Ayuna, seorang mahasiswi berparas cantik dengan segudang prestasi yang pastinya selalu menerima beasiswa setiap tahunnya, sekarang ia duduk di bangku kuliah semester 5 di usianya yang telah masuk 19 tahun. Cerita hidupnya memang selalu dipenuhi kejadian-kejadian di luar dugaannya, seperti menikah dengan salah satu most wanted di kampusnya, Aksara Pradikta.
Aksara, laki-laki yang dikenal dengan ketampanannya yang mempesona, ia adalah orang yang tertutup dan kadang arogan. Ia menikah dengan Yuna tentu bukan berdasarkan rasa cinta, melainkan karena suatu alasan yang dipaksakan untuk diterima oleh dirinya. Dan tentunya setiap pernikahan selalu memiliki jalan terjalnya sendiri, begitupun untuk Aksa dan Yuna. Permasalahan yang awalnya hanya datang dari sisi mereka berdua rupanya tak cukup, karena orang-orang di sekitar mereka hingga masa lalu mereka justru menjadi bagian dari jalan terjal yang harus mereka lewati. Apakah akan tetap bersama sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andi mutmainna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32>>
Keesokan harinya Yuna dan Aksa berangkat ke kampus seperti biasa, setelah pertengkaran mereka tadi malam sepertinya Yuna masih menyimpan kekesalannya pada Aksa. Terbukti ketika Aksa ingin menggandeng tangannya di koridor, Yuna sengaja menarik tangannya. Aksa bahkan hanya bisa tersenyum kecut ketika Yuna mempercepat langkahnya dan memilih meninggalkannya. Sempat Aksa memanggilnya, tetapi Yuna sama sekali tak menggubris.
Sampai di kelas, Yuna masih setia dengan raut cemberutnya, hal itu tentu saja membuat Salsa heran tujuh turunan.
"Masih pagi woi, cemberut bae!" seru Salsa saat Yuna sudah duduk di sampingnya.
Yuna tak menggubris, ia hanya duduk sambil memangku dagu dengan satu tangannya. Hingga akhirnya Salsa berinisiatif mengusap punggung Yuna, ia tahu kalau sahabatnya itu pasti sedang ada masalah dengan hatinya.
"Lo kenapa, sih? Diputusin Pak Dadang, ya?!" Pertanyaan Salsa sukses membuat Yuna menoleh dan langsung melemparkan tatapan tajamnya.
"Gue punya suami, ya! Nggak kayak lo, jomlo!"
Skakmat dari Yuna berhasil meruntuhkan harga diri Salsa, baru godaan pertama yang ia berikan tetapi sudah dibalas telak oleh Yuna. Jangan tanya ekspresi Salsa saat ini, ia tidak sanggup melawan kalau sudah dikatai jomlo.
Baru saja Yuna menyebut kata suami, tiba-tiba saja Aksa muncul di pintu kelas. Yuna langsung membuang padangannya, ia tidak ingin bertemu tatap dengan Aksa.
"Cemberut aja, Cantik," kata Aksa ketika lewat di samping Yuna.
"Dibilang cantik tuh sama sua--"
"Sssttt!"
"Diem aja napa, mau meledak nih pipi gue," bisik Yuna seraya menutup mulut Salsa dengan tangannya. Siapa sangka satu kalimat yang diberikan Aksa barusan berhasil membuat mood Yuna terbang ke angkasa?
***
Kelas yang tadinya riuh tiba-tiba hening ketika Pak Amar masuk ke dalam kelas, tetapi itu hanya sesaat. Karena sepersekian detik kemudian kelas kembali riuh. Pasalnya di samping Pak Amar sudah berdiri seorang gadis dengan wajah cantik dan imut dengan senyum kotaknya yang tak pudar sejak masuk ke dalam kelas.
"Anj*r Yeseul," gumam Salsa melongo.
Yuna yang tadinya sempat menoleh ke Salsa kembali menoleh dan menatap tajam ke gadis yang bernama Yeseul itu.
