Diajeng, Gadis remaja yang mulai memasuki dunia Sekolah menengah Kejuruan.
Merasakan pengalaman yang baru dan jauh dari saat ia masih SD, dan SMP.
Pengalaman sehari - hari yang menceritakan tentang kehidupan sekolah menengah kejuruan yang di penuhi dengan intrik persahabatan, persaingan, permusuhan dan CINTA
WARNING: berisi sedikit cerita bubun dulu yang dibumbui dengan khayalan.
bijaklah dalam membaca, kesamaan nama dan kota sedikit - sedikit nyerempet, mohon di maklumi.
tidak untuk menyinggung oknum - oknum terkait, HAPPYREADING🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PRODUKTIF RPL_ K3
KOSREK KOSREK KOSREK
SRET SRET SRET
“ Ey, itu yang sebelah sana apa deh tulisannya?”
“ oh.. itu tuh ...”
“ Oy Nov, jangan kecil – kecil weh. Mata aku ora keliatan nih,”
“ Edan, Mata segede itu kaga keliatan gimana?”
“ Lumayan loh, tulisan kecil bisa hemat papan tulis!”
“ Nov, udah setengah jam, gantian sini sama aku nulisnya,”
“ Eh, siapa bawa pulpen cadangan? Punyaku kok habis ya?”
“ Ada yang punya tip-x kaga? Bagilah..”
( Kalian kayak gini juga nggak sih? Kalau nggak ada guru dan Cuma ninggalin catatan sih, biasanya disebut setengah jam kosong kan.. lalu, tau nggak tip-x? Itu sih, yang buat nutupin salah tulis, cairan encer warna putih trus harus nunggu kering. Kalau sekarang keknya udah diganti sama yang kayak model tempelan sih... hasshh apalah itu pokoknya)
Suara Tulisan di kertas bercampur dengan ocehan para siswa baru ini, Ajeng sampai menggelengkan kepala karena ada saja yang diucapkan oleh teman – teman sekelasnya ini.
Di meja yang berbeda, Pratiwi juga tampak tenang menulis di bukunya. Tampak tidak terpengaruh dengan suasana riuh dengan percakapan random teman – temannya.
Sambil sesekali ia juga meminjam tip-x atau sesekali berhenti dan menanyakan beberapa kata yang tampak ‘ kabur ‘ di penglihatannya. Meskipun hal ini sia – sia karena Ajeng pun menderita ‘penyakit’ yang sama!
Waktu sejam untuk menulis catatan ya lumayan banget bikin tangan pegel. Jadi saat jam pergantian pelajaran berbunyi, hampir dari pasukan lakik bersorak kegirangan dan menyuruh Ikshan untuk menyingkirkan jauh – jauh buku paket milik pak Yunus.
Suasana kembali riuh karena pembicaraan yang semakin random seputar dengan kehidupan mereka di rumah, tentu saja saling mengenal masing – masing pribadi harus mereka lakukan mengingat jika mereka tidak berasal dari SMP yang sama.
Pemandangan yang sama juga terjadi dengan barisan para ciwi – ciwi, mereka bahkan menggeser kursi dan membentuk sebuah lingkaran kecil. Dan pusatnya adalah... PRATIWI.
Novi tidak sengaja berbicara dengan keras ketika meminta Pratiwi untuk melanjutkan obrolan seru mereka di kantin. Dan sekarang, 8 ciwi – ciwi ini siap untuk menginterogasi Pratiwi.
“ Jadi, bagaimana dengan honornya?” tanya Desi melanjutkan ucapannya di kantin tadi.
“ Ya, tergantung sama durasi sih, kadang juga minta berapa lagu,” jawab Pratiwi dengan santai. Ajeng hanya ikut menyimak sambil meminjam buku paket besar milik pak Yunus yang dicampakkan di meja oleh Ikhsan akibat titah dari para Lakik tadi.
“ Masih kena dapet saweran juga kan?” tanya Ranata dengan mata yang berbinar.
“ Eh, bener juga weh.. waaah makin banyak dong dapatnya,” tambah Radin yang menatap penuh iri kepada Pratiwi.
“ Nggak mesti juga, aku masih kecil, kadang sama pemimpin kami nggak di ijinin buat turun dapet saweran,” ucap Pratiwi membuat para ciwi melotot, kecuali Ajeng yang hanya menajamkan telinganya.
“ Hah? Kenapa? Kenapa nggak boleh? Bukannya lumayan yak,” tanya Rinjani yang tampak modis.
“ Ya karena bahaya lah,” celetuk Ajeng dengan santainya sambil membolak balikkan halaman buku besar.
Semua mata memandang ke arah Ajeng penuh tanya. Ajeng sampai berdehem karena ia merasa tidak enak di tatap begitu intens oleh orang – orang ini. Ia memutuskan untuk menutup bukunya dan menarik nafas sebelum menjelaskan jawabannya.
“ Biasanya nih, di sebuah acara apalagi resepsi pernikahan yang mengundang Dangdut, pasti ada aja kan yang rese,” ucap Ajeng sambil memberi tanda kutip pada kata RESE. Yang mengacu pada adanya kemungkinan banyaknya orang yang mabuk.
