NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Bab 13 Bunga Keserakahan

Disebuah tempat terpencil dalam hutan, lebih tepatnya di bawah tanah ada fasilitas yang sudah disediakan untuk divisi Anti-Penyihir yang sudah dibentuk sejak lama lepas keberadaan penyihir diketahui 40 tahun lalu. Meskipun divisi ini disebut selaku satuan militer, yang dimaksudkan untuk menentang dan tidak setuju dengan keberadaan penyihir mereka menjalin hubungan dengan keserakahan.

Setelah dipastikan ada pergerakan dari penyihir lain serta Maira yang mundur, divisi militer ini mengirimkan pasukan mereka. Divisi ini jugalah yang membatasi akses warga, mengurangi berita-berita mengenai penampakan atau para penyihir sampai akar-akarnya, mencegah orang mengetahui tempatnya entitas-entitas berkekuatan ajaib.

"Jadi, kemana tuh bawahan menantuku kabur habis kalah dari remaja cemburuan?" Tanya Aria.

Orang yang bertugas di depan monitor menjawab, "Maira memasuki perkotaan dan tampaknya bertujuan pergi ke suatu tempat, pak."

"Evakuasi penduduk kota," titah Aria.

Pria ini menghela napas, ia sudah lama diserahi tanggung jawab dari ayahnya, mantan pemimpin divisi ini dan malah suatu hari menjumpai penyihir yang mempacari putrinya. Kejadian itu telah bertahun-tahun berlalu namun Aria tidak bisa melupakan kesalahpahaman itu, seorang remaja yang mau menguasai kekasih buat dirinya sendiri.

Kala itu Aria turun dari mobil dan akhirnya menjumpai jika putrinya yang sudah membolos sekolah karena main, memaksanya pulang. Tidak menunggu lama ada seorang remaja laki-laki, menerjang dan memukulnya secara tiba-tiba, ekspresinya penuh 'kan kemurkaan membludak.

"Ukh!" Aria memegangi pipi kanannya. Dia menahan sakit sambil bicara membentak, "maksud kamu apa tiba-tiba mukul orang begitu aja..?! Jangan ganggu urusan orang!"

"Maksud lu apa pegang-pegang cewek gua, anjing?!" Ujar Adiira melengak dengan pupil mata mengecil menatap Aria, seolah-olah memandang dan merendahkan musuh.

Aria berpikiran tenang dikarenakan memandang putrinya yang seakan mengenal lelaki ini. Gadis itu kelihatan membujuknya meminta maaf, tidak lama ia memeluknya. Seperti api yang tiba-tiba merebak membakar sehelai kertas, Aria tampak kesal dan berteriak, "justru! Elu siapa berani-beraninya nyentuh Widia?! Lu mo gelut sama gw?!"

Alhasil pertengkaran mereka memicu kepanikan muncul dan Widia tidak sanggup menengahi mereka, dari sisi manapun, orang-orang sekitaran juga kelihatan kesulitan memisahkan mereka. Mereka berkelahi pukul memukul yang dengan sangat brutal, satu sama lain serius, perihal itu akhirnya selesai selepas Widia berteriak sangat keras.

Aria menyilangkan kedua tangan, di depan muka, sudah bersiap menerima pukulan ketika...

"Kalian berdua berhenti, nggak?!"

"Ugh!"

"Tch!"

Adiira tidak sempat menghentikan tujuannya. Alhasil Aria mendapatkan pukulan telak, walau berhasil memblokir tumbukan Adiira dengan pergelangan tangan, tetap saja dia merasai nyeri. Aria kini merintih merasai nyeri selagi Adiira berdecak kesal, sesaat sebelum Widia memarah-marahi kekasih serta ayahnya di depan umum.

Berkat kesalahpahaman ini Aria dan Adiira mulai menjalin kerjasama tanpa diketahui keluarga mereka, mereka memburu para penyihir yang merugikan, bahkan tanpa ragu mengeksekusi mereka jikalau melawan. Bersamaan dengan itu divisi militer juga mengerjakan tugasnya, menyembunyikan bukti-bukti supaya dia bergerak bebas.

"Apa ada informasi lebih lanjut soal penyelidik itu?" Tanya Aria, membaca-baca laporan para regu dan penyidik yang sudah ditugaskan.

Petugas menggelengkan kepala, "kami masih belum tahu menahu siapa yang dilawan Adiira, sejauh informasi yang ada mereka tampaknya bukan dari negara ini, pak."

"... kurasa ketimbang dibilang hidup berdampingan, lebih akan menjadi...." lisan Aria berhenti, dia menoleh pada komandan peleton setelah menghentikan perkataannya.