"Jadi dia cewek yang ditakutin semua orang?! Cantik, tapi rasanya pengen gue jambak!" ujar Yuna masih dengan suara pelannya, begitu-begitu ia juga masih sadar kalau di dalam kelas masih ada Pak Amar.
“Selamat pagi anak-anak, kali ini bapak membawa mahasiswa yang ikut pertukaran pelajar dari kampus luar,” jelas Pak Amar dan kemudian menyuruh Yeseul untuk memperkenalkan diri.
"Halo semua, kenal gue nggak?! Gue Yeseul, anak salah satu ketua jurusan kampus ini. Dan siapa pun nggak boleh ngelawan perintah gue. Jadi gue ma--"
Brak!
Gebrakan meja yang baru saja berbunyi sukses membuat Yeseul diam seketika. Awalnya ia ingin marah karena ada yang berani mengganggunya saat bicara, tetapi saat melihat pelaku gebrakan meja itu, senyum manis malah terukir di bibir merahnya.
"Aksaaa!" pekiknya dengan raut semringah.
"Pak, saya pengen duduk di samping Aksa, saya pengen lihat masa depan saya dari dekat," pinta Yeseul pada Pak Amar.
Belum sempat Pak Amar menjawab permintaan Yeseul, Aksa sudah lebih dulu berdiri dari duduknya. Tanpa peduli dengan kemarahan Pak Amar, Aksa malah melangkah keluar dan pergi dari kelas.
Yuna yang melihat Aksa pergi bahkan tak bisa menahannya. Melihat cara perkenalan Yeseul saja, ia sudah bisa membayangkan seberapa besar kemarahan Aksa melihat Yeseul masuk ke kelas mereka.
***
Jam mata kuliah pertama sudah berakhir, kini Yuna berlari menuju markas Aksa karena sejak mata kuliah pertama dimulai, tak ada yang lain di pikirannya selain Aksa, ia khawatir.
Ceklek!
Pintu markas terbuka, dan Yuna bisa melihat teman-teman Aksa yang seketika kaget menatapnya, terkecuali Aksa tentunya. Memang tak ada yang ditakuti Aksa selain mulut pedas Bu Amara sekaligus mistar besinya.
"Anj*r, kirain Yeseul," ujar Reza yang sudah sempat kaget setengah mati. Yuna tak peduli dengan ucapan Reza, ia malah meminta Reza pindah karena ia ingin duduk di samping Aksa.
"Udah nggak ngambek lagi? Mau makan bareng?" tanya Aksa seraya mematikan rokoknya.
Plak!
"Nggak sopan! Kenapa tadi bolos terang-terangan di depan Pak Amar?!" ujar Yuna setelah memukul lengan Aksa dengan kuat. Aksa diam tak ingin menjawab, menurutnya perempuan kalau marah tak akan menerima alasan apa pun. Jadi jalan terbaiknya adalah, biarkan dia mengoceh dan mengeluarkan semua kata-kata maha benarnya.
Dan benar saja, hampir sepuluh menit Yuna mengoceh memarahi Aksa karena membolos. Dan dari semua ocehannya itu, tak satu kata pun Yuna membahas perihal Yeseul. Yuna memang sengaja tak membahas gadis menjengkelkan itu, ia tahu jelas Aksa akan langsung marah kalau membahas Yeseul.
Aksa mengusap lembut pucuk kepala Yuna. "Udah marahnya?" tanya Aksa dan Yuna langsung mengangguk mengiyakan.
"Udah laper? Mau makan?"
Yuna mengangguk lagi, Aksa memang paling pengertian.
"Ya udah, ayo!" titahnya lalu menarik lembut tangan Yuna, dan keluar dari markas.
***
Seperti biasa, bukan Aksa namanya kalau tidak menyita semua perhatian penghuni kampus. Di kantin semua mata tertuju pada Aksa, membuat Yuna menciut karena digandeng olehnya. Entahlah, Yuna memang masih kikuk kalau menjadi pusat perhatian. Tidak seperti Aksa yang terlihat santai dan cool ketika mendapat tatapan dari segala arah.
