Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
"Tuan Powell terlihat berjalan di lantai delapan kemarin" lapor sekertaris pagi itu.
"Apa dia sempat melihat wanita itu?" tanya Anthony.
"Saya pikir tidak. Tapi ... saya pikir aneh. Hari pertama Tuan Powel datang kemari juga merupakan hati kedatangan Nona Harding ke kota ini"
Anthony tidak tahan memiliki kecurigaan yang sama. Tiba-tiba saja wanita itu datang ke kota ini setelah dua tahun. Dan adik iparnya yang selalu diam mendadak ingin bekerja lagi.
"Aku akan pergi ke kamar wanita itu"
Anthony berjalan ke kamar 890. Meski semua lorong menuju kamar wanita itu telah dikosongkan sesuai perintahnya. Masih ada beberapa orang dan pegawai yang melihatnya berada di lantai delapan. Dimana tidak mungkin Anthony tidur di salah satu kamar yang ada disana.
Dua pengawal yang menjaga kamar itu membungkuk hormat lalu membuka kamar. Anthony melihat wanita itu terbaring di atas ranjang. Kelihatannya wanita itu tidak tahan dengan anggur yang ditenggaknya kematian malam. Dia bergerak ke arah meja dan menemukan beberapa berkas.
Satu demi satu diperiksanya dan tidak menemukan file apapun yang bersangkutan dengannya. Semuanya tentang contoh rumah. Mungkin tentang pekerjaan yang dilakukan wanita itu. Anthony menemukan sebuah tas ber merek dan memasukkan tangan kesana. Sekali lagi dia tidak menemukan catatan apapun.
Anthony beralih ke ponsel yang berada di meja sebelah ranjang. Dengan sidik jari telunjuk wanita itu, Anthony menelusuri chat, pesan dan panggilan telepon. Semuanya bersih.
Lalu dia menemukan galeri foto. Disana dia tidak menemukan foto Brandon, adik iparnya. Yang ada hanya foto keluarga dan rumah lam mereka. Pasti wanita itu sudah menghapus semua kenangan tentang mantan kekasihnya.
Lalu terdengar erangan panjang dari wanita yang matanya masih terpejam. Anthony berjalan ke arah meja bar dan mengambil segelas air. Karena begitu terbangun, wanita itu memintanya.
Anthony mengulurkan tangannya dan tersenyum saat wajah wanita itu tampak mengerikan setelah mabuk. Tapi entah kenapa, dia tidak membencinya. Dia malah merasa itu lucu sekali.
Tentu saja wanita itu tidak menyambutnya dengan baik ketika benar-benar terjaga dari tidur. Dia terpaksa pergi meninggalkan wanita itu dan memerintahkan sekertarisnya untuk menyadap semua pembicaraan wanita itu juga adik iparnya. Dia tidak mau ada yang berencana membahayakan Katherine.
Lalu dia pergi ke ruangan tempat adik iparnya bekerja. Dia memberi peringatan keras agar pria itu tidak melanggar kepercayaannya. Atau Anthony akan melakukan apapun untuk menghancurkan keluarga Powel. Seperti dia melakukannya pada keluarga wanita itu.
Anthony pulang ke rumah, menemui Kate yang sibuk melakukan hobinya.
"Apa perutmu tidak berat?" tanyanya disambut senyum cerah Kate.
"Kalau kakak khawatir, harusnya kakak tidur di rumah. Bukan di hotel" protes Kate.
"Aku akan kembali ke rumah. Setelah menyelesaikan sesuatu"
"Apa itu? Pasti masalah wanita lagi. Apa kedua wanita kemarin menyebabkan masalah untuk kakak? Sudah kubilang harusnya kakak menyuruh mereka pergi saja. Dan beri peringatan keras pada para pejabat agar tidak mendekati kakak dengan cara ini lagi. Menjijikkan"
Anthony mengeluarkan kepala adik tersayangnya.
"Kau tahu aku menyukai wanita"
"Huhhhh. Sungguh menyebalkan. Kapan kakak hanya tertarik pada satu wanita saja? Nikahi dia dan buat anak. Kakak sudah terlalu tua untuk terus bermain-main"
"Permainan yang menyenangkan"
Kate tampak sangat kesal sampai meninju dada Anthony dengan sekuat tenaga.
