NovelToon NovelToon
Rawon Kesukaan Mas Kai

Rawon Kesukaan Mas Kai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Beda Usia / Keluarga / Karir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:920
Nilai: 5
Nama Author: Bastiankers

Shana dan Kaivan, pasutri yang baru saja menikah lima bulan lalu. Sikap Kaivan yang terlalu perfeksionis kadang menyulitkan Shana yang serba nanti-nanti. Perbedaan sikap keduanya kadang menimbulkan konflik. Shana kadang berpikir untuk mengakhiri semuanya. Permasalahan di pekerjaan Kaivan, membuatnya selalu pulang di rumah dengan amarah, meluapkan segalanya pada Shana. Meski begitu, Kaivan sangat mencintai Shana, dia tidak akan membiarkan Shana pergi dari hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bastiankers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Tangan Shana terangkat di depan wajah, melindungi wajahnya yang tersirami pancaran warna jingga dari matahari. Kaki nya terus berjalan mengikuti langkah-langkah kecil yang menggenggam tangannya sembari berceloteh. 

“Teteh, orang Jakarta asli, ya?” Laras, si gadis kecil berusia 5 tahun mendongak ke arah Shana yang mengangguk.

“Bagaimana keadaan di sana, Teh? Pasti enak, kan? Aku lihat di sosial media Teh Puput kalau hidup di Jakarta itu enak…” 

Entah harus berekspresi apa, yang ada sedari tadi Shana hanya tersenyum dengan perut yang menggelitik. Sampai-sampai kening Laras mengernyit. “Kok teteh nggak jawab, sih? Apa teteh bisu?”

Tawa Shana meledak, namun dengan cepat dia menutup mulutnya saat melihat Kaivan tengah duduk di pinggir ladang sembari menatapnya dari jauh. 

“Kok kamu bisa pikir teteh bisu?” Sisa tawanya masih terdengar. Namun, lagi-lagi dia perlu meredanya karena Kaivan masih memperhatikan mereka. 

“Karena teteh nggak pernah jawab, cuma gini-gini aja…” Laras mengangguk-ngangguk, “... habis itu senyum-senyum. Ya, wajar dong, Teh.”

Shana tertawa lagi. Kaki nya ikut menelusuri jalan yang akan membawanya pada Kaivan. Gadis kecil itu berjalan terlebih dulu. 

“Teteh, kita ke sana aja, yuk!” Laras berbalik dan menarik tangan Shana agar memutar balik langkah mereka. Membuat Kaivan yang berjarak lima langkah dari mereka mengernyit heran.

“Woy, mau kemanain istri Aa?”

Shana berbalik saat Kaivan berteriak. Melihat wajah Kaivan yang sedikit tersenyum karena mendapat juluran lidah dari Laras. “Mau Laras bawa kabur!”

“Heh? Nggak gitu, ya? Anak kecil nggak boleh sok-sokan jadi penculik,”sahut Kaivan lagi. Namun, kali ini Laras tidak menjawab.

Dia lebih mensejajarkan kembali langkahnya dengan Shana lalu mengatakan sesuatu yang membuat tawa Shana kembali meledak. “Teh, kok Aa Kai ngomong kayak gitu? Padahal ‘kan dia yang nyulik teteh. Iya, kan?”

Shana berbalik lagi ke belakang, rupanya Kaivan sudah berjalan mengikuti mereka dari belakang. “Ngomong apa kamu, hah?” Dengan cepat Kaivan mengangkat tubuh Laras yang meronta-ronta dengan tawa renyah. Kaivan ikut tertawa, yang akhirnya membuat Shana pun ikut tertawa kecil menyaksikan kedekatan mereka. 

Kaivan menoleh pada Shana saat sudah menurunkan Laras. Dia tersenyum samar ketika mendapati Shana kembali tertawa. Tangannya berusaha menyentuh tangan Shana yang di mana sudah tidak ada tangan mungil Laras di sana.

“Udah ah capek. Aku mau mandi. Aa juga sana mandi, badannya bau!” Laras berlari menjauh meninggalkan mereka berdua sambil menjepit hidungnya. 

Tangan Kaivan terangkat dan dia mencoba mengendus bau ketiaknya. Membuat Shana geleng-geleng kepala. “Mas. Mas. Omongan anak kecil kamu percaya…”

Bukan sebuah pertanyaan, hanya lebih terdengar gumaman heran dengan sikap Kaivan barusan. Kaivan terkekeh kecil.

