Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Hari berganti.
Pagi menjelang..
"Nis, nanti kamu bangunin Nathan, ya! Suruh sarapan!" Ucap Oma Sasmita sembari melenggang menuju mobilnya.
"Baik, Oma!" Jawab Rengganis sembari menenteng tas mahal Oma.
"Bilang sama dia kalau Oma buru-buru. Oma mau ketemu sama salah satu klien untuk membicarakan hasil panen perkebunan kita. Kamu jangan lupa siapkan semua keperluan dia, ya," tambah Oma.
"Baik, Oma!"
Rengganis menyerahkan tas di tangannya itu pada sang majikan.
"Oh ya, satu lagi. Jangan lupa kamu ambil jas sama kebaya nya Wiguna dan Melanie di kamarnya. Malam ini mau di pakai ke kondangannya Pak Barata. Dia itu salah satu teman lamanya Oma sekaligus calon rekan bisnisnya Wiguna. Kamu setrika yang rapi. Soalnya ini acara penting. Oma mau anak sama mantu Oma tampil serapi mungkin malam ini!" Ucap Oma Sasmita sebelum masuk ke dalam mobilnya.
"Baik, Oma!"
"Ya sudah. Kalau begitu Oma titip rumah. Oma mau ke perkebunan dulu! Nanti kalau ada apa apa, kamu bisa minta tolong sama Nathan!" Tambah sang Oma.
Rengganis hanya mengangguk. "Iya, Oma!"
Oma Sasmita tersenyum. Ia menggerakkan tangannya mengusap usap lengan Rengganis.
"Oma pergi dulu, ya!" Ucap wanita paruh baya itu sebelum masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi bersama Didi sebagai pengemudi nya.
Rengganis pun berbalik badan. Ia lantas kembali ke rumah itu untuk melanjutkan aktivitas nya.
Gadis cantik itu berjalan menuju kamar Nathan. Dilihatnya pintu ruangan itu masih terkunci rapat, pertanda sang pemilik ruangan belum keluar dari sarangnya.
Gadis itu mendekat. Tangan rampingnya terangkat mengetuk dau pintu kamar tersebut.
Tok....tok....tok....
"Tuan, sarapan sudah siap!" Ucap Rengganis. Tak ada sahutan.
Tok....tok....tok....
"Tuan, sarapan sudah siap!"Ucapnya lagi untuk kedua kalinya. Namun lagi-lagi tak ada sahutan.
Tok....tok....tok....
"Tuan!"
Tok....tok...
Ceklek...
Pintu terbuka saat tangan Rengganis masih berada di udara.
Seorang pemuda tampan nampak keluar dari ruangan itu. Rambutnya masih acak acaknya. Tubuh bagian atasnya tak berbusana. Hanya sebuah celana pendek berwarna hitam yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Tidak ada muka bantal di sana. Sepertinya pria itu sudah bangun sejak tadi
Nathan menatap gadis di hadapannya itu dari atas sampai bawah.
"What?" Tanyanya kemudian.
"Maaf, Tuan. Saya diminta Oma untuk membangunkan Tuan. Sarapannya sudah siap!" Ucap gadis itu.
"Emang Oma kemana?" Tanya Nathan.
"Oma ke perkebunan. Katanya mau bertemu klien," jawab Rengganis.
Nathan mengangkat dagunya. Ia mengarahkan pandangannya menyusuri tubuh Rengganis dari atas sampai bawah. Seutas senyuman smirk terbentuk dari bibirnya.
"Gue belum lapar! Gue mau mandi! Siapin air buat gue sekalian bersihin kamar gue!" Titah Nathan.
Rengganis diam sejenak. Ia nampak melongok, melirik ke dalam kamar Nathan yang memang sangat berantakan.
"Tunggu apa lagi? Buruan!" Ucap pria dua puluh lima tahun tersebut.
Rengganis pun akhirnya mengangguk. Ia kemudian bergegas masuk ke dalam ruangan itu melewati Nathan yang masih berdiri di depan pintu.
Rengganis masuk ke kamar mandi pribadi Nathan. Di isinya bak besar itu dengan air hangat sesuai permintaan sang tuan muda. Ia juga nampak membersihkan ruangan itu sembari menunggu bak penuh. Menata sabun, membersihkan lantai, hingga mengelap kaca wastafel yang tak begitu kotor itu.
"Oma titip pesen apa ama lo?"
Rengganis menoleh ke belakang. Dilihatnya di sana Nathan nampak menyandarkan tubuhnya di kusen pintu kamar mandi itu dengan kedua lengan yang dilipat di depan dada.
"Enggak ada, Tuan. Oma hanya meminta saya menjaga rumah dan melayani semua keperluan Tuan Muda," jawab gadis itu se-sopan mungkin.
Nathan mengangkat satu sudut bibirnya. Rengganis kembali berbalik badan dan melanjutkan bersih-bersih wastafel itu.
