Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Bab sebelumnya udah di revisi, kemarin update terlalu pendek soalnya...
🏂
🏂
🏂
"Itu rezeki Atun!" sahut Tuti tersenyum serba salah kepada Atun.
"Mbak? Maksudnya, menang dua ratus juta apa ya?" tanya Atun menatap kedua perempuan muda itu bergantian.
Kedua perempuan muda itupun saling pandang sejenak. Mereka tampak bingung mengalahkan kebingungan yang terpancar di wajah Atun.
"Lho!" Perempuan bernama Wati itu jadi bingung sendiri. Raut wajahnya menunjukkan ingin mengatakan sesuatu, namun tak jadi.
"Emangnya kamu tidak tahu Tun, enggak nanya sama Abdul? Bukankah suamimu itu tadinya susah macam kita?" tanya Tuti, tampak serius memandangi wajah Atun yang menggeleng pelan.
Kedua perempuan itu kembali saling pandang.
"Abdul tidak cerita kalau dia dapet duit mendadak?" tanya Wati pula, mempertegas pertanyaan Tuti kepada gadis polos yang baru menikah tersebut.
"Enggak Mbak." jawab Atun, dia merasa gugup namun berusaha terlihat tenang. Jangan sampai dua perempuan di hadapannya itu urung memberitahunya tentang uang Abdul yang menjadi misteri bagi Atun selama ini.
"Hem, kamu itu terlalu polos Tun, jadi perempuan itu harus update, harus gaul gitu! Minimal gaul di sosial media, semua berita pasti ada." papar Wati sambil meraih kantong kresek berisi gorengan miliknya.
"Ya sudah Tun kita duluan ya!" ajak Tuti, perempuan itu menarik Wati agar segera menjauh. Sudah pasti mereka tidak mau memberitahukan tentang asal-usul uang Abdul kepada Atun.
"Tunggu Mbak!" Atun mencegah keduanya.
"Maaf Tun kita buru-buru." ucap Tuti segera menghindari Atun.
"Sudah tidak beres ini." gumam Atun melihat gelagat kedua tetangga jauhnya itu.
"Ini Tun gorengannya." suara penjual gorengan itu membuat Atun tak jadi mengejar Tuti dan wati.
Atun memberikan uang lima belas ribu kepada tukang gorengan tersebut.
"Mang!" panggil Atun kepada laki-laki bertopi itu.
Maksud hati ingin menanyakan perihal yang sama kepada penjual gorengan, namun tiba-tiba Marina muncul dari dari pertigaan dengan senyum khas miliknya.
"Atun!" panggilnya sedikit terburu-buru mendekati sahabatnya itu.
"Kebetulan kamu datang rek, baru saja aku dilanda kebingungan dan kegelisahan yang nyaris saja membawaku datang ke rumahmu." Atun menarik tangan Marina, mengajaknya duduk di bangku kayu tak jauh dari gerobak gorengan.
"Opo sih tun, mosok sudah menikah masih saja dilanda kebingungan dan kegelisahan?" Marina mencebik.
"Aku serius rek. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan kepada mu." ucap Atun dengan wajah serius.
"Apa?" tanya Marina, ia mulai gugup dikala hatinya mulai merasakan ada sesuatu yang akan terjadi setelah ini.
"Aku mau tanya dan kamu harus jujur ya Mar."
"Halah Tun, jangan buat aku takut... Mau tanya sesuatu aja kok kaya lagi diinterogasi." kesal Marina.
"Aku serius Mar." jawab Atun. Tentu saja membuat Marina diam, tak kalah serius dan terlihat tegang. "Kamu pasti tahu tentang Mas Abdul yang mendadak punya uang banyak."
Degh, Marina menggigit bibirnya sendiri. Belum juga menjelaskan, dia sudah merasa bersalah kepada Atun. "Ya Allah, gimana ini?!" gumamnya di dalam hati.
"Ada yang bilang, dia menang dua ratus juta, apa mas Abdul menang judi Mar? Kamu pasti tahu kan?" tanya Atun, wajahnya terlihat khawatir.
Marina terdiam sejenak, ia menarik nafas dalam kemudian menatap wajah sahabatnya sedikit lama.
"Mar!" panggil Atun kali ini sedikit gemetar.
"Iya Tun." jawab Marina dengan perasaan bercampur aduk. Takut menghancurkan kebahagiaan Atun, namun sepertinya sudah tak bisa di rahasiakan lagi. Dan tentu saja jawaban Marina membuat wajah ayu Atun mendadak pias.
"Jadi..." gumamnya lirih, kecewa dan hampa kembali terlihat di wajahnya.
