5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!
Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.
Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻♀️ Yang setuju buat bikin sekuel atau lanjut vote di grup chat author ya 🙏 masih berlaku untuk hadiah saldo Dana untuk gift terbanyak bulanan. bisa gift lewat iklan juga ya 🥰 maksimal 10 iklan/hari = 100 dukungan. Hadiah akan diberikan pada dukungan terbanyak dalam setiap bulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 Pacaran Ya?
Sepulang dari sekolah, Toleh mendapati sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya.
"Toleh, sini sebentar," ucap sang ayah begitu melihat Toleh di depan pintu.
Toleh menurutinya sembari melihat ada dua orang paruh baya duduk di hadapan ayahnya bersama seorang gadis.
"Kenalin ini Om Ridwan dan Om Rizwan," ucap beliau. Toleh menyalami kedua pria dewasa yang kembar itu. "Ini Ale, anaknya Om Ridwan. Rencananya, kita mau jodohin kamu sama Ale, soalnya Ibu udah ngebet banget mau punya cucu kembar. Berhubung Ale juga punya kembaran dan papanya kembar, jadi punya genetik yang bagus."
"Nggak usah buru-buru, Mas. Kita biarin mereka kenalan dan deket dulu," ucap Ridwan.
"Oh iya, kamu ajakin Ale ngobrol di samping aja, Leh. Biar enak ngobrol berdua," ucap ayah Toleh lagi dan Toleh menurutinya kembali.
Di sepanjang langkah menuju halaman samping rumah Toleh yang terdapat begitu banyak tanaman Bonsai, mereka tak mengobrol apapun. Hingga akhirnya Ale membuka pembicaraan.
"Bokap lo suka bonsai?" tanyanya.
"Nggak tau," jawab Toleh.
"Ini banyak bonsai, punya siapa?"
"Nggak tau. Gue nggak ngurusin urusan orang soalnya."
"Lo udah punya pacar?" tanya Ale membuat Toleh menghentikan langkahnya namun lagi-lagi mode hening dinyalakan secara sepihak. "Oh iya, Om Dimas cerita katanya lo pernah pacaran dari SD, tapi mantan lo meninggal kecelakaan. Itu beneran?"
Toleh menghela napas pertanda bahwa ia tidak tertarik dengan obrolan seputar Jenita kepada seseorang.
"Lo sekolah di mana?" tanya Ale.
Toleh mengeluarkan kartu pelajar dari dompet dan menunjukkannya pada gadis itu. Satu notifikasi berbunyi dari ponsel Toleh dan ia segera mengeceknya. Chat tersebut dari Jesika dalam hitungan detik pria berwajah datar tersebut mendadak tersenyum.
***
Tepat di hari ini, penyuluhan dan sosialisasi pertama dimulai dengan datangnya tim dari dinas BNN (Badan Narkotika Nasional). Semua murid dibebaskan dari jam pelajaran.
"Pengumuman kepada seluruh siswa-siswi kelas 10 untuk segera berkumpul di ruang Aula sekarang!" Bunyi bising dari toa di depan semua kelas.
Cia berjalan lebih dulu. Jesika menatapnya penuh penyesalan dan ikut melangkah.
"Jes!" Wandra mencegat Jesika di depan pintu kelas. "Lo belum maafin gue?" tanyanya.
Lagi-lagi Jesika tak menghiraukan. Lebih memilih untuk pergi tanpa kata.
Sesampainya di ruangan Aula, Jesika dengan sengaja duduk di sebelah Cia. Meski gadis itu tampak tidak suka dengannya.
Dari kejauhan Toleh melihat keberadaan Jesika yang duduk di seberangnya. Sebab siswa dan siswi dipaksa duduk secara terpisah menjadi dua bagian. Sementara laman kosong di antara mereka akan diisi oleh pihak BNN.
Setelah acara pembukaan dimulai, pihak BNN meminta para member 5th Avenue Brotherhood untuk ikut berdiri bersama mereka.