"Bagaimanapun juga Adiira kalah... karena tidak memiliki persenjataan lengkap, sementara mereka memiliki senapan dan senjata peledak bahkan dukungan penembak runduk," ucap komandan peleton membalas.

Aria menghela napas. Dia tersenyum kecut sambil bicara, "lima tembakan laras panjang dari kejauhan, tiga lubang di dadanya dan kedua peluru mengenai kepalanya. Tidak disangka menantuku masih bisa berdiri," gumam Aria mengingat-ingat kembali rekaman CCTV di pabriknya itu.

Dia berspekulasi.. bahwa para penyihir ini bukan sebatas orang-orang yang memiliki keajaiban semata, ada kemungkinan mereka ini bisa saja dipuja-puja oleh orang bahkan juga menentukan nasib dunia ini 'kan mengarah kemana. Tetapi, penyihir dengan tingkatan paling tinggi justru menginginkan kehancuran kaum-kaumnya sendiri.

Negara mereka ini tidak memiliki pilihan selain menerima pernyataan Adiira, yang akan membunuh semua penyihir, kecuali keluarganya sendiri. Jika mereka mengamuk, tentu militer dapat melepaskan rudal atau memusnahkan mereka, dengan janji Adiira 'kan memaksa keluarga tidak pindah dan untuk dirinya, dia menyatakan persediaan menikahi Widia supaya Aria bisa mengawasi gerakannya.

"Licik sekali tuh bocah, pake alesan nikahin Widia supaya bisa diawasi sebagai mertua. Mau gak mau aku harus restuin hubungan mereka, lah!" Keluh Aria.

Melihat sifat bapak yang sukar merelakan anak gadisnya diambil laki-laki, komandan peleton merasai hal yang serupa, mereka kelihatan menghela napas bersama-sama. Selama hitungan menit mereka berkeluh kesah, sebelum akhirnya kembali bekerja, memantau keseluruhan kota dan memberikan instruksi pada jendral.

Satu jam setelah Aria menggerakkan divisinya, Wyfern di langit mulai berjatuhan, pada akhirnya mereka cuma sekumpulan naga terbang tanpa akal. Mereka sama saja melawan hewan-hewan yang bergerak tanpa kepintaran, mengandalkan insting mereka dan bergerak tanpa terkoordinasi. Sehingga Wyfern mulai berjatuhan di kota.

Berbeda dengan ekspektasi, naga-naga tampaknya takut ketika sebagian besar kawan mereka tewas, bahkan dengan proyektil pistol saja mampu melukai naga. Tentu saja mengerahkan belasan pesawat untuk menjatuhkan seratus lebih Wyfern sudah cukup, masalahnya ada pada Drake, tentara yang datang kewalahan tapi hanya itu saja.

"Tolol. Tank cuma bakalan ngasih kota kerugian terhadap bangunan-bangunan hancur, lagian peluru-peluru sudah cukup tuk membinasakan para Drake, masalahnya..." Aria termenung menjeda kalimatnya. "Kegesitan Drake cukup menjadi masalah untuk tentara kita," lanjut Aria bercakap.

Sementara itu Widia mendengarkan jikalau Wiraka kali ini bermaksud menyerang habis-habisan. Dia sudah menerkanya, semua itu menghitung waktu saja, namun memerlukan waktu untuk Adiira bangkit. Meski demikian Widia dan Maira memilih menyerahkan semua kepada kemiliteran, cepat memasuki bunker mengikuti evakuasi.

Sudah dua tahun lalu usai Drake dan Wyfern menginvasi kota, warga hampir sudah terbiasa, bahkan mereka malahan mengobrol dan sibuk dengan ponsel. Tentu saja masih ada orang yang ketakutan. Memikirkan itu Widia menghela napas, tidak lama Widia kini menjumpai teman masa sekolah, mereka mengajak Widia bercakap-cakap.

"Oh betul-betul, kenapa baru viral sekarang, ya? Padahal berita penampakan naga nih udah ada dari dulu, lho."

"Gimana kalo pemerintah sengaja nutupin?"

"Ah, masa sih."

Widia telah dikenal tidak banyak berinteraksi, terlebih lagi dia mendapatkan julukan Putri Berpangeran karena seperti enggan berdekatan dengan lawan jenis, selain kekasihnya. Kali ini juga begitu justru lebih parah. Dengan demikian Widia cuma membisu mendengarkan seksama.

Kericuhan di atas masih terdengar jelas. Suara tembakan berpadu dengan raungan para naga, jelas sekali Widia tidak yakin ayahnya kan bisa menutup-nutup perkara para penyihir setelah orang-orang mulai curiga. Dia sekarang bisa menghela napas, Maira tiba-tiba memasuki mode bertarung dan semua orang kaget begitu menjumpainya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!