NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahaya

Raisa melangkah keluar dari kantin dengan perasaan gelisah yang sulit ia pahami. Bukannya menuju perpustakaan seperti yang ia katakan kepada teman-temannya, ia malah mengambil langkah cepat menuju tangga dan naik ke lantai tiga, tempat kelas 11 berada. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, seolah firasat buruk berbisik di telinganya.

Lantai tiga terasa sepi, tanpa jejak murid kelas 11. Raisa mempercepat langkahnya menuju kelas 11 IPS 4. Pintu kelas tertutup rapat. Dengan jantung berdebar, Raisa membuka pintu itu perlahan. Di barisan paling belakang, terlihat seorang siswa tergeletak di atas dua meja yang disatukan, wajahnya pucat. Itu Gema.

Raisa mendekat dengan langkah tergesa, matanya menatap cemas pada wajah Gema yang tertidur dengan ekspresi terganggu. Ia berusaha mengangkat tubuh Gema yang terasa berat, lalu ia duduk di meja, dan menempatkan kepala Gema di pangkuannya.

"Akh," rintihan pelan keluar dari bibir Gema, membuat Raisa semakin khawatir.

Raisa mengelus lembut pipi Gema yang panas, "Gem," panggilnya dengan lembut. Perlahan, mata Gema terbuka, pandangannya buram.

"Kak Raisa?" suara Gema terdengar serak, penuh kebingungan.

Gema berusaha bangkit, tetapi rasa sakit yang tiba-tiba menyerang perutnya membuatnya kembali merintih kesakitan, memegang perut dan dada yang terasa seperti terbakar.

Raisa panik, turun dari meja dan menghampiri Gema yang tampak kesakitan. "Gem, kamu kenapa? Mag?" tanyanya dengan nada khawatir yang tak bisa disembunyikan.

"Enggak apa-apa ka— Akhhhh!" Gema mengerang lebih keras, membuat Raisa semakin panik.

"Kak," suara Gema terdengar lemah, nyaris berbisik.

"Kenapa, Gem?" Raisa menggenggam erat perut Gema, merasakan panas yang menjalar di bawah tangannya.

"Sakit... kak," lirih Gema, menambah kecemasan Raisa yang mulai berubah menjadi kepanikan. Tanpa pikir panjang, Raisa memutuskan, "Aku anter ke UKS ya?"

Dengan hati-hati, Raisa membimbing Gema turun dari meja. Mereka berjalan perlahan menuju UKS, dengan Gema yang terus mengerang dan memegangi perutnya. Rasanya, setiap langkah Gema menambah kekhawatiran yang semakin dalam di hati Raisa.

Setibanya di depan pintu UKS, Raisa segera membuka pintu dan membawa Gema masuk.

"Ya ampun, Gema kenapa Ra?" Bu Reva, guru yang sering berjaga di UKS, langsung menghampiri dengan wajah khawatir melihat kondisi Gema yang terus mengerang kesakitan.

"Saya nggak tahu, Bu. Mungkin mag-nya kambuh. Pas saya ke kelasnya, saya lihat dia tidur, tapi mukanya pucat dan kelihatan kesakitan. Badannya juga panas," jelas Raisa dengan cepat.

"Baringkan dia di ranjang, Gem," titah Bu Reva. Gema mengangguk pelan, tubuhnya terkulai lemah di atas ranjang UKS.

Raisa berdiri di sudut ruangan, hatinya berdebar kencang, menanti Bu Reva yang segera memeriksa Gema. Setiap detik terasa seperti menit panjang bagi Raisa, yang tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah pucat Gema.

Setelah beberapa saat, Bu Reva mendekat dengan ekspresi tenang namun serius. "Untung kamu cepat bawa Gema ke sini, Ra. Mag-nya kambuh, mungkin karena telat makan," ucapnya.

"Oh, begitu, Bu? Kok bisa ya, Gema telat makan?" Raisa bertanya, masih dengan nada cemas.

"Raisa, bisa jaga Gema sebentar? Ibu mau beli obat mag di apotek, obat di sini sudah habis," kata Bu Reva sambil bersiap pergi. Raisa mengangguk tanpa ragu.

Setelah Bu Reva pergi, Raisa mendekat ke ranjang, duduk di kursi samping. Ia menggenggam tangan kiri Gema, dan dengan lembut mengusap wajahnya yang berkeringat. Gema yang awalnya memejamkan mata, perlahan membuka mata dan menatap Raisa.

"Kak Raisa?" Gema tampak takut saat melihat raut kekesalan di wajah seniornya.

"Kamu belum makan dari pagi?" tanya Raisa, suaranya lembut namun ada nada kekhawatiran yang jelas.

Gema menggeleng pelan. "Udah, sarapan pake roti," jawabnya lemah.

"Tapi kenapa nggak ikut istirahat sama sahabat-sahabat kamu?" tanya Raisa lagi, tidak puas dengan jawaban sebelumnya.

"Nggak nafsu, Kak," jawab Gema dengan jujur.

"Lain kali, nafsu nggak nafsu, paksa makan aja. Daripada mag kamu kambuh," ucap Raisa dengan nada lembut namun tegas, hampir seperti perintah.

"Perut kamu masih sakit?" Raisa bertanya lagi, kali ini Gema hanya menggeleng pelan.

