Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Bryan
"Kamu tidak mau seperti mereka, Mel?" tanya Andra seraya menunjuk teman-teman Amel yang sedang berjoget.
Amel hanya menggelengkan kepala karena malas bergabung di sana. Dia lebih suka duduk manis sambil menikmati hidangan yang disuguhkan di mejanya. "Aku tidak mau meninggalkan meja ini. Coba lihat di sudut ruangan. Bryan terus mengamati kita," bisik Amel sambil menatap Andra penuh arti.
"Tidak perlu takut, Mel. Tenang saja, aku pasti menjagamu dari pria brengsek itu," ucap Andra saat menenangkan Amel, "mari kita bersenang-senang." Andra berdiri dari tempatnya. Dia mengulurkan tangannya di hadapan Amel.
"Aku percayakan hidupku padamu," ucap Amel setelah menerima uluran tangan Andra.
Kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu akhirnya bergabung dengan tamu yang lain. Amel mulai berjoget mengikuti irama musik yang menggema di sana. Begitu pula dengan Andra. Pria tampan itu ikut berjoget di hadapan Amel. Tatapan matanya tak lepas dari paras cantik yang ada di hadapannya saat ini.
Suasana di sana semakin ramai saat DJ ternama di Jakarta naik ke podium. Para tamu undangan semakin menikmati suasana pesta yang diselenggarkan oleh Bryan. Amel dan Andra pun sangat menikmati momen bahagia itu. Mereka terus meliukkan tubuh hingga rasa lelah mulai terasa. Amel memberikan kode kepada Andra untuk kembali ke tempat duduk.
"Aku haus," bisik Amel saat mereka berjalan menuju tempat asal.
Setelah mereka duduk di sofa, seorang bartender datang membawakan minuman dan beberapa desert. Amel segera mengambil minuman baru itu dan meneguknya hingga tandas. Tak lupa dia mengambilkan untuk Andra.
"Aku mau nyoba itu dong," tunjuk Amel pada salad yang ada di depan Andra.
Andra menyuapkan satu sendok salad buah kepada Amel. Tentu hal ini semakin membuat perasaan Amel tak karuan. Dia menatap Andra dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan.
"Kenapa melihatku seperti itu? Kagum?" tanya Andra setelah membiarkan Amel terlena dalam lamunan.
"PD banget sih!" elak Amel seraya mengalihkan pandangan ke arah lain.
Tak berselang lama, seorang bartender menghampiri Andra. Setelah berbicara beberapa menit, Andra berdiri dari tempat duduknya. "Tunggu sebentar di sini," ucap Andra sebelum meninggalkan Amel di tempatnya.
Amel hanya bisa menatap kepergian Andra. Rasa was-was mulai melanda diri. Amel mengamati keadaan sekitar untuk memastikan jika dirinya aman dari jangkauan Bryan. Hingga beberapa menit kemudian, rasa pusing disertai kantuk yang begitu hebat menyerang Amel. Pandangan gadis cantik itu mulai buram dan persekian detik kemudian Amel tak sadarkan diri.
Senyum penuh kemenangan tergambar jelas di wajah Bryan. Pria berkulit putih itu beranjak dari tempat duduknya setelah melihat Amel tak sadarkan diri. Akhirnya rencananya berhasil. Minuman yang diberikan untuk Amel ternyata sudah dicampur dengan obat tidur. Entah apa yang akan dilakukannya setelah ini. Lantas, Dia mengajak dua orang temannya untuk menghampiri Amel.
"Bawa dia pergi dari sini," suruh Bryan kepada kedua temannya. Pada akhirnya kedua pria bertubuh tegap itu memapah Amel menuju lantai tiga dengan diikuti Bryan.
Selang beberapa menit, Andra kembali ke tempat Amel berada. Napasnya terengah setelah melawan dua orang suruhan Bryan. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk memastikan keberadaan Amel.
"Si4l! Kemana pria brengsek itu membawa Amel pergi?" umpat Andra sambil berkacak pinggang. Lantas, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Masuk ke lantai dua sekarang! Bantu aku membereskan pria-pria yang berani menyentuh wanitaku!" teriak Andra setelah panggilan terhubung dengan seseorang.
Tatapan mata pria asal Kalimantan itu seperti seekor elang yang sedang mengintai mangsanya. Setelah beberapa orang berjaket hitam tiba di lantai dua, Andra pun segera berlari menuju tangga menuju lantai tiga diikuti dua orang bertubuh tegap. Sisanya diperintahkan untuk membereskan dua orang yang sudah dihajar Andra di toilet lantai dua.
"Berhenti!" teriak Andra tatkala melihat Amel dipapah dua pria asing menuju kamar yang sudah disediakan di sana. Bryan pun membalikkan badan setelah mendengar suara teriakan Andra.
"Berani sekali kau melakukan semua ini kepada Amel! Aku tidak akan mengampunimu!" ujar Andra sambil berjalan cepat menuju tempat Bryan saat ini.
Pukulan keras mendarat di wajah tampan Bryan. Pria berkulit putih itu tak dapat menghindar karena Andra begitu brutal menghajarnya. Setelah puas membuat wajah Bryan babak belur, Andra berdiri dari tempatnya. Dia segera menghampiri Amel yang tergeletak di lantai karena dua orang yang memapahnya harus berhadapan dengan orang-orang yang dibawa Andra.