"Melayani, ya?" Ucap Nathan sembari mengayunkan kakinya ringan mendekati wanita cantik itu. Rengganis terdiam. Ia menatap pantulan dirinya dan Nathan dari kaca wastafel. Terlihat di sana, Nathan nampak berdiri tepat di belakangnya dengan jarak yang tak begitu jauh.
Rengganis risih. Nathan menatap tubuh bagian belakangnya dengan sorot mata yang aneh bagi Rengganis. Sedikit mesum. Entah apa yang ada di otak Nathan saat ini.
Merasakan gelagat yang kurang baik dari sang majikan, wanita itupun buru buru berbalik badan.
Nathan menggerakkan bola matanya menatap nakal penampilan Rengganis dari atas sampai bawah. Hal itupun membuat Rengganis merasa makin tak nyaman.
"Bathtub nya sudah penuh, Tuan. Biar saja matikan dulu airnya!" Ucap Rengganis sembari buru buru hendak pergi meninggalkan tempat itu. Namun baru selangkah ia beranjak, tiba tiba...
Seeeetttt....
Buuggghhh....
Nathan menarik lengan Rengganis hingga berbalik badan. Ia mengikis jarak dengan wanita itu. Membuat tubuh keduanya pun kini menempel dalam posisi saling berhadap-hadapan. Satu tangan Nathan mencengkeram lengan Rengganis. Sedangkan satu tangan lainnya merengkuh pinggang ramping itu.
"Mau kemana, sih? Gue belum selesai!" Ucap Nathan pelan namun terdengar nakal.
Jantung Rengganis berdebar hebat. Ia tak pernah sedekat ini dengan laki laki asing. Bahkan dengan Bagas pun ia tak sampai seperti ini. Kontak fisik paling intim di antara mereka hanyalah sebatas gandengan tangan.
"Tuan, lepasin!" Ucap Rengganis sembari mencoba melepaskan diri.
"Tadi kan Oma pesen, layanin semua keperluan gue. Itu termasuk mandiin gue juga nggak sih?" Tanya Nathan nakal.
Rengganis nampak nyengir. Laki laki ini terlihat mesum. Apalagi tatapan mata dan senyuman di bibirnya. Tolonglah, ia tak suka situasi seperti ini! Ia harus segera pergi dari tempat ini.
"Maaf, Tuan. Saya masih banyak kerjaan!" Ucap wanita itu lagi sembari kembali berontak hendak melepaskan diri dari Nathan.
"Ck! Buru-buru banget mau kemana, sih? Santai aja dulu. Cuma ada kita berdua ini. Mumpung Oma lagi nggak ada di rumah!" Bisik Nathan menghalangi pergerakan Rengganis.
"Tuan, tolong jangan macam macam!" Ucap Rengganis mulai protes.
"Macam macam apanya? Gue nggak macam macam, kok!" Jawab Nathan sembari menggerakkan kepalanya seolah ingin mencari posisi yang nyaman untuk melihat wajah Rengganis. Atau mungkin mencumbu wanita yang seolah menolak untuk melakukan kontak mata dengannya itu.
"Gue tahu, lu suka banget cari perhatian sama Oma. Biar naik gaji, ya?" Tanya Nathan sambil terus menggerakkan kepalanya.
Rengganis tak peduli dengan ucapan pria itu. Ia terus berontak. Minta dilepaskan.
"Gimana kalau gue kasih lo jalan pintas!" Tambah Nathan.
"Tuan, lepasin!" Rengganis mulai marah.
"Ck! Gue lagi ngomong ama lo! Dengerin dulu!" Ucap Nathan.
"Gue bisa kasih lo gaji lebih! Dua kali lipat kalau perlu!"
"Tuan, tolong!"
"Apasih? Nggak usah munafik lah! Kayak nggak pernah aja! Lo pasti juga sering kan tidur sama pacar lo yang udah mati itu. Nggak kesepian apa lo ditinggal mati. Sini, ama gue aja!"
"Tuan!!" Rengganis mulai meninggikan suaranya.
"Apa?! Berani lo bentak gue?!"
Rengganis menatap benci laki laki itu.
"Munafik banget sih lo! Nggak usah sok suci! Udah berapa kali lo tidur ama pacar lo sebelum dia mati?!" Tanya Nathan tanpa empati.
"Lu emang suka menjilat, kan di depan Oma? Sok polos padahal hati lo nggak sebaik itu! Makanya sekarang gue kasih kerjaan tambahan buat lo!" Ucap Nathan.
"Jilat gue!" Ucap pria itu dengan suara pelan dan sebuah senyuman nakal tersungging di bibirnya.
Rengganis mengetatkan giginya. Ini sih namanya sudah pelecehan! Nathan sudah merendahkan harga dirinya. Ia tak terima. Dengan penuh amarah, wanita itu kembali berontak. Ia mendorong tubuh itu sambil terus mencoba menghempaskan genggaman tangan Nathan.