“Tapi, omongannya anak kecil itu kebanyakan jujur. Yang ada omongan orang dewasa kayak kamu tuh, kebanyakan bohong,”kata Kaivan dengan ledekan khasnya. Dia tertawa saja saat Shana melayangkan pukulan di lengannya.

Kaivan berdeham sebentar. Merenungi ucapannya kembali. Ucapan yang menohok dasar hatinya sendiri. Ucapan tadi tidak seharusnya dia tujukan pada Shana. Melainkan untuk dirinya sendiri. 

“Mas? Aku mau cerita…”

Kini, mereka terduduk di pinggir sumur memerhatikan ibu Kaivan tengah menimba air. Matahari rupanya sudah bersiap meninggalkan bumi, dan sebentar lagi sinar rembulan akan menyusup. Setelah kepergian ibu, Kaivan menoleh pada Shana. “Mau cerita apa, Shan?”

Shana ikut menoleh. “Semalam aku bermimpi…”

Omongannya terhenti saat Om Kaivan melintasi mereka sembari menyapa dengan senyuman ramahnya. 

Kaivan tampak penasaran dengan mimpi Shana. “Mimpi apa?”

Shana tidak lagi memandang Kaivan, kini pandangannya tertuju pada lingkaran sumur di hadapannya. Di hati kecilnya berkata bahwa dia tidak boleh mengatakannya. Mengingat pertengkaran mereka saat di jalan tadi. 

“Mimpi apa, Shan?” Kaivan terus mendesak. Membuat Shana panik sendiri. Dia tidak seharusnya memancing Kaivan. 

Pandangan keduanya tertuju pada ibu yang baru keluar dari sebuah bangunan kecil yang terpisah. Terletak di bagian belakang rumah. “Shana, kalau mau mandi, mandi aja. Ibu sudah siapkan air!”teriaknya dari sana. Lalu, setelah mendapat anggukan dari Shana, beliau berlalu begitu saja.

“Shana?”

“Aku mau mandi, Mas. Nanti kita lanjut lagi.” Itu hanya alibinya agar bisa menghindar dari amukan Kaivan kali ini. Berdiri dan menepuk-nepuk celananya. Saat hendak berjalan pergi, Kaivan berkata sesuatu yang membuat Shana mati kutu.

“Mandi sama aku aja.”

***

Mata Shana mengerjap dengan apa yang barusan terjadi padanya dengan suaminya. Sempat melirik Kaivan yang tengah mengenakan pakaian bersih, lalu melilitkan handuk di kepalanya. “Mas…”

“Iya?”

“Tolong jangan ajak aku main di tempat kayak gini lagi, ya…?” Terdengar kekehan Kaivan sebelum menyetujui. “Kalau keluarga kamu tahu kita mandi bareng gini … aneh banget, ga, sih?” 

Kaivan mendekat, lalu mendaratkan kecupan di pelipisnya. “Tenang aja. Paling mereka nggak akan tahu kalau kita mandi bareng. Setahu aku … begitu.” Kaivan mengedikkan bahunya.

“Kamu tenang aja, Shana … percaya sama aku,”lanjutnya. Dan .., setidaknya perkataannya barusan membuat nafas Shana terdengar lega. 

“Oh … ya, soal mimpi kamu? Kamu belum cerita apapun.” Tidak pernah terbayangkan Kaivan akan menagih janjinya saat mereka masih di dalam kamar mandi.

“Mas..” Shana melotot. “Emangnya nggak bisa keluar dulu terus kita bicara?”

Kaivan terkekeh, dan akhirnya dia menyetujui ucapan Shana. Berdiri di samping Shana yang hendak membuka pintu. Kepalanya bersandar di dinding kamar mandi memerhatikan Shana yang masih gugup. Sepertinya takut jika ada yang tahu aktivitas keduanya di dalam. “Tenang aja, Shana. Percaya sama aku. Nggak akan ada orang kok—”

Pintu ditarik dari dalam seiring dengan suara Kaivan yang masih terdengar. Tubuh Shana membeku. 

“Teteh, ada lihat Aa Kai?”

