Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sebuah Foto
Menepati janjinya, akhirnya Alex menjemput Erin di kediaman gadis itu saat hari minggu tiba.
Erin tampak manis hari ini. Dia mengenakan baju yang cukup feminim. Penampilannya berbanding terbalik dengan Nadya yang lebih sering mengenakan kaos overall dipadukan dengan celana kargo dan terkesan sedikit tomboi. Ah, kenapa Alex jadi membandingkan mereka berdua?
"Ayo, Lex!" ajak Erin. Senyum diwajahnya tidak luntur sama sekali. Dia amat senang akhirnya waktu yang dia tunggu-tunggu telah tiba, dimana dia bisa jalan bareng Alex.
Alex mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia mengikuti kemauan Erin yang mengajaknya untuk menonton bioskop hari ini.
Sesampainya disalah satu Mal terbesar yang ada di kota kelahiran Alex tersebut, mereka pun masuk dan menuju letak bioskop di lantai 5. Alex membeli popcorn sementara Erin sibuk memilih film yang ingin ditontonnya.
"Lex kita nonton film ini aja ya!" Erin menunjuk ke salah satu poster film yang terpampang disana. Itu deretan film yang tayang hari ini dan pilihan Erin jatuh pada sebuah film romansa remaja.
Alex mengangguk saja, meski sebenarnya dia lebih senang menonton film bergenre horor atau aksi.
"Ya udah aku beli tiketnya dulu," ujar Alex seraya memberikan kotak popcorn yang sudah dibelinya tadi kepada Erin.
Alex kembali meninggalkan Erin untuk membeli tiket dan setelahnya mereka pun memasuki area bioskop untuk menonton sebab filmnya akan segera dimulai.
Sepanjang film diputar, sebenarnya Alex merasa mengantuk tapi karena Erin tampak antusias menonton akhirnya Alex berusaha menahan kantuk dan menikmati alur filmnya.
"Aku seneng banget deh bisa jalan bareng gini sama kamu, Lex." Erin tersenyum, dia mencoba meraih tangan Alex dan ingin menggenggamnya tapi Alex tampak menghindar.
"Ya udah kalau kamu seneng, nikmati aja momen ini," jawab Alex seadanya.
"Kamu seneng juga gak sih jalan bareng aku?"
"Seneng kok." Alex menyahut datar. Tak sepenuhnya berbohong. Dia senang dengan Erin sebatas teman, tapi keadaan lah yang membuatnya harus memiliki status lebih dengan gadis itu dan sampai sekarang Alex tidak bisa memutuskan Erin karena menghargai perasaannya.
"Kapan-kapan kita jalan lagi yah, aku seneng kamu udah punya waktu buat aku," kata Erin menambahi.
Alex hanya memasang senyum tipis, tidak mengiyakan permintaan gadis itu. Dia tau jika dia tidak tegas dengan Erin, entah kapan dia bisa mengambil keputusan seperti saran Haikal. Sepertinya Alex butuh dorongan dan alasan yang kuat untuk melakukan hal itu.
...***...
Demi melunasi hutangnya dengan cepat, Nadya menerima job di hari Minggu. Dia membersihkan Apartmen salah seorang teman sekelasnya di kampus. Salah sendiri dia berjanji melunasi hutang itu dalam tempo sebulan.
Bukan hanya satu kamar Apartmen yang Nadya bersihkan, tetapi ada 3 tempat yang letaknya berbeda-beda. Untunglah hari ini dia tidak bekerja di outlet ayam goreng karena ini adalah jadwal off nya, sehingga Nadya bisa leluasa mengambil kerja sampingan tersebut tanpa buru-buru.
"Makasih ya, kapan-kapan gue boleh pakai jasa bersih-bersih Lo lagi ya!" ucap Mirna pada Nadya.
Nadya mengiyakan. Dia langsung pamit undur diri dari hadapan Mirna sebab dia akan segera menuju gedung apartmen lain.
Ah iya, meski pekerjaan sampingan Nadya kadang membersihkan kamar Apartmen teman-temannya, tapi dia hanya membersihkan kamar milik perempuan. Jika itu lelaki, Nadya akan menolaknya demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bukan apa-apa, masa lalu Nadya yang tidak begitu baik turut membuatnya selektif dalam pekerjaan ini.
Pukul 11 siang, akhirnya Nadya tiba disalah satu Apartmen milik Hima. Sebenarnya Nadya tidak begitu respect dengan Hima karena gadis itu memiliki riwayat suka membully nya. Akan tetapi, karena Nadya butuh sekali uang tambahan dalam waktu singkat, akhirnya dia menerima tawaran Hima untuk membersihkan Apartemennya.
