Anna di rumah. Apalagi Anna sedang dalam keadaan sakit. Rayyan sudah mencari Anna ke mana-mana. Bahkan Rayyan sudah mencari Anna ke rumah bu Lastri, bu Wati, dan terakhir ke taman, tapi dia tidak menemukan istrinya itu. Apalagi Anna juga tidak membawa hp. Rayyan sudah bersiap mendatangi rumah Icha, karna dia berpikir Anna berada di sana. Namun saat dia akan pergi, Anna sudah kembali ke rumah.
Flash back
Rayyan begitu marah mengetahui jika Anna di skors. Dia benar-benar harus membuat perhitungan dengan Alfahri. Bukankah waktu itu Alfahri sudah berjanji tidak akan memperpanjang masalah Anna dengan Elsa, asalkan dia mau menjemput Hazel ke bandara. Rayyan sudah menuruti permintaannya, tapi kenapa sekarang Anna juga harus di skors. Apa lagi yang akan di rencanakan oleh laki-laki itu.
Kini Rayyan sudah sampai di perusahaan Starlight. Dia langsung menuju ruangan pak Fahri.
"Ma'af mas, ada perlu apa ya..?" tanya sekretaris pak Fahri sambil melihat penampilan Rayyan dari atas sampai bawah. Rayyan tidak terlihat seperti klien, melainkan seperti idol kpop. Apalagi Rayyan hanya mengenakan pakaian casual.
"Saya mau bertemu pak Fahri..." jawab Rayyan lantang.
"Ma'af mas, anda tidak bisa sembarangan menemui tuan Fahri jika belum membuat janji sebelumnya.."
Tanpa mempedulikan ucapan sekretaris itu, Rayyan langsung masuk ke ruangan pak Fahri.
Seketika Fahri langsung mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang datang. Lalu sebuah senyuman terukir di bibirnya.
"Ma'af tuan, saya sudah mencegahnya tapi orang ini tetap memaksa masuk..." ujar sekretaris pak Fahri ketakutan.
"Tidak apa-apa Putri, kamu silahkan keluar..." ucap pak Fahri.
"Baik tuan..." sekretaris yang bernama Putri itu langsung meningggalkan ruangan itu.
"Apa kabar Ray? papa senang, akhir-akhir ini kamu sangat sering datang mengunjungi papa. Apa sekarang kamu sudah berubah pikiran..?" tanya Fahri sambil fokus dengan berkas di tangannya.
"Saya pikir seorang Alfahri Sadiq selalu memegang janjinya. Tapi ternyata saya salah.." ucap Rayyan sinis. "Saya tidak habis pikir kenapa anda begitu dendam kepada keluarga pak Rama, padahal pak Rama itu orang yang sangat baik. Apa belum puas sudah menghancurkan perusahaannya? saya harap anda masih punya hati untuk tidak menghancurkan masa depan putrinya.."
"Itu semua tergantung kamu Ray.." Fahri kemudian berdiri dari duduknya dan menuju jendela. Matanya menatap lurus ke depan sambil tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya.
"Apa maksud anda..?" suara Rayyan mulai meninggi.
Fahri kemudian berbalik badan "Sekali lagi, tolong bicara yang sopan pada orangtuamu. Panggil aku papa..." ucap Fahri tegas.
Heh... bibir Rayyan terangkat ke atas. "Papa.., entah kenapa panggilan itu terasa berat di bibir saya. Bukankah waktu itu anda bilang hanya mempunyai seorang putri?"
Fahri terdiam, waktu itu dia dalam keadaan yang sulit.
"Tolong cabut hukuman Anna, biarkan dia kembali kuliah seperti biasanya..."
"Papa akan mencabut hukuman gadis itu, asal kamu mau menuruti permintaan papa. Menikahlah dengan Hazel, dan tinggalkan gadis itu. Akan papa pastikan jika tak ada seorangpun yang bisa mengganggu gadis itu lagi..."
"Nggak.., saya nggak mau menikah dengan Hazel..."
"Jangan egois Ray, masa depan gadis itu ada di tanganmu. Tolong pikirkan lagi..."
Rayyan kemudian meninggalkan ruangan pak Fahri.
Flash back off.
****
Rayyan duduk di kursi sambil memegang kepalanya. Rasanya kepalanya mau pecah sekarang. Kemudian terlihat Anna keluar kamar dengan membawa tas di tangannya.
"Anna, kamu mau kemana..?" tanya Rayyan sambil berdiri dari duduknya.
"Pergi..."
"Kamu nggak boleh pergi...!"
"Aku udah cukup ngerepotin kamu selama ini. Aku nggak mau terus-terusan menjadi beban dalam hidupmu. Lebih baik aku pergi..." suara Anna bergetar.
"Nggak, kamu nggak boleh pergi. Oke, aku minta ma'af karna tadi udah marah-marah ama kamu. Kamu nggak tau betapa khawatirnya aku tadi, aku takut terjadi apa-apa denganmu.." ujar Rayyan sambil memegang bahu Anna.
Anna menepis tangan Rayyan. "Biarkan aku pergi mas..."
Dengan cepat Rayyan menarik tangan Anna dan membawanya dalam pelukannya. "Jangan pergi An, aku mohon..." suara Rayyan memohon. Entah kenapa dia begitu takut kehilangan Anna.
Anna sudah tak kuasa lagi menahan air matanya, dia menangis dalam pelukan suaminya itu.
****
Hai readersku, mohon ma'af author belum bisa up maksimal karna urusan dunia nyata. Jadi mohon terus dukungannya...😊🙏