"Iya Tun, Aku tahu beberapa hari lalu dari Mak Ijah. Aku memang akan memberitahumu, tapi aku takut menghancurkan kebahagiaan kamu Tun. Jadi aku memilih tidak memberitahukan kamu saat ini." jelas Marina.
"Harusnya kamu ngasih tahu aku Mar." kesal Atun dengan mata berkaca-kaca. Atun sudah tidak tahan, dia beranjak meninggalkan Marina.
"Tun.... Atun!" panggil Marina khawatir sahabatnya berjalan cepat meninggalkan dirinya.
Dari belakang dapat dilihat, tangan Atun sesekali terangkat mengusap air matanya, dia tak mau menyahuti Marina yang sibuk memanggil dirinya.
"Ya Allah, piye Iki?" gumam Marina, ia ragu mau menyusul Atun ke rumah Abdul atau memandangi saja dari jauh. "Apakah perang dunia akan terjadi?" gumamnya lagi.
Sedangkan di rumah Abdul, Atun baru saja datang dengan kantong kresek berisi gorengan ditangannya.
"Kok lama Dek?" tanya Abdul dengan wajah sumringah menyambut kepulangan Atun bersama gorengan pesanannya.
Atun meletakkan gorengan itu begitu saja diatas meja, kemudian berlalu tanpa peduli senyum Abdul yang masih terukir.
"Lho, Dek?" Abdul meraih tangan Atun, mencegahnya.
"Aku mau ke kamar." ucap Atun tanpa memandang wajah Abdul.
"Kamu kenapa?" Abdul menilik wajah Atun yang tampak menahan tangis.
"Aku capek." jawab Atun menghempaskan tangan Abdul namun Abdul meraihnya lagi.
"Tun, kamu kenapa? Kamu ketemu siapa tadi?" tanya Abdul lagi, namun tak mendapat jawaban malah mendengar isakan dari istrinya.
"Apa emak memarahimu lagi?" Abdul semakin menerka-nerka.
"Tidak Mas, aku tidak bertemu siapa-siapa juga tidak bertemu emak." jawab Atun berusaha untuk tidak menangis.
"Lalu, apa yang bikin kamu sedih Tun? Bilang sama aku!" Abdul meraih kedua bahu Atun dan membuat Atun menghadap dirinya.
Atun semakin menangis, hingga sejenak kemudian ia mengangkat wajahnya, menguatkan hati untuk menatap wajah Abdul.
"Tun." panggil Abdul pelan.
"Kamu Mas." ucap Atun pelan." kamu yang sudah membuat aku menangis." lanjutnya dengan air mata berjatuhan
"Aku? Aku kenapa?" Abdul semakin bingung.
"Kamu nggak sadar Mas, kamu itu sudah tidak jujur sama aku Mas, kamu menutup-nutupi apa yang seharusnya aku ketahui sejak awal agar aku tidak kecewa sama kamu." tangis Atun pecah mengiringi ucapannya.
"Apa maksud mu Tun?" Abdul mulai menebak.
"Kamu dapat uang begitu banyak dari mana? Jawab Mas darimana?" bentak Atun, itu membuat pria tinggi hitam manis itu sedikit terkejut.
"Ya, aku berusaha Tun." jawabnya pelan penuh keragu-raguan.
"Berusaha apa Mas? Kamu sadar enggak, kalau saat ini kamu sedang menafkahi aku dengan uang haram! Kamu menutupi semuanya dari aku padahal semua orang juga tahu kalau kamu itu menang judi Mas!"
Abdul terdiam kali ini, ia tak sanggup menjawab apalagi menyangkal. Ia membiarkan Atun menangis sesenggukan, hingga lelah dan duduk di kursi kayu sejenak, Abdul baru bicara ketika tangisnya mulai reda.
"Iya Tun. Semua itu benar dan aku salah." Abdul mulai bicara pelan kepada istrinya, berharap tidak terjadi pertengkaran setelahnya
Atun tersenyum getir mendengar suaminya mulai bicara. Ingin rasanya ia berteriak marah lalu meninggalkan Abdul sejauh mungkin. Dia benar-benar kecewa setelah yakin akan bahagia, ternyata Abdul punya rahasia seolah membodohi dirinya.
"Apakah kita akan hidup dengan uang itu selamanya Mas?" tanya Atun kembali menangis lirih.
ben kapokn
uhuuuuiii aji jgn jadi biawak sungai yahhhhhh
wkekwkkkkkk
tariiiikkkkkk siiiissssssss
nasib mu sunguh berubah.. heheheee.. slmt tun tp klo dah kaya jgn sombong tun