“ Nah, coba bayangkan jika teman kita yang satu ini, terjun di barisan depan, doi bakalan berhadapan langsung dengan para orang – orang yang RESE ini kan?” ucap Ajeng yang langsung dimengerti oleh yang lainnya.
“ Bukan merendahkan profesi sebagai penyanyi, tetapi nggak terlihat seindah bayangan kalian yang hanya mendapatkan banyak uang tibang nyanyi doang” sahut Novi.
“ Nah itu betul, pasti ada resikonya dibalik pekerjaannya. Yahh, aku sih beruntung karena pemimpinnya adalah ayahku sendiri, jadi keamananku insya Allah pasti terjaga,” tambah Pratiwi membenarkan ucapan Ajeng dan Novi.
Ang lainnya manggut – manggut dan mengerti dengan pekerjaan dan resiko pekerjaan sampingan temannya ini. Mereka tetap merasa bangga dan juga iri karena teman mereka memiliki penghasilan sendiri bahkan sebelum lulus SMK.
CEKLEKK..
“ Maaf terlambat anak – anak, ada kepentingan yang tidak bisa ditunda tadi,” sosok tinggi dan berjilbab rapi memasuki visual semua anak – anak.
Sontak saja mereka semua segera membubarkan diri dari lingkaran kecil dan dengan panik mulai menggeser kembali kursi mereka.
Para lakik juga menyudahi obrolan mereka dan mulai melihat dengan penuh perhatian kepada sosok berhijab ini.
Setelah beberapa menit semua sudah rapi, kursi sudah kembali pada asalnya. Sosok berhijab itu juga tersenyum ramah kepada murid di depannya.
“ Kalian baru ngerumpi yaa..” godanya dengan tersenyum lucu. Dua lesung pipi menghiasi wajahnya membuat wajah imutnya semakin enak dipandang.
Ajeng dan yang lainnya tersipu karena mereka kedapatan nge ghibah, mereka hanya bisa menunduk merasa bersalah. Pipinya merona merah. Guru cantik dan imut itu terkikik melihat ekspresi bersalah siswi – siswinya.
“ Tidak apa, maklum. Gadis – gadis memang tidak bisa dipisahkan dengan acara menggosip, termasuk juga saya,” ucap Bu Guru cantik.
Sekali lagi Ajeng dan yang lainnya tersipu sementara para barisan Lakik tampak berseru riuh menggoda teman – teman Gadisnya.
“ Nah, mari i\=kita mulai pelajaran kita, telat 20 menitan nih,” ucap Bu Guru sambil melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Semua murid bersiap dengan buku dan alat tulis mereka.
“ Nah, pertama – tama seperti yang dilakukan oleh Guru lainnya, perkenalkan nama saya Widyawati, saya sedang magang disini sebagai guru produktif RPL khususnya pelajaran K3,”
“ saya akan mulai mengabsen kalian agar kita bisa saling mengenal satu sama lain, tak kenal maka tak sayang bukan?” tambah Bu Widya setengah melucu.
Kemudian, seperti yang lainnya, Bu Widya juga mengangkat buku absensinya dan mulai memanggil satu persatu nama – nama mereka semua. Sesekali melontarkan pertanyaan yang lucu dan menggoda beberapa siswanya. Jelas sekali ia sangat ingin menciptakan suasana belajar dan mengajar yang ramah lingkungan.
“ Nah, sudah selesai, mari kita langsung menuju ke materi saja,”
“ Untuk memulai pelajaran ini, kalian harus tahu apa itu K3, apa saja yang menjadi singkatan dari K3 ini dan ranah apa saja yang mencangkup pada pelajaran ini,”
“ Jadi, K3 itu sendiri terdiri dari singkatan Keamanan, Keselamatan, dan kesehatan Kerja. Setiap perusahaan wajib memiliki dasar aturan K3 yang jelas agar ......”
( 3 bab ini berputar soal pelajaran PRODUKTIF RPL ya,, he he he.. kan judulnya juga WE ARE RPL 1. Jadi Buntib ingin memberikan pengetahuan dasar apa – apa saja sih yang kami pelajari di jurusan RPL ini. Meskipun Buntib nggak terlalu berani mengulik pelajaran ini, alasannya yang paling utama sih karena ... BUNTIB LUPA.. he he he, ini juga karena catatan punya Buntib hampir 11 tahun yang lalu yang MEMANG masih buntib simpen karena menurut Buntib ini pengetahuan yang dulu Buntib dapat)
( siapa yang buku pelajarannya masih tetep disimpen? Belum masuk ke loak?? He he he..)
bukan estafet olahraga yaa say...
thanks mbak 💪💪
cowok, tapi Ng tau flashback nya.
thanks mbak 💪💪
Monika, masalah cowok,gadun
apa maknya novi pelakor.
dah lah pusing gua,mana pensnya
Fuji sama pensnya keluarga gledek
sedang panas.padahal barusan
selesai mikirin Toriq haji dua bulan.
thanks mbak 💪💪
thanks mbak 💪💪
thanks mbak 💪💪
padi di sawah apalagi hembusan angin sepoi-sepoi.
thanks mbak 💪💪
thanks mbak 💪💪