Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOK 23: Ketemu!
Nayaka mendapatkan nama kapal yang ditumpangi oleh Tara sebelum mengalami kejadian nahas. Ia langung bergerak sendiri pergi ke kapal itu. Tentunya dengan beberapa anak buah yang ia perintahkan untuk ikut serta.
Tapi itu tidak akan menjadi lebih cepat karena saat ini kapal tersebut masih berada di perairan pulai Sulawesi.
" Ohooo, mau dimanapun nggak akan masalah. Keluarkan Heli, di kapal itu ada helipad kok. Kita langung mendarat di sana."
" Siap Bos!"
Bukan hal yang sulit untuk mendapatkan helikopter, pasalnya keluarga Linford memiliki perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi. Dan untuk heli atau jet pribadi pun Nayaka bisa mendapatkan dengan mudah.
Suara baling-baling menderu, Nayaka tidak membawa sendiri helikopter tersebut, ia meminta anak buahnya yang mengemudikannya. Dari Jakarta heli bergerak naik lalu melintasi langit kota Jakarta, bergerak langung menggunakan rute atas laut. Setelah beberapa waktu, Nayakan melihat kapal yang dimaksud. Dia lalu mengirim permintaan untuk mendarat tepat di atas kapal.
" Ohoo, kalau nggak boleh maka aku harus jual nama Lagfor atu Linford." Nayaka menyeringai. Ia mengatakan seperti itu karena saat meminta izin, pihak kapal belum juga memberi jawaban.
" Baik, silakan mendarat dengan aman. Kami akan memandu."
" Bagus! Terimakasih."
Nayaka tersenyum puas, ia memerintahkan anak buahnya untuk segera sampai diatas kapal dan mendaratkan helikopternya di sana. Terget Nayaka adalah hari ini dia harus bisa mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan.
Buk buk buk buk buk
Suara baling-baling helikopter mulai terdengar oleh awak kapal, mereka terlihat terkejut tapi Nayaka tidak peduli. Pendaratan dilakukan dengan aman. Nayaka langsung melompat turun. Ia meminta dua orang tetap tinggal di sana untuk berjaga. Sedangkan dia dan tiga orang lainnya masuk ke dalam.
" Aku ingin bertemu dengan manajer kalian. Aah tidak, aku ingin bertemu dengan orang yang paling tinggi kedudukannya di sini."
Salah seorang anak buah kapal terkejut mendengar permintaan Nayaka yang lebih seperti perintah itu. Tapi reaksi tubuh si anak buah kapal langung mengangguk dan mengarahkan Nayaka menuju ke tempat orang yang diinginkan Nayaka.
" Tunggu sebentar Tuan, saya akan menyampaikan permintaan Anda dulu."
Di depan sebuah ruangan pria itu menahan Nayaka. Dia mengetuk pintu lalu masuk dan kembali menutup pintunya. Entah apa yang dibicarakan di dalam, pada dasarnya Nayaka tidak peduli. Saat ini dia hanya ingin segera bertemu dengan orang yang memiliki peranan paling tinggi di kapal tersebut.
Cekleek
" Silakan masuk Tuan."
Nayaka melenggang masuk, ruangan tersebut tidak jauh beda dengan kantor. Dan Nayaka yakin pasti pria yang saat ini duduk di kursi adalah orang yang ingin dia temui.
" Saya Roanson, orang yang mengurus dan bertanggung jawab atas kapal ini, ada keperluan apa Tuan sampai harus menerbangkan helikopter kemari?"
" Selamat pagi menuju siang Tuan Roanson, perkenalkan saya Nayaka Janu Lagford. Saya kemari karena ingin mengonfirmasi akan sebuah hal yang sangat penting. Saya harap Tuan Roanson mau membantu saya."
Roanson, pria berusia sekitar 40 tahunan itu mengernyitkan keningnya mendengar nama Lagford. Dia jelas tahu bahwa Lagford adalah garis keturunan dari Linford, dan di dunia transportasi lebih-lebih transportasi seperi kapal dan pesawat, Linford memiliki tempat khusus.
" Ada apa sampai keturunan Linford datang sendiri kemari," monolog Roanson dalam hati. Selama menjadi penanggungjawab kapal, dia tidak pernah berurusan dengan orang-orang ini.
" Anda pasti bingung Tuan, tapi mungkin setelah melihat ini Anda akan mengerti. Sambil melihat saya akan menjelaskan secara perlahan."
Nayaka mengeluarkan sebuah tablet dan sebuah rekaman kamera pengawas di putar. Sebenarnya Nayaka bisa saja meretas seluruh kamera pengawas yang ada di kapal itu, tapi dia harus memiliki sopan santun dan memilih untuk mendatangi kapalnya langung. Namun cara itu akan dia lakukan jika memang pihak kapal tidak memberikan izin akses.
" Ini berhubungan dengan Raka Pittore, saya yakin Anda mengenal nama itu bukan? Kakak sepupu saya hilang setelah menaiki kapal ini. Dan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, dia bergantung pada alat-alat untuk menopang hidupnya. Entah sampai kapan akan seperti itu. Maka dari itu kami meminta bantuan Anda untuk menangkap si pelaku. Apakah Anda akan membantu?"
Wajah terkejut Roanson tidak bisa disembunyikan. Mendengar nama Raka Pittore, seorang pelukis terkenal itu saja dia sudah terkejut. Ditambah ternyata pemuda yang duduk di depannya merupakan sepupu Raka. Bukan hanya itu kondisi kesehatan Raka juga membuat Roanson tercengang karena fakta yang ia dapat baru saja.
" Mungkin ini akan sedikit sulit. Tapi saya akan membantu Anda. Mari kita ke ruang pusat keamanan dimana semua bagian kapal yang ada kamera pengawas bisa dilihat."
Nayaka tersenyum, ternyata rencana Tara yang mengatakan seolah-olah sakitnya parah berguna sesuai prediksi. Dari pada kematian, luka parah yang mengancam nyawa lebih menarik simpati untuk saat ini.
Cekleek
" Nah silakan masuk Tuan, kita bisa menemukan apa yang Anda cari di sini. Kita bisa mulai dari hari dan tanggal Tuan Raka masuk ke dalam kapal. Saya yang akan memandu."
" Terimakasih banyak Tuan Roanson, saya sungguh berhutang kepada Anda."
Nayaka tersenyum lebar, dia lalu menunjukkan rekaman kamera pengawas yang ia miliki kepada salah satu operator di sana. Mereka memang ahli dalam bidangnya sehingga ketika Nayaka menunjukkan, seluruh layar monitor yang ada di ruangan itu berganti ke beberapa bulan yang lalu ketika Tara datang.
Satu per satu Nayaka melihat layar yang merekam jejak sang abang. Dna matanya tertuju ke beberapa layar. Ia terus menelisik hingga sorot matanya berbinar saat mendapat apa yang ia maksud.
" Ketemu!"
TBC