21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25
pagi ini mendung bergelayut di langit. awan hitam menghalangi matahari yang gagah ingin menunjukkan sinar terangnya. mendung semakin menyejukkan udara pagi yang dingin.
caera masih meringkuk di bawah selimut tebal di ranjang besar milik Deva.
sayup-sayup ia mendengar suara orang berbicara. tidurnya merasa terganggu. caera membuka matanya. mengerjap-ngerjapkan sejenak.
pertama kali yang dia lihat adalah seseorang dengan santai duduk di sofa besar di depan televisi. ternyata suara orang berbicara itu berasal dari televisi yang menyala.
horden jendela masih tertutup rapat. lampu hanya di bagian depan televisi yang menyala. tapi itu sudah cukup menerangi sebagian besar ruang kamar yang luas ini.
caera menegang. dengan posisi meringkuk miring tepat menghadap Deva, dia tidak berani bergerak sama sekali. membelalakkan matanya melihat tubuh setengah telanjang yang duduk di sofa. di depannya ada laptop yang menyala. televisi juga menyala, tapi ia tidak melihat itu. pria itu hanya fokus pada layar laptopnya.
caera melirik jam dinding di atas televisi. jam sepuluh. caera mengira masih pagi buta, ternyata sudah jam sepuluh pagi. dia terlambat bangun.
Deva terlihat baru selesai mandi. rambutnya masih belum di rapikan. masih ada sisa air yang menetes dari rambut yang basah itu. mungkin karena itu dia belum memakai baju. tubuh tegap berotot yang putih mulus tak bercacat. hanya memakai celana panjang dari setelan piyama.
tiba-tiba Deva menoleh ke arah caera. cepat-cepat caera memejamkan matanya lagi pura-pura masih tidur.
haaaiisss... apa yang sudah aku lakukan. aku tidak berpikir bagaimana pagi ini berhadapan dengannya. mati lah aku
caera tidak berani membuka matanya lagi. ia pejamkan matanya rapat-rapat. tapi bahasa tubuhnya tidak bisa berbohong. wajahnya terasa panas memikirkan bagaimana malunya dia berhadapan dengan Deva nanti setelah ia bangun.
tak henti-henti caera mengutuk dirinya sendiri karena terlalu ceroboh. hanya menurut saja ketika Deva membawanya.
setelah beberapa menit, caera memberanikan diri mengintip Deva. membuka matanya sedikit sekali, mengintip Deva masih melihat padanya atau tidak. caera bisa bernapas lega. Deva kembali fokus pada laptopnya.
kembali memejamkan matanya. mengingat-ingat kejadian semalam. bagaimana ia bertengkar dengan Arya dan Vivi muncul. sampai ia menangis di taman dan Deva datang dengan tiba-tiba entah dari mana. seperti malaikat saja. merengkuhnya dan membawanya ke rumah ini. rumah bukit. begitu kata Deva semalam.
dia merasa ada yang aneh dengan pakaiannya. caera meraba baju yang ia kenakan.
eh.. apa ini? kenapa aku pakai baju kemeja? perasaan ini bukan baju ku.
caera merasa makin tegang saja. keningnya berkerut. dadanya berdebar kencang.
astaga. apa yang di lakukannya pada ku?
tiba-tiba caera merasakan tempat tidur bergoyang halus. menandakan ada yang berbaring di sampingnya. caera menahan napas. jantungnya makin berdebar keras. matanya terpejam lebih rapat.
caera dapat merasakan Deva mendekat padanya. napas Deva hangat menyapu wajahnya. Deva berada dekat sekali dengannya. darah caera berdesir cemas. bulu kuduknya meremang ngeri.
"kau sudah bangun?"
suara bariton itu terdengar tepat di telinganya.
kyaaaaa...
caera langsung bangkit dari tidurnya. sangat kaget dengan suara Deva yang terdengar mendesah berat tepat di telinganya.
"hahaaaahaaaa"
Deva tertawa geli melihat caera bagun tiba-tiba seperti orang ketakutan. tawa Deva menggema di ruangan kamar. baginya wajah caera yang kaget ketakutan itu terlihat sangat lucu
caera malu setengah mati. wajahnya merah seperti kepiting rebus. Deva sudah menyadari kalau dia sudah bangun dan berpura-pura tidur.
"haha.. kenapa tidak bangun saja? kau masih ngantuk?"
tanya Deva di sela tawanya. memiringkan tubuhnya rebahan menghadap caera dan menopang kepalanya dengan tangan.
"tidak. aku masih tidur tadi"
caera mengelak. sangat malu ketahuan berpura-pura tidur.
Deva tersenyum lucu melihat caera salah tingkah.
"kau sudah baikan? tidak demam lagi?"
Deva bergeser dan menempelkan tangannya di kening caera, mengukur suhu tubuhnya. tapi caera agak mengelak menjauh. sikap waspada ia tunjukkan.
"aku? demam?"
caera balik bertanya.
