Haura, gadis manja yang menikah dengan Alkana, laki-laki yang lebih tua beberapa tahun darinya. Laki-laki yang sudah ia impikan untuk menjadi suaminya sejak kecil.
Alkana menikahi Haura karena permintaan sang Mami. Bahkan ia sempat sesumbar tidak akan menyukai perempuan yang dalam bayangannya dulu hanyalah anak culun yang mengekorinya kemanapun pergi.
Namun, setelah akad Alkana malah menjilat ludah sendiri. Ia akui ia sudah jatuh hati sejak melihat Haura stelah bertahun-tahun lamanya tidak berjumpa. Haura kini menjelma menjadi gadis cantik.
Bagaimana perjalanan pernikahan mereka disaat ada sosok Melodi yang hanya diakui Alkana sebagai sahabat namun, memendam perasaan pada Alkana dan tidak terima bahwa wanita lain yang jadi pendamping hidup lelaki pujaannya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIPDD 20 Ngidam
Haura, Istri Pilihan Dari Desa (20)
Alkana dan Haura sudah mempersiapkan kepindahan mereka. Walaupun sebenarnya sempat tidak di izinkan oleh Mami Senja. Tapi, Papi Dirga merasa ini justru bagus untuk kehidupan rumah tangga keduanya.
Mereka harus belajar mandiri. Tidak tergantung dengan orang tua. Papi Dirga ingin anaknya lebih bertanggung jawab sebagai suami
Lagipula keduanya pindah ke apartemen yang pernah ia berikan. Disana juga ada apartemen anak-anaknya yang lain.
" itu bunga dari Mami?," tanya Alkana saat lihat tanaman di dalam pot yang ada di bagasi.
" Iya. Kita Mami, Lala bisa bikin taman gantung di balkonnya. Boleh kan?,"
" Boleh,"
...******...
Haura menatap jam di dinding. Suaminya belum pulang kerja. Padahal ia sedang menunggu martabak yang ia minta beli di salah satu penjual langganannya.
Haura tak mengerti kemana suaminya pergi. Padahal katanya suaminya tak pernah mau lembur. Tapi, nyatanya selalu pulang malam.
Ceklek
" Assalamu'alaikum. Kamu belum tidur?," tanya Alkana pada Haura.
" Wa'alaikumsalam," Haura hanya menggelengkan kepalanya.
Wajahnya yang awalnya berseri-seri kini mulai meredup saat sadar suaminya tidak membawa pesanannya.
" Aa lupa pesanan Lala?,"
" Astaghfirullah. Maaf," ucapnya merasa bersalah.
" Ya, udah antar Lala yuk. Beli kesana. Jam segini kan biasanya masih ada," ucap Lala.
Ia kecewa namun, tak bisa mengatakan apapun.
" Aku capek, La. Kia pesan online aja,. Aku mau langsung mandi dan tidur"
" Tapi, Penjualnya gak jual online, A. Kalau mau beli ya langsung datang ke sana aja,"
Haura tahu karena pernah bertanya. Katanya tidak jual online karena melayani yang offline saja sudah kewalahan.
" Ya, udah beli dari yang lain aja sih. Gitu aja repot," Alkana tetap membuka ponselnya untuk memesan via online.
" Tapi, enakan di tempat langganan A. Rasanya beda,"
" Yang namanya martabak ya, Sama. Gitu-gitu juga."
" Kalau Aa gak mau antar, Lala bisa beli sendiri,"
" La, udah sih nurut aja. Jangan kekanak-kanakan!!!,"
Jlebb
Haura diam. Ini pertama kalinya ia dibentak. Rasanya sangat sakit. Ayahnya saja tak pernah membentaknya.
" Aku udah pesan. Nanti datang,"
Haura hanya diam dan mengangguk saja.
Alkana yang heran karena tidak mendengar suara Haura langsung terkejut saat melihat wajah istrinya mulai berkaca-kaca.
" La..."
" Aku ke atas duluan. Mau siapain baju Aa," jawab Haura langsung meninggalkan Alkana begitu saja.
Sambil berlalu, Haura menepis air matanya dengan kasar.
Haura sendiri tidak mengerti apa yang terjadi padanya sampai begitu keras kepala menginginkan martabak di tempat langganannya.
Di kamar, Alkana melihat Haura mengambilkan baju ganti miliknya.
" La, maaf. Aku gak bermaksud ngebentak kamu .."
" Gak apa-apa. Memang Lala yang salah. Lala kekanak-kanakan. Maaf," Ucap Haura sambil meletakkan pakaian Alkana di atas ranjang.
Ia lalu meraih gamis dan kerudungnya.
" Mau kemana?," tanya Alkana terkejut karena Haura berganti pakaian.
Padahal selama mereka tinggal di apartemen, Haura tak lagi berpakaian lengkap kecuali pakaian rumahan. Karena memang di apartemen hanya ada mereka berdua.
Jadi, saat Haura berganti pakaian Alkana pikir Haura akan keluar.
" Lala mau ngambil pesanannya. Masa Lala pakai baju tidur?," jawabnya tanpa melihat pada Alkana dan tetap melanjutkan memakai pakaiannya.
