Inilah cerita cintaku yang gagal bersamanya... Cinta Terlarang, Terhalang Status
Perempuan biasa yang sempat mendapatkan cinta dan kasih sayang dari seseorang yang dia kagumi sejak lama.. Akankah cinta terlarang ini kembali dan berlanjut ke jenjang yang lebih serius atau berhenti di tengah jalan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bellasdc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Kelulusan Kami
“Tidak.. tidak.. aku suka kok..”
“Suka sama aku? Aku juga, aku sangat mencintaimu”
“Ekhem.. Maksudku aku suka kalungnya. Aku sudah memakainya.. ini lucu” memegang kalung yang melingkar di leherku
Kami banyak mengobrol saat ini, lebih banyak obrolan yang tidak penting sih. Kami punya nama panggilan kesayangan sendiri. Lebay sih, malu aku panggil dia dengan nama itu. Tapi kayaknya bakalan cukup lucu aja sihh.. coba saja dulu.
“Dodo, Dodo, Dodo” panggilku gemas.
“Dodo?! Iya, apa Tata?”
“Dodo, Dodo?”
“Udah sih jangan bercandain nama aku. Eh.. Shinta, aku minta maaf, sepertinya aku harus sudahi dulu teleponnya. Ada Dimas, dia ngajak main game di rumahku. Ga apa-apa kan aku tinggal dulu?”
“Iya, ga apa-apa. Jangan sampe lupa waktu aja”
“Siap, Tataku.” Aldo menutup teleponnya. Dia memang suka main game, aku memperbolehkannya karena dia juga pasti punya aktivitas pribadinya sendiri. Aku tak mau mengekangnya asalkan dia tidak lupa kewajibannya saja.
1 tahun kemudian.
Kami sering bertemu secara diam-diam. Hebatnya kami bisa menutupi hubungan ini dengan sebaik mungkin, sempat beberapa kali orang lain curiga termasuk Kinan dan Dimas, tapi kami bisa mengelak. Hubungan kami terkadang sangat romantis, kadang sering bertengkar juga baik hal sepele bahkan hal yang cukup besar, dari mulai beberapa jam saja sampai bisa hingga berhari-hari, ya namanya juga suatu hubungan. Aldo punya cara tersendiri untuk membuat aku nyaman dengannya, cara untuk membuat marahku cepat reda, cara membuat suasana ketika berdua saja menjadi lebih romantis, banyak sekali akal pikirannya.
Hubungan yang lucu, tapi takut juga, takut tertangkap basah. Tidak terasa kami sudah menjalani hubungan ini hampir 1 tahun. Dengan semua keanehannya, kasih sayangnya, aku bisa menerima dia dan dia menerima aku apa adanya walaupun hubungan kami ini sudah beberapa kali hampir ketahuan, namun dengan 1001 cara kami bisa melewatinya.
Kami bahagia dengan hubungan ini. Aku sering bertemu Aldo di sebuah taman, Taman Sentosa, taman itu tidak jauh dari Rumah Sakit, tapi kami menyebutnya Taman Kenangan. Nanti kami akan bersama atau tidak, tetap kenangan itu akan selalu ada. Taman Kenangan bersama Aldo, disini, akan selalu menjadi kenangan indah yang berbekas dan selalu teringat. Taman ini saksi perjalanan kisah kami. Aku dan Aldo sering ke sini untuk melepaskan rasa penat kami setelah menjalankan tugas di Rumah Sakit, sesekali berdiskusi tentang kasus pasien di Rumah Sakit.
Di taman ini, taman tempat kami tertawa, tempatku menangis sendirian dikala bertengkar, menangis bersama merasa lelah dengan aktivitas kami, melihat bintang malam sebari tidur di rerumputan, duduk di kursi berdua, saling berbagi suka dan duka, merencanakan masa depan bersama. Itulah arti Taman Kenangan bagi kami.
Kami tidak pernah berpikir suatu saat kami bisa saja akan berpisah atau dapat lanjut ke hubungan yang lebih serius. Kami menjalani hubungan rahasia ini berharap akan terus bahagia sampai yang pernah disebutkan Aldo, walaupun sampai kami sudah berada di alam yang berbeda sampai maut memisahkan.
Suatu hari, hari dimana menjadi hari yang paling bahagia untuk kami, aku, Aldo, Kinan, Dimas, dan orang tua kami serta temanku yang lainnya akhirnya dapat bersama-sama di hari wisuda kami. Kami masuk pendidikan kedokteran kampus ini bersama sebanyak 73 orang harus lulus juga dengan jumlah 73 orang pula. Betapa senangnya kami, kami lulus semuanya dengan hasil yang memuaskan.