Harus Nadya akui jika gedung Apartmen milik Hima adalah yang terbaik. Lebih mewah dibandingkan milik teman-temannya yang lain, bahkan jauh sekali jika dibandingkan dengan milik Meylani.
Pantas saja Hima memiliki percayaan diri yang tinggi untuk membully anak-anak kampus, sebab gadis itu memang tergolong anak konglomerat yang bisa berbuat semaunya.
"Lo bersihin dari sini... sampe belakang," kata Hima begitu melihat Nadya tiba didepan pintu tempat tinggalnya.
Nadya mengangguk.
"Gue penasaran dengan cara kerja Lo. Awas kalo gak becus!" Hima bicara dengan nada sinis membuat Nadya harus menarik nafas sedalam-dalamnya demi menambah kesabaran.
Saat Nadya membersihkan Apartmen Hima, tanpa sengaja dia melihat foto keluarga Hima disana. Nadya syok seketika.
"Aku gak salah lihat, kan?" Nadya membatin. Matanya menatap nyalang pada potret keluarga Hima yang tampak harmonis dalam foto tersebut.
"Lo kenapa?" Hima menghampiri Nadya yang tampak membeku ditempat. "Ada yang salah?" tanyanya kemudian.
"Itu keluarga kamu?" tanya Nadya dan Hima mengangguk.
Kedua tangan Nadya terkepal. Entah kenapa dia merasa kesal sekali saat ini.
"Memangnya ada apa? Lo kayak orang kerasukan aja!" hardik Hima.
Nadya menggeleng, dia tidak bisa membendung air matanya sekarang dan secepat kilat dia berlari menuju kamar mandi untuk menutupi tangisnya yang sudah nyaris meledak.
Hima menatap Nadya dengan tatapan cengo. Dia keheranan. Jelas dia dapat melihat wajah merah Nadya pertanda gadis itu menyimpan kemarahan, tapi disisi lain Hima juga tau bahwa ada kesedihan Dimata Nadya.
"Dia kenapa sih?" Hima bertanya pada dirinya sendiri.
Saat Nadya keluar dari kamar mandi, Hima mengejarnya. Dia melihat Nadya yang bergegas pergi dan itu semakin membuat Hima terheran-heran.
"Lo kenapa? Kerjaan Lo belum selesai kalo Lo lupa!"
"Iya, maaf tapi aku harus pergi sekarang."
"Lho? Gue gak bisa bayar Lo kalau kerjaan Lo gak Lo siapin, Nad!"
"Gak apa-apa," balas Nadya singkat, gadis itu merangsek menuju pintu keluar dan dia berlari sekencang-kencangnya.
Nadya kembali menangis lagi. Dia meratapi nasibnya yang sangat menyebalkan.
"Papa ..." lirih gadis itu. Tanpa sengaja dia justru kembali menabrak seseorang. Kecerobohan Nadya muncul jika sudah bergerak dengan terburu-buru.
Brakkkk!!
Nadya menatap seseorang yang ditabraknya dan mereka sama-sama terkejut.
"Kau lagi!"
"Kak Dewa?" batin Nadya. Dia merasa sial karena lagi-lagi menabrak cowok itu.
"Kau ini memang ceroboh ya!" ejek Dewangga.
Nadya tidak menyahut, dia hanya mengucap maaf. Tapi Dewangga dapat melihat mata Nadya yang sudah basah.
"Kau kenapa?" tanya pemuda itu, entah kenapa pula dia kepo pada Nadya. Biasanya dia masa bodoh pada orang lain.
Nadya menggeleng dan tampak ingin menghindar tapi secepat kilat Dewangga mencekal lengan gadis itu.
"Eits, tunggu!"
"Maaf aku buru-buru." Nadya tidak bisa menutupi suara seraknya.
"Aku punya penawaran supaya hutangmu cepat lunas. Mau tidak?"
Nadya sedang tidak mood berbasa-basi tapi tawaran Dewangga juga tak bisa dia abaikan begitu saja. Dia memang tak mau terus berhutang pada pemuda itu.
"Ayo!" Tanpa persetujuan Nadya, Dewangga menarik gadis itu agar mengikutinya.
Akan tetapi, tanpa disadari oleh Nadya ada seseorang yang melihat kejadian itu, dia adalah Alex yang kebetulan lewat didekat mereka, sebab lobby Apartmen itu menyatu dengan Mal yang Alex kunjungi bersama Erin.
...Bersambung ......
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