"Oh..."
Alkana langsung masuk ke kamar mandi. Melihat suaminya sudah masuk, Haura langsung meraih kaos kaki dan memakainya. Ia pun mengambil jaket dan tas tanpa lupa memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam tas.
" Maaf, A. Tapi, Lala benar-benar maunya martabak langganan Lala," ucapnya sambil keluar kamar setelah mengambil kunci motor miliknya yang memang sengaja di bawa ke apartemen jika sewaktu-waktu ia membutuhkannya.
Haura pun pergi meninggalkan Apartemen dengan pakaian lengkap. Tidak lupa masker karena sejak beberapa hari ini ia agak sensitif dengan bau-bauan. Jadi, lebih sering pakai masker.
...******...
Alkana keluar kamar saat tak mendapati Haura disana. Ia pikir Haura langsung memakan martabak dan tidak kembali ke kamar.
Namun, nihil. Di cari kemanapun tidak ada Haura disana. Hingga seseorang memencet bel.
Ceklek
" Selamat Malam, Pak Al. Ini saya mengantarkan pesanan bapak. Tadi, saya sudah menghubungi Bapak, tapi tidak ada jawaban. Jadi, saya langsung antar kesini saja," ucap Pak Kemal salah satu penjaga keamanan di apartemen.
Karena tidak sembarang orang boleh masuk ke apartemen sehingga biasanya jika ada pesanan seperti ini, pemilik apartemen akan mengambil sendiri atau minta di antarkan oleh pihak keamanan.
" Oh, terimakasih, Pak. Sebentar," Alkana mengambil kresek berisi martabak dan meletakkan di atas meja. Ia lalu mengambil uang di dompetnya dan memberikannya kepada Pak Kemal.
Uang tips yang biasanya ia berikan. Walaupun sebenarnya tidak harus memberi.
" Terimakasih, Pak ,"
" Iya. Sama-sama,"
Belum sempat Pak Kemal melangkah, Alkana tiba-tiba teringat tentang Haura.
" Pak, maaf. Bapak lihat istri saya?,"
" Oh, Bu Haura tadi saya lihat keluar, Pak. Pakai motor. Katanya mau beli sesuatu,"
Deg
" Keluar pakai motor?,"
" Iya, Pak. Saya juga kaget karena biasanya Bu Haura tak pernah keluar di atas isya. Kalaupun keluar pasti dengan Pak Al. Tapi, katanya dia mau beli martabak. Ngidam katanya,"
Jeduarr
Ngidam? Batin Alkana.
" Karena saya tahu kalau ngidam itu biasanya harus di turuti karena takut anaknya ileran kalau lahir, saya sempat menawarkan untuk bantu membelikan. Saya pikir Pak Al belum pulang."
Karena saat Alkana pulang, Pak Kemal sedang ke belakang. Rekannya yang lain yang ada di depan.
"Kasihan kan, Pak perempuan hamil keluar malam-malam. Tapi, katanya ini permintaan bayinya. Mau makan disana,"
Alkana masih mematung. Ia masih terkejut dengan informasi yang ia dapat.
" Selamat ya, Pak. Akan segara menjadi seorang ayah. Kalau begitu saya mau kembali ke pos. Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam,"
Alkana tersadar dari lamunannya.
" Lala hamil? Aku akan jadi ayah?. Apa ini kejutan yang Lala bilang tadi?" monolognya setengah tak percaya.
"A, aku punya kejutan. Pulangnya jangan malam-malam ya."
" Kejutan apa?,"
" Is, kalau bilang sekarang namanya bukan kejutan lagi,"
" Hehe,' Alkana terkekeh.
" Pokoknya pulangnya jangan malam-malam."
" Insya Allah gak kok. Hari ini lebih awal. Sekitar jam delapanan,"
" Ok. Janji ya. Lala tunggu. Oh iya, sekalian bawain Lala martabak telor langganan Lala ya. Wajib beli disana pokoknya,"
" Kayak ngidam aja pakai wajib segala,"
Emang. Jawab Haura dalam hati.
" Pokonya janji bawa pulang martabak kesukaan Lala dan jangan pulang malam-malam hari ini."
Alkana tiba-tiba merasa sangat bersalah. Dia yang berjanji. Dia pula yang ingkar. Namun, malah dia juga yang membentak Haura.
" Ya, Allah, La. Maaf," Alkana merasa sangat bersalah.
Alkana kembali di kejutkan dengan suara ponselnya.
Deg
Tertera nama sang Mami disana. Perasaannya tak enak. Bagaimana kalau ibunya menanyakan Haura.
" Assalamu'alaikum, Mi."
"Wa'alaikumsalam. Alkana Putra Adiwijaya kamu dimana hah? Istrimu masuk rumah sakit tapi, kamu tidak ada di sini?
Jeduarrr
TBC
jyn kasih celah al buat pelakor yg berkedok sahabat
buat reva semangat ya nanti ada saatnya km ketemu jodoh yg terbaik
next thor
baru begitu aj alkana udah cemburu apakabar haura gimana ga cemburu sm melodi