Selesai acara kami mengambil foto bersama. Kinan menarik lenganku untuk berfoto berdua dengan Aldo. Apakah hubunganku ketahuan? Sejak kapan? Waduh gawat sih kalau benar. Itu yang terlintas di pikiranku dan Aldo kebingungan sambil bertatap-tatapan.
Aku tidak melawan apa yang dilakukan Kinan dan Dimas. Aldo merangkul pinggangku dari belakang, aku tidak nyaman dengan hal itu, tapi Aldo terus memaksa. Aku tidak bisa melawan, hanya bisa pasrah. Kami mengambil beberapa foto sendiri dan foto bersama baik bersama teman dan keluarga masing-masing. Foto yang indah. Aku tidak ingin hari ini berakhir begitu saja. Kebersamaan ini, ingin terus aku merasakannya.
Hari itu setelah acara wisuda berakhir, Aldo berniat mentraktir kami dan akan mengumumkan suatu hal yang penting. Kami ikuti rencana Aldo tersebut. Aku bersama Kinan yang sudah menyelesaikan urusan kami di kampus, pulang terlebih dahulu ke kost untuk mengganti pakaian karena tidak nyaman memakai baju formal seperti ini, dan lanjut membereskan barang-barang karena rencana kami setelah acara yang direncanakan Aldo selesai, akan segera pulang ke rumah masing-masing. Setelah bersiap aku berangkat sendiri ke acara Aldo karena Kinan sudah berangkat duluan di jemput Dimas.
Aldo mengirimkan pesan, dia sudah memesan sebuah gedung. Taksi yang aku tumpangi memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby, rupanya disana Kinan sudah menungguku di pintu masuk. Ketika memasuki gedung itu, bingung kenapa Aldo menyiapkan hal seperti ini. Ini terlalu berlebihan, bukankah ini sangat mewah hanya untuk sekedar acara kelulusan.
Aldo menghampiriku dan menuntun kami ke sebuah meja. Dia menggandeng tanganku, semua orang yang hadir di sana melihat ke arah kami berdua, menatap dengan terheran-heran. Mereka mungkin saja bertanya-tanya apa hubungan kami berdua. Aldo mengajakku menaiki panggung, dan dia berkata hal yang sangat mengejutkan.
“Maukah kau menjadi pendamping hidupku selamanya sampai kita jadi nenek kakek nanti? Maukah kau menikah denganku?” dia berlutut di hadapanku dan meraih tanganku untuk memasangkan sebuah cincin permata yang sangat indah. Tentu saja Aku sangat terkejut.
“Apa yang kau lakukan? Di lihatin banyak orang, berdiri cepat. Aku malu.” Paksaku meraih lengan atas Aldo.
“Apakah kamu baru saja menolakku? Kita sudah selesai profesi loh, kita berhasil menyembunyikan hubungan kita juga sampai sekarang. Apa kamu butuh lebih banyak waktu? Atau aku harus langsung bertemu orang tuamu agar kau yakin aku tidak main-main?” dia melontarkan banyak pertanyaan.
“Bukannya aku menolakmu, tapi aku kaget kamu tiba-tiba gini.” Jawabku. “Aku menerima kamu, tapi kamu kan belum mengenal dan mendapatkan restu dari orang tuaku, bahkan bertemu saja belum pernah”
Brakk... Ada yang mendobrak pintu masuk secara tiba-tiba, sontak semua orang yang berada dalam gedungpun kaget, begitupun aku, dan Aldo. Ternyata itu adalah ayah Aldo, Om Anton, bersama beberapa orang berpakaian jas rapi.
“Apa apaan ini, Aldo, cepat ikut Papah!! Kamu bikin acara semewah ini menghabiskan banyak uang demi wanita itu. Papah sudah tahu wanita seperti apa dia. Dia wanita dari keluarga biasa saja, darimana kamu tahu kalau dia deketin kamu bukan karena hartamu saja, Aldo!! Bagaimana cara orang tuanya mendidik anak seperti itu ck.. sebagaimanapun dia membutuhkan harta, harusnya dia memilih orang mana yang akan dia poroti, dia salah orang, mengincar keluarga kita, Aldo!!” Om Anton berteriak di hari bahagia kami, di lihat banyak orang pula.
gabung yu d cbm..
kita d sn bakal belajar dan bermain bersama
..
caranya follow akun ak dl ya.
nnti aku undang kaka
thx