Dea sudah menjadi sekretaris dan simpanan Arden Harwell selama 2 tahun. Disaat Arden akan menikah dengan wanita pilihan keluarga nya Dea memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Membuatnya dan Arden menjadi mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - Baju Pilihan Arden
Hari ini Arden pulang lebih cepat. Dia dan Dea harus bersiap untuk pergi ke rumah keluarga Harwell dan bertemu dengan Silvana, Arneta dan Arsila secara langsung.
Dea tidak menyambut kepulangan Arden, karena dia tidak tahu jika kekasihnya itu akan pulang cepat. Jadi saat Arden membuka pintu apartemen, Dea masih berada di dalam Kamar. Berbaring di atas ranjang dan memainkan ponselnya.
Dia bahkan sedikit terkejut saat mendengar pintu kamarnya di buka, Dea langsung menoleh ke arah pintu dan melihat Arden datang.
"Kamu sudah pulang?" heran Dea, pasalnya kini masih jam 3 siang, biasanya paling cepat Arden akan pulang jam 4, kalau kemalaman bisa sampai jam 8 malam.
Tapi Arden tidak menjawab, dia melempar tas kerjanya di atas ranjang lalu ikut berbaring dan memeluk menindih Dea. Mengecup sekilas bibir wanitanya, baru berpisah sebentar dan rasanya sudah rindu.
Dilihat oleh Dea, Arden yang terus tersenyum kecil, tidak seperti biasa. Karena biasanya wajah Arden akan selalu terlihat datar tanpa ekspresi.
"Kamu sedang bahagia?" tanya Dea dan Arden mengangguk.
"Kenapa?"
"Nanti malam kita akan pergi ke rumah utama, aku akan mengenalkannya pada keluargaku, mama, Netta dan Silla."
Deg! Dea langsung menelan ludah, karena tiba-tiba perasaan takut tidak diterima langusng menyerangnya. Dia sudah sangat tahu jika Silvana menolak hubungan ini, pasti adik kembar Arden pun akan seperti itu juga.
"Jangan takut, aku tidak akan meninggalkan mu," ucap Arden lagi, setelahnya dia mengikis jarak dan kembali mencium bibir Dea.
Kini ciuman itu lebih dalam dan panjang. Arden ingin membuat rasa takut Dea menghilang.
Lama berpaut dan akhirnya Arden melepaskan, dilihatnya bibir Dea yang nampak merah dan basah karena ulahnya.
"Aku takut," ucap Dea jujur.
"Aku akan selalu menggenggam tanganmu saat disana."
"Mana bisa seperti itu, aku akan semakin merasa tidak enak hati dengan nyonya Silvana."
"Jangan memanggilnya begitu, panggil dia mama mulai sekarang."
Dea mencebik, rasanya terlalu lancang untuk memanggil mama.
"Aku tidak berani, panggil tante saja ya?" tawar Dea dan Arden mengangguk kecil.
"Baiklah, lakukan apapun yang membuat mu nyaman."
Mendengar itu akhirnya Dea mampu tersenyum.
Setelah Arden istirahat sejenak, mereka akhirnya memutuskan untuk mulai bersiap. Arden dan Dea mandi bersama, menciptakan suasana panas di dalam kamar mandi sore itu. Penuh dengan desah Dea dan erangan panjang Arden.
Tiap kali mereka melakukan hubungan badan, terasa hubungan itu semakin kuat.
Selesai mandi mereka sama-sama memakai baju, Arden bahkan memilihkan baju yang akan dikenakan Dea malam ini.
"Ini terlalu terbuka sayang, belahan dadanya terlalu kebawah." ucap Dea, dia melihat dirinya sendiri di dalam cermin dan fokusnya pada dada yang cukup menyembul.
"Tapi aku suka melihatnya sayang," jawab Arden, dia memeluk tubuh Dea dari belakang, membuat keduanya berada pula di dalam pantulan cermin itu.
"Kita bukan mau makan malam berdua, tapi bersama keluargamu juga. Aku malu pakai baju ini."
"Padahal aku gemas sekali melihat dada mu."
"Ar!"
"Baiklah, aku mengalah." Arden pasrah, sebelum melepaskan Dea dia lebih dulu mengelus dada kekasihnya itu. Pemandangan terindah yang selalu membuatnya candu.
Arden kemudian memilihkan baju yang lain. Gaun berwarna hitam setinggi lutut dengan atasan yang tertutup.
"Selutut apa nya? pahaku terlalu terlihat Ar," keluh Dea lagi, Arden suka sekali melihatnya menggunakan baju seksi.
"Aku suka melihat kaki jenjang mu sayang, pakai ini saja ya?" pinta Arden dengan wajah memohon.
Dan akhirnya Dea hanya bisa pasrah. Gemas melihat wajah pasrah Dea, Arden pun mengecup bibirnya dengan tangan yang mengelus paha terbuka Dea hingga sampai meraba bokong.
"Nakal!"
Arden terkekeh.