Deva mengangguk. masih dengan senyum manis memandang caera seperti memandang sesuatu yang sangat ia kagumi.
"tadi malam kau mengigau terus. kau demam tinggi"
"oh.."
hanya itu yang keluar dari bibir caera.
Deva merasa gemas melihat keluguan wanita ini. dengan gemas ia mencubit kecil bibir caera.
"iiihh.. kau menggemaskan"
eh.. apaan sih?
caera mengelak lagi. tapi tidak sempat. dengan kesal dia hanya mengusap bibirnya bekas cubitan Deva.
caera beranjak turun dari tempat tidur. menjauh dari Deva. ia melihat keadaan dirinya. kemeja putih yang kedodoran dan celana panjangnya yang masih sama seperti tadi malam. itu berarti Deva melihat tubuh caera bagian atas ketika mengganti bajunya.
wajahnya seperti bendera Indonesia sekarang. sebentar merah, sebentar pucat. malu dan cemas mengingat Deva melihat tubuhnya polos.
"hahaaaaahaaa"
Deva kembali tertawa lepas. dia terbahak melihat kecemasan caera. wanita itu makin menggemaskan saja di matanya.
"apa sih? kau menertawai ku terus"
caera kesal melihat Deva kesenangan dengan kecemasannya.
"tenang saja. aku memejamkan mata ketika mengganti baju mu"
ingin rasanya caera menendang Deva sekarang. bagaimana dia tahu apa yang di pikirkannya.
dasar pria sok tahu! huh!
deva menghentikan tawanya. dia beranjak dari tempat tidur menuju sofa. duduk di sana dan kembali fokus pada laptopnya.
menoleh ke arah caera seraya menyalakan sebatang rokok.
"mandilah. pakaian mu ada di lemari"
ujarnya tersenyum lembut.
caera diam saja. tidak tahu lemari pakaian Deva ada di mana. kamar tidur Deva luas. dia tidak tahu yang mana salah satu pintu ruangan walk in closet. karena caera tidak melihat ada lemari pakaian di kamar Deva.
Deva tersenyum simpul melihat caera hanya diam saja. ia bangkit dari duduknya dan mematikan rokok di asbak yang berada di samping laptopnya. menghampiri caera dan menarik tangannya menuju salah satu pintu.
membuka pintu itu, dan terpampang lah sebuah ruangan walk in closet yang sangat wah. di dominasi warna putih, sangat terlihat luas dan terang. lemari besar yang berjejer gagah. tersusun rapi pakaian dan sepatu Deva. ada kursi malas dan cermin besar seukuran tubuh orang dewasa. malah lebih besar dan tinggi cermin itu dari tubuh Deva.
Deva membawanya ke salah satu pintu lemari dan membukanya. berjejer rapi pakaian wanita di sana. caera sampai bengong melihat itu.
pakaian wanita? banyak pula. itu berarti banyak wanita datang ke kamar ini. atau mungkin pakaian pacar Deva? atau... istrinya?
"jangan berpikir macam-macam" Deva melirik caera. ia tahu apa yang di pikirkan caera. "ini semua pakaian untuk mu. aku menyiapkannya pagi tadi"
apa?? pagi?? ini saja masih jam sepuluh. maksudnya pagi... jam tujuh begitu? atau enam?
tiba-tiba Deva memeluknya dari belakang. caera terkejut. tubuhnya menegang. wajah Deva tepat di pipinya.
"pilih saja sesuka mu. itu milik mu"
caera dapat merasakan hangat tubuh telanjang itu di punggungnya. dan napas hangat Deva tepat di antara pipi dan pundaknya. ada gelenyar aneh yang di rasakan caera. jantungnya berdebar tidak karuan.
"mandi lah. kau harus minum obat mu"
Deva melepaskan pelukannya. dan pergi ke luar ruangan begitu saja. meninggalkan Caera yang diam mematung. belum hilang debaran keras yang melanda jantungnya. cepat-cepat caera menarik napas dalam dan menghempaskannya lega.
lalu memilih pakaian yang akan ia kenakan nanti. semua pakaiannya masih menempel cap Lebel pakaian. menandakan Deva tidak berbohong. pakaian ini semua masih baru dan belum tersentuh.
apa?? ****** ***** juga?? bra juga?? ya ampun bagaimana dia tahu ukuran ku!!
wajah caera memucat. merentangkan ****** ***** yang ukurannya pas sekali dengan miliknya.
dan .. bra ini....
caera menangkup cup bra itu dan miliknya sendiri bergantian. astaga, pas sekali
caera terbengong. membayangkan tangan Deva menangkup gunung kembarnya karena ingin memastikan ukuran bra caera.
ah otak ku sudah rusak
caera menonyor kepalanya sendiri. bagaimana bisa dia membayangkan hal yang belum tentu benar.
caera memutuskan memilih pakaian casual saja. terlihat lebih santai. dia harus cepat-cepat pergi dari rumah ini. ibu pasti sangat khawatir karena dia tidak pulang.