“Yunaaaa!” Teriakan nyaring barusan sudah sangat familier di telinga Yuna, dan itu sudah pasti Salsa. Sempat Yuna menoleh dan ingin beranjak menghampiri Salsa, tetapi Aksa sudah lebih dulu menarik tangannya.
“Makan sama aku, oke?” Yuna menatap bingung dan terpaksa mengangguk pasrah, ingat percuma menolak keinginan Aksa jika posisinya sudah seperti ini. Kembali menoleh ke Salsa, Yuna memberikan kode kalau ia akan makan bersama Aksa saja. Salsa berdecih, kemudian memukul kepala Jae yang duduk di hadapannya.
"Apaan, sih?!" keluh Jae karena aktivitas makannya terganggu.
"Tuh! Temen lo udah nggak mau makan bareng kita!"
"Ya, biarin aja kali. Yuna lebih aman kalau barengan sama Aksa."
"Maksud lo?" tanya Salsa bingung.
"Tuh!" seru Jae seraya menunjuk ke arah pintu kantin dengan dagunya.
Salsa menoleh dan langsung mencibir malas saat melihat Yeseul. Entah bagaimana bisa, gadis itu masuk ke kampus mereka, padahal dia bukan mahasiswa sini.
***
Yuna sudah duduk manis di salah satu kursi kantin, sedangkan Aksa pergi memesan makanan. Sedang sibuk melihat suasana kantin yang ramai, matanya malah tak sengaja menangkap sosok Yeseul yang sedang mencoba mendekati sang suami.
Yuna mengernyit marah ketika melihat gadis itu menegur Aksa dengan ekspresi sok manisnya. Belum lagi Yeseul yang dengan santainya menggandeng tangan Aksa. Siapa pun yang melihat raut Yuna pasti tahu kalau amarahnya sedang membara. Ia berdiri dan langsung pergi menghampiri Aksa dan Yeseul.
Aksa yang melihat Yuna mendekat langsung menepis kasar tangan Yeseul dari lengannya. Melihat kepalan erat tangan Yuna, Aksa langsung tahu tujuan gadisnya itu. Dengan cepat Aksa menarik tangan Yuna yang hendak menjambak Yeseul. Tidak keren kalau perempuan berkelahi di kantin.
"Jangan sentuh dia," ujar Aksa seraya menatap Yuna, yang dibalas gadis itu dengan tatapan tak menyangka. Yuna tidak habis pikir, bagaimana bisa Aksa membela gadis asing itu.
"Aksa, kamu—”
Belum sempat Yuna menyelesaikan kalimatnya, Yeseul sudah lebih dulu memotong, "Siapa, sih, lo? Sok banget. Mau macem-macem sama gue, hah? Aksa aja ngebelain gue, masih mau cari lawan sama gue?!” sentak Yeseul menatap sinis ke arah Yuna.
“Aku udah pernah cerita sama kamu tentang dia kemarin, kan?” bisik Aksa. Laki-laki itu pun mulai menjauhkan tubuhnya dan berbicara dengan suara lebih keras. “Jadi, jangan sentuh dia, nanti tangan kamu kotor," lanjut Aksa membuat raut wajah Yuna yang semula kecit, berubah lebih semringah dari sebelumnya.
Ia sempat berpikir kalau Aksa juga sedang membela Yeseul, tetapi ternyata tidak. Namun meski begitu, tetap saja ia merasa kesal pada Aksa. Kenapa Aksa tidak mencoba melepaskan diri dari gadis bernama Yeseul itu?
"What?! Aksa, lo ngomong apa barusan?!" pekik Yeseul tak terima dengan maksud ucapan Aksa.
Tak menggubris, Aksa malah mengambil makanannya dan menarik Yuna agar kembali duduk.
“Aksaaaa!” kesal Yeseul. Gadis itu pun menatap Yuna dengan penuh permusuhan. Ia merasa Yunalah yang merebut Aksa darinya. Dan ia tidak akan tinggal diam untuk itu.
***
Jangan lupa like dan komen teman-teman🤍