“—biasanya mereka—loh? KALIAN NGAPAIN DI SINI?!” Kepala Kaivan melongok dari samping Shana. Melihat ke arah ke dua adik perempuannya yang menutup mulut tidak percaya dengan keberadaannya.

“INDUUUUNG! AA KAIVAN NAKAL!!!!”teriak Puput lalu berlari pada segerombolan orang yang tengah berkumpul dengan bara api di depan rumah.

Pandangan mereka semua tertuju pada kamar mandi. Keduanya baru saja keluar dari sana. Menghentikan aktivitas bakar-bakar pada keduanya. Beberapa orang terheran, dan yang lainnya kaget tidak percaya.

Shana mencubit kecil bagian pinggang Kaivan. “Ini yang kamu bilang ‘percaya sama aku’ hah?”bisiknya. 

Namun, ternyata Kaivan hanya terkekeh kecil sembari melepaskan tangan Shana dari pinggangnya. “Aku udah lama nggak ke sini. Ternyata kebiasaan mereka sudah berbeda.”

“Halah.” Shana mendelik. Dia melihat pada ibu Kaivan yang tengah memanggilnya dan dari sana. Ingin sekali Shana menolak, takut ditertawai mereka. Namun, Kaivan segera berdiri di belakangnya dan mendorong pundaknya. Mereka berjalan bersama, dengan Kaivan yang tetap memegang pundaknya.

“Ayo, Shana, duduk sini.” Ibu Kaivan menepuk rerumputan hijau di sebelahnya. Shana mengangguk kikuk. Baru saja Kaivan akan duduk di sebelahnya. Namun, anak kecil yang baru saja berteriak tadi kembali datang.

“Aa Kai, tadi ada yang nelpon terus. Mau aku angkat, tapi takut Aa marah. Nih..,”ujar Puput menyerahkan ponsel Kaivan.

Kaivan memandangi layar ponselnya. Biasanya dia langsung mengangkatnya, namun sampai ponsel itu redup dan kembali bergetar, Kaivan masih diam. 

“Telpon dari siapa?”tanya Shana yang sedari tadi memerhatikan. 

Kaivan menoleh pada Shana. Nafasnya tercekat, dia kesusahan menelan ludahnya. “Dari kantor.”

“Ya udah, angkat aja.”

Kaivan masih diam, tidak berniat untuk mengangkatnya. Peduli apa dia. Dia ingin menyegarkan pikirannya sejenak. 

Namun, ternyata Shana tidak tinggal diam. Dia terus menyuruh Kaivan untuk mengangkat telpon itu. “Mas…? Angkat aja. Siapa tahu penting…?”

“Kamu bilang mau ngasih tau mimpi kamu,”ujar Kaivan, sepertinya mengalihkan topik. “Apa mimpi kamu sebenarnya?”

Shana meneleng, keningnya mengernyit setelah menangkap topik Kaivan. Kaivan agak aneh. Namun, “Mas, mimpiku nggak penting. Yang penting itu telpon kamu itu. Angkat sana.”

Kaivan menggeleng. Membuat ibu dan yang lainnya tampak memerhatikan keduanya sedari tadi. Om Kaivan sampai berbalik ke belakang setelah meletakkan tiga ekor ikan besar ke atas panggangan. 

“Nanti aja. Lagian ‘kan aku lagi cuti. Seharusnya nggak diganggu dong,”alibi Kaivan sembari meluruskan kakinya. Dia hanya mendengar Shana mendengkus dan akhirnya hanya menjadi pendengar setia dari perbincangan ibu dan Shana. 

Sampai akhirnya ponselnya kembali bergetar. Tanpa aba-aba, Shana segera merebut ponsel yang berada di saku celananya. “Eh, kamu mau ngapain?”

“Biar aku aja yang angkat kalau gitu.”

“Iya. Iya. Ini aku angkat.” Kaivan segera bangkit dan memisahkan diri. Dia duduk di dekat area sumur. Setelah memastikan bahwa jaraknya cukup aman. Kaivan langsung menggeser panel hijau. “Ngapain, sih, telpon terus? Ganggu banget tau, nggak?”

“Mas…” Suara perempuan di seberang terdengar. “Aku kangen.”

1
kanaikocho
Alur yang brilian
Bastiankers
terima kasih sudah berkunjung
Kiran Kiran
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!