"Kok kita?" tanya Haris.
"Mungkin gara-gara gue," jawab Wandra.
"Nah! Ini cowok-cowok ganteng di sekolah ya?" tanya pihak BNN.
"Iyaaaa!" jawab para siswi serempak. Tidak dengan Cia dan Jesika.
"Ini." Pihak BNN mengangkat sebuah foto pria dengan wajah yang sangat tidak normal. "Sebenarnya kita itu nggak sulit buat kenalin seseorang pecandu narkotikal atau tidak. Sebab, dari ciri-ciri fisiknya aja udah keliatan. Kayak yang di foto ini. Yang paling umum adalah seorang pecandu narkotika akan mengalami gangguan saraf. Bisa kita lihat dari foto ini."
Pihak BNN meminta para member 5th Avenue Brotherhood untuk memegang satu-satu foto.
***
Sejak kejadian penyuluhan kemarin, satu per satu siswa-siswi yang memiliki ciri-ciri sesuai dengan gejala pecandu yang pernah mereka lihat saat penyuluhan langsung mendapat laporan dari teman-temannya. Kepala sekolah dengan sigap mengirim para muridnya yang bermasalah dengan didampingi oleh guru BP/BK untuk menjalani pemeriksaan di BNN, tercatat sebanyak 15 siswa dan 1 siswi positif narkotika jenis pil PCC (Parasetamol, Cafein dan Carisprodol) sebab jenisnya yang termasuk ke dalam obat-obatan serta murah dan mudah untuk didapat di kalangan umum.
Meski tidak semua dari mereka menggunakan pil yang sama, ada juga yang menggunakan narkotika jenis daun seperti kra-tom dan gan-ja. Siswa dan siswi yang positif narkotika dipanggil kedua orang tuanya ke sekolah untuk pemberitahuan dan tindak lanjut. Dengan ini, pihak sekolah memaksa wali murid untuk bertanda tangan di selembar kertas perjanjian yang menyatakan mereka setuju bahwa anaknya akan mendapatkan dispensasi absen sekolah untuk menjalani proses rehabilitasi di BNN.
"Kenapa lagi tuh?" tanya Jesika pada Toleh yang sedang memerhatikan wali murid yang mengamuk sebab tidak setuju anaknya akan dimasukkan ke BNN untuk proses rehabilitasi sebab dinilai akan memalukan keluarga mereka.
Toleh tidak memberikan jawaban, sementara Haris yang berdiri di depan mereka malah memutar badan. "Harusnya lo juga ikut direhabilitasi," ucapnya pada Jesika.
"Lah, gue ngapain? Gue nggak narkoboy!" bantahnya.
"Tapi lo mabok alkohol!"
"Kapan?! Gue nggak pernah mabok!"
"Yang waktu itu lo dibawa Toleh ke markas?"
Jesika terdiam sejenak dan tersenyum cengengesan. "Gue nggak mabok, gue abis balapan, disenggol orang bawa beer, kena baju gue."
Toleh ikut menoleh padanya sebab teringat akan tingkah laku Jesika di malam itu. Yang ia kira benar-benar mabuk.
"Sabar." Jesika berusaha menenangkan dua insan tersebut.
"Gue sampe gendong lo, dan lo cuma pura-pura?" tanya Toleh.
"Eeehhh!" Jesika memberi isyarat agar hal-hal tersebut tidak seharusnya didengar oleh orang lain termasuk Haris.
"Gue sampe buru-buru pulang gegara takut dimarahin Bang Rian!" omel Haris.
"Gue sampe nahan laper gegara lo meluk tangan gue!" omel Toleh.
Mata Jesika semakin membesar, sementara alis Haris mengernyit sebab baru mengetahui bahwa Jesika dan Toleh menjalin hubungan seintens itu.
"Gue kira Zaki iseng doang ngejekin lo pacaran sama Jesika, tapi makin ke sini gue jadi makin percaya sama Zaki. Lo pacaran ya sama Jesika?" tanya Haris pada Toleh.