"Malas bicara denganmu"
"Jangan bicara dan lanjutkan lukisanmu"
"Aku ingin berbelanja tapi tidak suka dengan semua orang pusat perbelanjaan yang kau kirimkan. Mereka hanya membawa semua barang tanpa menyeleksinya sama sekali"
Anthony terdiam. Ternyata ini tujuan pekerjaan yang dimiliki wanita itu.
"Apa kau tahu ada yang namanya shopping asisten?" tanyanya membuat Kate sangat tertarik.
"Apa kakak memiliki kenalan? Katanya ada satu shopping asisten yang baru kembali dari luar negeri. Banyak para Nyonya yang menyarankan untuk memakai jasanya. Tapi aku belum mendapatkan nomornya"
Anthony ingin sekali tertawa. Dia pikir bisnis yang digeluti wanita itu tidak memiliki prospek sama sekali ke depannya. Ternyata dia salah. Pantas saja wanita itu berani menanyakan harga jual rumah lamanya pada Anthony.
"Aku mengenalnya" jawab Anthony.
"Benarkah? Bisakah kakak membawanya kemari? Aku ingin sekali mulai berbelanja perlengkapan bayi"
Mungkin hal ini bisa menjadi sebuah tes untuk wanita itu saat bertemu mata dengan Katherine.
"Aku akan membawanya kemari"
"Terima kasih"
Kate memeluk Anthony dan tersenyum senang saat melepasnya pergi.
Anthony kembali ke hotel dan melihat wanita itu pergi dengan mobil keluarga Lane.
"Sepertinya Nona Harding akan sibuk hari ini. Apakah saya harus membuat Nona Harding ada di kamar Anda malam ini?"
"Sebuah ajakan makan malam akan lebih tepat. Daripada menggunakan istilah yang kau katakan baru saja"
"Maaf Tuan"
Malam datang dan Jo baru saja pulang dari rumah nomor tiga yang dipilih Nyonya Lane kemarin. Dia membantu pengerjaan desain interior yang baru saja dimulai. Jo sama sekali tidak bisa berpikir tentang rencana balas dendam karena terlalu sibuk. Malam ini dia merasa sangat lelah dan ingin segera tidur.
Tapi seseorang memakai jas hitam, tidak tampak seperti pengawal berdiri di depan kamarnya.
"Selamat malam Nona Harding. Tuan menunggu Anda untuk makan malam bersama"
"Aku ingin tidur"
"Tuan tidak suka ditolak"
"Terserah dia" kata Jo berusaha untuk masuk ke dalam kamar namun dihalangi oleh pria itu.
Dengan sangat terpaksa Jo mengikuti keinginan pria brengsek itu. Dia berjalan masuk ke dalam kamar dan melihat meja yang telah disiapkan untuk acara makan malam berdua.
"Sebuah persiapan yang berlebihan" katanya menyindir pria yang muncul dari ruangan yang berbeda.
"Benarkah? Padahal aku juga menyiapkan bunga untukmu"
"Sangat romantis. Sayang sekali aku tidak tertarik sama sekali pada hal seperti ini" kata Jo lalu mengambil pisau di atas meja.
"Kau tertarik untuk membunuhku?" tanya pria itu.
Perlahan Jo merubah cara memegang pisaunya dan mendekat pada pria itu. Dia menggoreskan pisau di bagian dada pria brengsek itu.
"Sangat tertarik. Sayang sekali aku akan segera tertangkap saat melakukan itu. Lalu aku akan disiksa sampai mendambakan kematian" katanya lalu menurunkan pisau dan meletakkannya kembali di meja.
Pria itu tidak bicara apa-apa dan hanya melihat Jo dengan tatapan tajam.
"Kenapa? Seorang Anthony Cooper takut pada wanita yang memegang pisau?" tanyanya lagi. Pria itu berjalan mendekat dengan cepat lalu menangkap wajah dan mulai mencium bibirnya.
Dengan sekuat tenaga Jo menghalau pria itu dan berhasil. Lalu dia meludah seakan baru saja merasakan makanan basi. Dan pergi dari kamar pria itu tanpa menoleh lagi.
Pria sialan. Seharusnya dia memang tidak pernah datang ke kota ini lagi. Tapi ...