Dokter Cantik Tuan Psikopat

...༻⌘༺...

"Ahahahaa..." Ares tertawa terbahak-bahak saat melihat reaksi Athena meminum wine pemberiannya.

'Tunggu dulu. Tawa ini terdengar tidak asing. Sepertinya aku pernah dengar. Tapi dimana?' batin Athena penuh tanya.

"Astaga, mataku sampai berair. Kau lucu sekali Athena. Sudah lama aku tidak tertawa begini," ungkap Ares seraya mengelap air dari sudut matanya.

"Syukurlah kau bisa tertawa begini lagi. Jadi apa benar kau mencampur wine ini dengan darah?" balas Athena.

"Tebak saja. Yang jelas aku sudah memberitahu," tanggap Ares.

"Berarti itu benar." Athena menyimpulkan.

Ares terkekeh. Namun itu tak berlangsung lama, dia segera terdiam dan serius. "Bersiaplah untuk malam ini," ucapnya.

"Bersiap? Untuk apa?" tanya Athena.

"Untuk keinginan yang kukatakan terakhir kali padamu," jawab Ares.

"Ah... Masalah menari balet dengan aksesoris yang kau buat?" Athena memastikan.

Ares mengangguk untuk memberi jawaban. Dia kemudian berdiri dan berucap, "Tunggu di sini!"

Athena ditinggal sendirian di ruang makan. Sementara Ares tampak pergi ke arah basement.

Merasa memiliki kesempatan, Athena memperhatikan segala penjuru ruangan. Dia hampir berdiri karena ingin menjelajah rumah, namun urung dilakukan saat sadar ada kamera cctv di berbagai sudut.

"Aku baru sadar ada kamera. Apa kamera itu merekam saat aku dalam keadaan telanjang?" Athena merasa sangat malu ketika memikirkannya.

"Aku tak punya pilihan selain diam di sini," gumam Athena.

Tak lama kemudian, Ares akhirnya kembali. Dia membawa sebuah kotak di tangannya.

"Pakailah ini nanti malam," ujar Ares sembari menyodorkan kotak persegi yang dibawanya untuk Athena.

"Kenapa harus nanti malam? Aku bisa melakukannya untukmu sekarang," kata Athena.

"Aku punya urusan setelah ini," sahut Ares.

"Jadi aku harus kembali ke kamar lagi?"

"Tentu saja. Kau bisa mempersiapkan penampilanmu dengan matang. Aku ingin kau tampil seolah berada dalam pertunjukkan pentas besar. Jangan sampai penampilanmu nanti malam membuatku kecewa. Oh iya, aku yang akan memilihkan musiknya untukmu," ucap Ares panjang lebar.

"Lalu kau akan memutar musik seperti apa? Kau harus beritahu agar aku bisa mempersiapkan tariannya dengan baik," balas Athena.

"Apa yang ada dalam kotak itu menjadi petunjuknya. Aku yakin kau tahu saat melihatnya," jelas Ares. Pembicaraannya dan Athena berakhir di sana.

Athena akhirnya kembali dikurung ke kamar. Saat itulah dia buka kotak persegi yang tadi diberikan Ares.

Terpampanglah sebuah gaun dan sepatu balet berwarna merah. Athena buka sepenuhnya gaun balet tersebut. Dia terkagum karena desain gaun balet itu sangat cantik.

"Cantik sekali. Tapi ini warna merah. Apa ini juga terbuat dari darah?" gumam Athena menduga. Perlahan dia cium gaun balet yang dipegangnya. Akan tetapi gaun balet itu tidak mengeluarkan bau mencurigakan seperti wine tadi.

Athena merebahkan diri ke ranjang. Dia mencoba menebak musik apa yang akan diputar oleh Ares nanti.

Setelah berpikir dalam beberapa menit, akhirnya Athena ingat musik yang sangat berkaitan dengan isi di dalam kotak pemberian Ares. "Red Dress!" serunya yakin.

Satu-satunya musik yang berkaitan dengan gaun balet berwarna merah hanyalah Red Dress karya komposer favorit Athena. Yaitu Adrián Berenguer.

"Itu musik yang paling kubenci!" Athena mengepalkan kedua tangannya. Namun dia tetap harus mempersiapkan penampilannya secara maksimal. Dengan begitu, maka dirinya akan melihat wajah Ares.

"Ya sudah. Lupakan kebencianmu, Athena. Kau harus melakukannya dengan baik." Athena menyemangati dirinya sendiri.

...***...

Malam telah tiba. Athena telah mengenakan gaun dan sepatu balet pemberian Ares. Ia juga menggelung rambutnya dengan pita.

"Sekarang hanya perlu menunggu," ucap Athena. Dia duduk ke tepi ranjang.

Selang sepuluh menit, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tak lama, pintu dibuka oleh Ares.

Pupil mata Athena membesar. Dia melihat Ares berpakaian sangat rapi. Lelaki tersebut tampak mengenakan jas dan tuxedo berwarna hitam.

Buru-buru Athena berdiri. Ares seketika dibuat terpana olehnya.

"Kau... Sangat cantik dengan gaun itu," puji Ares.

"Andai aku bisa melihat wajahmu, maka aku bisa memuji ketampananmu," tanggap Athena.

Ares hanya menyeringai dari balik topengnya. Dia lalu mengajak Athena keluar. Tepatnya ke ruang tengah. Di sana ruangan sangat luas dan tidak sesak, jadi Athena bisa menari dengan leluasa.

"Berdirilah ke tengah!" perintah Ares. Dia segera menghampiri alat pemutar musik. "Kau harus menari saat musiknya sudah terputar," sambungnya.

Beberapa saat kemudian, musik terputar. Dan tebakan Athena benar seratus persen. Musik yang diputar adalah Red Dress karya Adrián Berenguer.

Athena lantas mulai menari dengan alunan musik beralun cepat tersebut. Sementara Ares berdiri di pinggir untuk menonton.

Athena memberikan tarian balet terbaiknya kala itu. Dia juga mengerahkan seluruh tenaga agar bisa tampil maksimal di depan Ares.

Athena yang sebenarnya sudah kehabisan nafas, sudah sepenuhnya berhasil membuat Ares terkagum. Lelaki itu sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Athena.

Ketika alunan nada semakin intens, Athena menari ke dekat Ares. Lalu sesekali dia putari lelaki tersebut dengan gerakan anggunnya yang teramat indah.

Di waktu yang tak terduga, musik pun berakhir. Athena pun mengakhirinya dengan nafas tersengal-sengal sembari menatap Ares. Ia kini menunggu reaksi lelaki tersebut.

Perlahan satu tangan Ares terangkat. Dia menyentuh topengnya.

'Kita lihat seburuk apa wajah itu sampai kau sembunyikan,' batin Athena yang sudah tak sabar.

Kini topeng Ares telah terbuka. Usai membukanya, dia lempar topeng itu ke lantai. Seringainya yang begitu menakutkan otomatis terlihat.

Athena tercengang. Bagaimana tidak? Dia sangat kaget karena wajah Ares sangat tampan, dan parahnya Athena juga mengenali lelaki itu.

'Apa ini? Di-dia cinta pertamaku yang selama ini menghilang?" batin Athena tak percaya. Ia syok sekali. Hatinya kini berdebar bukan karena takut, melainkan karena rasa ketertarikan.