"Urus semuanya dan jangan lupa amankan CCTV. Aku akan membawa Amel pergi," titah Andra kepada orang-orang suruhannya setelah mengangkat tubuh Amel.
****
Malam yang gelap telah sirna setelah sang mentari menunjukkan kuasanya. Kilau sinarnya menembus masuk ke dalam jendela ruang keluarga yang dibiarkan terbuka kordennya. Amel mengejapkan beberapa kali karena terganggu dengan silau itu.
"Aku ada di mana sekarang?" batin Amel setelah membuka mata beberapa detik. Dia menutup kelopak matanya kembali karena masih merasakan pusing.
Setelah mengumpulkan seluruh jiwa, Amel memberanikan diri membuka mata. Dia menatap ke sekeliling ruangan tersebut dan tatapan matanya berakhir pada sosok yang sedang tidur pulas dengan posisi duduk di lantai. Siapa lagi kalau bukan Andra. Pria tampan itu menyandarkan kepala di pinggiran sofa yang ditempati Amel. Sementara tangan kanannya menggenggam tangan Amel.
"Andra," panggil Amel. Beberapa kali Amel mencoba membangunkan Andra hingga sang empu benar-benar tersadar dari alam mimpi.
"Sejak kapan bangun?" tanya Andra sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Lantas, dia pindah ke sofa lain.
"Beberapa menit yang lalu. Di mana aku sekarang? Apa yang sudah terjadi tadi malam? Kenapa kamu tidak membawaku pulang ke apartment ku?" cecar Amel sambil menatap Andra.
"Tenanglah," ucap Andra sambil menyandarkan tubuh di sofa. "Kamu sekarang ada di kontrakanku. Maaf karena aku tidak mengantarmu pulang ke apartment karena aku tidak tahu di mana unit kamarmu. Tadi malam kamu tidak sadar, jadi aku membawamu pulang ke sini," jelas Andra.
"Lalu?" Amel mengernyitkan kening dengan sorot mata penuh arti.
"Tidak terjadi apapun di antara kita, Mel. Aku sengaja membaringkanmu di ruang keluarga karena aku tidak mau terjadi kesalahpahaman di antara kita. Aku tidak memanfaatkan keadaanmu, Mel," jelas Andra sambil menatap Amel penuh arti.
Amel mengela napas lega setelah mendengar penjelasan Andra. Ketakutan dalam diri perlahan sirna setelah sekali lagi Andra meyakinkan jika tidak terjadi sesuatu pada dirinya. Meski berprofesi sebagai wanita malam, Amel sangat takut jika melakukan hubungan itu tanpa kesadaran penuh. Rasa trauma karena masa lalu yang pahit masih saja menghantui.
"Kenapa ketakutan itu masih membelenggu diri sedangkan selama beberapa tahun ini aku sudah terjerumus ke dalam dunia gelap ini," batin Amel.
"Mel, hei! Kenapa melamun?" panggil Andra setelah melihat Amel termenung. "Jangan khawatir. Tidak ada yang terjadi di club malam ataupun di rumah ini. Pria brengsek itu sudah ku urus," jelas Andra.
Amel meminta Andra untuk menceritakan apa yang sudah terjadi di club malam karena dia hanya ingat detik terakhir kesadarannya. Amel tercengang setelah tahu apa yang sudah dilakukan Bryan terhadapnya. Dia sangat bersyukur karena Andra berhasil menolongnya.
"Saranku sebaiknya setelah ini jangan pergi ke kampus. Mintalah kuliah via zoom untuk menghindari Bryan. Aku hanya ingin kamu berjaga-jaga siapa tahu dia kembali berulah. Akan tetapi aku rasa setelah kejadian tadi malam dia tidak akan berani mengganggumu lagi," jelas Andra.
"Terima kasih karena sudah melakukan yang terbaik untukku. Sebagai tanda terima kasihku, bagaimana kalau pagi ini aku yang masak sarapan untukmu," ucap Amel dengan diiringi senyum manis.
"Waw! Dengan senang hati aku menerimanya, Tuan putri," jawab Andra dengan diiringi senyum ceria.
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Amel bergegas menuju dapur. Dia menyiapkan beberapa bahan yang tersedia di kulkas Andra. Tak lupa dia memakai apron agar dress hitamnya aman dari percikan minyak. Amel terlihat fokus dan serius dengan beberapa bahan makanan yang sudah disiapkan di atas meja hingga tidak sadar jika Andra sedang mengamati setiap kegiatannya.
"Rasanya, aku ingin setiap hari melihatmu sibuk menyiapkan sarapan untukku. Apakah ini bisa disebut simulasi menjadi suami istri?" batin Andra tanpa mengalihkan pandangan dari wajah cantik Amel.
...🌹TBC🌹...
Bonyok
Pasti mereka bakal suka rela membantu Amel buat kasih pelajaran..
Semoga Andra bisa membuat Amel terus bahagia dan berharga..
Amel untungnya punya prinsip kuat..
Kyk sudah rahasia umum kalau sudah berhubungan dengan bapak atau tiri..walau pun ada yg baik juga
Bikin kesel,,ibunya Amel sadarnya telat juga..
Miris banget nasib Amel
Ibunya Amel sudahsalah di awal..fatal akibatnya..