Raisa berjalan menuju lemari kaca, mengambil minyak kayu putih. "Ini olesin ke perut kamu. Aku mau ke kantin, mau beli makanan sama minum buat kamu," ucap Raisa, nadanya datar, menyiratkan kekecewaan. Tanpa menunggu jawaban, ia berjalan keluar UKS.

Gema menghela napas panjang, menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Raisa. Dia tahu Raisa sedang marah padanya, dan itu membuatnya merasa bersalah.

Beberapa menit kemudian, Raisa kembali dengan semangkuk bubur dan segelas teh hangat serta sebotol air putih. Tanpa bicara, ia menaruhnya di atas meja dekat ranjang, kemudian membantu Gema duduk.

"Ayo makan," Raisa mengambil sendok dan hendak menyuapkan bubur ke mulut Gema. Namun, Gema menolak, "Gak usah, gua bisa sen-"

"Udah, nggak usah ngebantah!" potong Raisa dengan nada yang membuat Gema tersentak.

Akhirnya, Gema menyerah dan menerima suapan dari Raisa. "Ternyata cewek secantik dan selembut Kak Raisa bisa galak juga," batinnya.

Setelah beberapa menit, semangkuk bubur itu habis. Raisa kemudian mengambil segelas teh hangat dan memberikannya kepada Gema. Gema menerima gelas itu, menyesap teh hingga habis.

Pintu UKS terbuka, Bu Reva masuk membawa obat mag yang ia beli dari apotek. "Gimana keadaan kamu? Masih sakit?" tanya Bu Reva.

"Lumayan reda, Bu," jawab Gema, suaranya lebih stabil.

"Untung Raisa langsung bawa kamu. Kalau nggak, lambung kamu bisa iritasi," Bu Reva menyerahkan obat pada Raisa. "Suruh Gema minum ya, Ra. Ibu mau ke ruang guru dulu, sekalian bilang ke Pak Rizky biar kamu dipulangin," pamitnya sebelum keluar UKS.

"Ayo minum obat," Raisa mengeluarkan pil dari bungkusnya. Gema reflek menggeleng, "Nggak mau, pahit! Gua nggak suka!"

Raisa menatap Gema dengan pandangan sabar namun tegas. "Ayolah, Gem. Nanti mag kamu lebih parah loh," ucap Raisa, suaranya lembut, hampir memohon.

Gema mendesah, menyerah pada tatapan lembut namun mematikan itu. "Yaudah," katanya akhirnya, mendengus kesal.

Gema membuka mulut, dan Raisa dengan cekatan meletakkan pil di lidah Gema sebelum memberikan air mineral. Gema menelan obat itu dengan cepat, mencoba menghindari rasa pahit yang tak tertahankan.

"Udah?" Raisa memastikan. Gema mengangguk pelan. "Sekarang, ayo tidur. Istirahatin tubuh kamu," titah Raisa, nada suaranya kembali lembut dan penuh perhatian.

Gema menurut, ia merebahkan tubuhnya kembali dan memejamkan mata, mencoba mencari kenyamanan dalam tidur. Raisa mengelus rambut Gema dengan penuh kasih sayang, membiarkan pikirannya mengalir dengan berbagai pertanyaan yang tak terjawab.

"Gem," panggil Raisa beberapa menit kemudian, memastikan apakah Gema sudah tertidur. Tidak ada respon.

Raisa duduk, menyenderkan tubuhnya yang lelah ke kursi.

Raisa diliputi kebingungan. Di satu sisi, teman-temannya memperingatkan bahwa kedekatannya dengan Gema hanya akan menyakiti perasaan Adam, kekasihnya. Namun di sisi lain, Raisa merasa tak sanggup menjauh dari Gema. Ada sesuatu dalam dirinya yang tak bisa ia kendalikan, sebuah dorongan kuat untuk terus berada di dekat Gema.

Pikiran itu terus berputar di benaknya, membuat kepalanya terasa berat. Akhirnya, Raisa memutuskan untuk memejamkan mata sejenak, berharap bisa meredakan kepalanya yang pusing. Namun, tanpa disadarinya, kelelahan mengalahkan kegelisahannya, dan dalam hitungan detik, ia terlelap dalam tidur yang dalam.

Tanpa disadari oleh Raisa dan Gema, di sudut ruangan yang remang, Raka diam-diam merekam setiap momen yang mereka habiskan bersama dari celah kecil di jendela UKS yang tertutup gorden.

Mata Raka fokus pada layar ponselnya, merekam tanpa suara setiap gerakan halus dan senyum lembut yang tertukar di antara mereka. Ia menahan napas, menghindari suara sedikit pun, sementara tangannya yang gemetar berusaha menjaga ponselnya tetap stabil.

Ketika Gema akhirnya terlelap, dan Raisa mulai tertidur di sampingnya, bibir Raka melengkung dalam senyuman penuh kemenangan, seakan dia baru saja menguak sebuah rahasia yang tak terduga.

Setelah merekam momen terakhir, Raka menghentikan video itu. Ia menatapnya sejenak dengan puas sebelum mengirimkannya ke Adam. Selesai dengan misinya, ponsel itu segera diselipkan kembali ke dalam saku, lalu ia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan UKS dengan perasaan yang dipenuhi oleh kepuasan.

"Kayaknya nanti pulang gua bisa mukulin orang sampe puas," gumam Raka dengan senyuman sinis yang masih melekat di wajahnya.

1
Azilah Asyifa⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌
semangat terus ya bg
bagus kok nevelmu
aku suka
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!