Bagaimana jika takdirMu telah diatur?
Akan kah kita bisa mengubahnya?
Arumi,,
Gadis muda yang berusaha untuk mengubah arah hidupnya setelah banyak mengalami sakit dan kerasnya hidup.
namun akankah arah yang dia tuju dapat dicapai atau malah harus menerima suratan takdir yang sudah digoreskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan pertama
***
saat semua siswa sedang fokus melaksanakan praktek, Arumi melangkahkan kaki menuju ruang seni. ia selalu memanfaatkan waktu luang melukis diruangan tersebut. tangan nya mulai menggoreskan kuas menguasai papan kanvas. bergerak mengikuti isi hati yang sedang lelah.
sejujurnya dirinya tidak bisa fokus melakukan aktivitas nya. teringat pagi tadi, ponselnya berbunyi mengabarkan bahwa ia harus kerumah sakit untuk kembali memberikan darahnya untuk sang kakak arini.
Bukan kata terima kasih yang didapat setelah jarum yang tertancap di lengan nya dicabut. namun kata-kata yang menyayat hati disebabkan ia sedikit lama untuk tiba di rumah sakit.
Sungguh malang memang. ingin ia marah melampiaskan smua nya namun hati kecilnya tidak tega melihat kondisi kakanya. keuangan keluarganya yang hanya cukup untuk biaya rutin kakaknya. membuat nya harus merelakan darahnya setiap dibutuhkan. tentu untuk menambah biaya stok darah mereka sudah tidak mampu.
memikirkan itu semua membuat airmata nya tak terbendung. lukisan bunga mawar yang sedari tadi dibuatnya sudah selesai. ruangan hening itu kini dipenuhi isakan tangisnya. membanyangkan darahnya yang harus selalu dipaksa ambil dari tubuh kecilnya membuatnya nya terluka. sedangkan orang tua nya sekalipun tidak pernah menampakkan kasih sayang nya.
Tanpa disadari, ada seseorang dibalik lemari yang mendengar isakan nya. seorang laki-laki sedang tertidur namun kini terganggu oleh suara pilu itu. karena penasaran ia mengintip, netra nya menangkap arumi yang sedang sesenggukan. pundak nya bahkan naik turun.
Kapan lagi arumi bisa menumpahkan tangis nya jika tidak ditempat ini? hanya ini tempat ternyaman yang ia tahu untuk melampiaskan kegundahan hati.
Namun ketika sedang asyik menangis, telinganya menangkap suara dering ponsel. seketika kesibukan nya terganggu. meraih ponselnya namun tidak ada panggilan.
Laki-laki disudut sana sedang kelabakan meraih ponsel dari kantong celana yang sialnya malah terlepas dari genggaman. mungkin refleks dirinya yang gugup sedang menguasai membuatnya bertingkah sembrono. atau merasa bersalah sudah menguping secara tidak sengaja.
Ponsel itu kini menyentuh ujung sepatu arumi yang melihat keberadaanya. belum sempat ia klarifikasi, arumi sudah melesat keluar. kemungkinan besar arumi merasa malu. "atau bisa jadi marah"?
laki-laki yang diketahui bernama ardian tersebut bermonolog. lantas ia mengalihkan perhatian nya pada kanvas yang dipenuhi ratusan tangkai bunga mawar yang dibuat oleh arumi.
"dia bahkan belum sempat memberikan nama lukisan nya" ucap ardian dalam hati lalu membubuhkan tanda pengenal dibawah lukisan nya.
***
Pagi hari nya dikelas arumi, sang wali kelas masuk diikuti seorang siswa laki-laki. bisa dipastikan dia anak baru karena hampir semua mata terutama kaum perempuan memandang kagum bahkan lupa mengedipkan mata.
Namun keriuhan itu tidak sama sekali mengganggu si tampan. tatapan nya fokus pada satu siswi yang hanya fokus baca buku tanpa perduli keriuhan tersebut.
Tatapan matanya menyiratkan "si anak cengeng" sambil tersenyum simpul.
kebetulan yang direncanakan, sera rupanya telah menyuruh sahabatnya duduk dibangku lain supaya bangku disamping nya bisa diduduki oleh ardian. keduanya saling melempar senyum. dari interaksi kedua nya dapat disimpulkan bahwa mereka sudah saling mengenal.
kelas dimulai, seperti biasa jika ada pertanyaan. arumi dan sera akan mengangkat tangan untuk menjawab. bisa dibilang rebutan. bu Anya hanya menghela nafas. "yang lain" tandas nya.
Hal itu membuat mereka berdua saling melempar tatapan. jika tatapan yang arumi berikan hanya tatapan biasa. lain dengan sera yang memberikan tatapan mautnya.
Ketika waktu istirahat tiba, sebuah suara yang familiar ditelinga arumi memanggilnya. dan benar saja itu suara Luna ibunya sera. kali ini bukan sera yang memberikan kotak bekal melainkan kotak itu berada ditangan wanita paruh baya tersebut.
Luna memulai argumennya sambil menyentuh tangan arumi. "sera-ku sangat menyukai belajar. ia ingin menjadi kebanggaan ibunya. dan membahagiakan ibunya. apa kamu senang kalau bibi bahagia? pertanyaan nan lembut mendayu-dayu namun menyiratkan ketegasan kini mengharapkan sesuatu keluar dari mulut arumi.
Ini lah alasan arumi selalu mengalah pada sera. bibi arumi yang tinggal bersamanya selama ini bekerja sebagai maid dirumah sera. Arumi hanya bisa mengangguk sambil berucap "maaf bibi. rumi tidak bermaksud membuat bibi sedih"
kata penenang itu mengantarkan luna untuk pulang. "titip salam untuk sera ya" ,
senyum hangat nya selalu bisa menutupi keegoisan nya
Arumi tidak pernah menyampaikan kalimat itu pada sera. mengingat ia harus menahan diri demi sera sudah menambah beban pikiran nya.
Ketika arumi berjalan melewati taman sekolah. tanpa sengaja ia mendengar suara sera. "kamu bercanda? mana mungkin aku menikah diusia begini?. aku bahkan bercita-cita menjadi balerina". aku memang menyukaimu tapi tidak secepat ini juga ar...
Arumi terhenti mendengar suara itu. bahkan suara tertawa sera sangat khas ditelinganya. " siapa juga yang mau menikah diusia semuda ini" ucap arumi dalam hati. ia bahkan tersenyum aneh walau hanya memikirkan nya saja.
To be continue
s'moga berujung indah