"Woe! Santai, dong! Agresif banget!" Ucap laki laki itu sambil tertawa sumbang. Ia suka melihat reaksi gadis ini. Ia pun sebenarnya juga tak sungguh sungguh menginginkan wanita itu. Ayolah, seorang pembantu seperti Rengganis bukanlah tipe nya. Ya kali seorang Nathan mau sama babu!
Nathan hanya iseng. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Rengganis ketika digoda seperti itu. Apakah wanita itu akan menunjukkan sifat aslinya yang penjilat, atau masih tetap berpura-pura polos. Dan ternyata wanita itu masih saja berlagak sok suci. Dasar munafik! Batinnya!
Namun tiba-tiba...
Plaaakkkkkk....
"Anj...!"
Tamparan keras pun akhirnya mendarat di pipi Nathan. Wanita itu menghantam pipi bule itu sekuat tenaga menggunakan telapak tangannya. Ia benar benar benci dengan semua ucapan yang keluar dari mulut Nathan. Terdengar sangat menjijikkan dan begitu merendahkan.
"Lu.....!" Ucap Nathan yang tak terima dengan tamparan itu. "Lu berani nampar gue?!!"
Rengganis menatap benci ke arah pemuda itu.
"Tolong jaga bicara kamu, Nathan!" Ucap Rengganis tanpa menggunakan kata 'Tuan'.
"Saya di sini menghormati kamu karena kamu adalah cucu Oma Sasmita!"
"Saya tahu saya cuma pembantu. Saya juga tahu kamu adalah cucu majikan saya yang bisa memerintah saya sesuai dengan semua kemauan kamu!"
"Tapi tolong, jaga sikap kamu! Jangan kurang ajjar!"
Nathan berdecih.
"Saya nggak pernah punya niat caper sama siapapun. Kalau ini masih ada sangkut pautnya dengan kejadian di pasar, asal kamu tahu, Oma kamu tahu semuanya dari pedagang di pasar. Saya nggak pernah ngadu apapun ke Oma kamu. Kalau kamu nggak percaya kamu bisa tanya sendiri sama Oma!"
"Dan satu lagi, kamu nggak tahu apa apa tentang saya. Apa lagi calon suami saya. Jadi jangan pernah bicara yang buruk tentang kami! Nggak semua orang punya otak sekotor kamu!"
Nathan membelalakkan matanya mendengar ucapan itu. Berani sekali wanita itu berucap demikian padanya.
"Lu berani ngomong kayak gitu ama gue?!" Nathan mengeratkan cengkeraman nya atas lengan Rengganis. Ditariknya tubuh itu hingga makin menempel padanya.
"Lu lupa lu siapa?! Hah?!!" Nathan menggertak dengan mata melotot.
Kedua mata itu saling beradu sama tajam. Kebencian sama sama membakar dada mereka. Rengganis mencoba berontak. Namun lagi lagi Nathan tak mengizinkan.
"Lepasin saya!" Ucap Rengganis.
"Jangan mimpi lo!" Nathan makin mencengkeram lengan itu. Kepalanya bergerak maju seolah ingin mencium wajah wanita itu. Namun Rengganis terus mengelak. Aksi tersebut pun berjalan cukup lama. Rengganis mencoba mendorong tubuh Nathan dengan segala kemampuan yang ia punya. Namun sia sia. Nathan justru mulai bringas. Ia seolah ingin mencumbu Rengganis saat itu juga. Hingga pada akhirnya...
Seeet.....
"Aaaakkhh....!!"
Nathan memekik. Genggaman tangannya atas lengan Rengganis pun terlepas. Wanita itu menginjak kaki Nathan kemudian menggigit dada kirinya yang tak tertutup kain itu dengan sekuat tenaga. Setitik darah bahkan keluar dari sana.
"Heh! Tunggu!!!" Teriak Nathan pada Rengganis. Namun wanita itu tak menghiraukan nya. Ia berlari keluar kamar itu sambil menitikkan air matanya.
"Babu bangs*t!" Umpat Nathan dengan membentak. Dadanya naik turun. Pembantu sial*n itu benar benar menyebalkan.
Nathan berkacak pinggang. Tiba-tiba fokus matanya tertuju pada sebuah gelang berwarna gold yang tergeletak di atas lantai kamar mandi itu
Nathan diam sejenak. Ia kemudian sedikit membungkuk, meraih benda tersebut. Sebuah gelang tangan dengan inisial R dan A tergeletak dengan pengaitnya yang nampak patah.
Sepertinya ini milik Rengganis. Gelang ini pasti jatuh saat wanita itu tengah berontak tadi.
Semangat thour upnya💪💪
Ayoo semangattt upnya thour 💪💪
Semangat thour 💪💪