NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Cahaya mentari membelah cakrawala senja, semburat kemerahan nampak indah. Menelisip di antara dedaunan taman belakang milik kediaman Dirgantara. Terlihat cantik bunga warna-warni yang tertancap di tanah. Delilah berjalan perlahan mengamati satu per satu kuntum kesayangan Wisnu Dirgantara. Seorang yang terlihat lembut dan pengertian, tetapi cukup tegas dan mematikan.

Keputusan pria dengan rambut yang hampir berwarna putih keseluruhan itu adalah mutlak. Tidak dapat diganggu gugat, tak ada seorangpun yang berani mendebat. Hingga si jelita berjumpa dengan Nanda. Si kakak—Raka—masih terlihat sopan dan menundukkan kepala. Namun, siapa yang bisa mengatur cucu terakhir dari mendiang anak tunggal si kakek? Delilah seorang, tanpa disadari si wanita jelita. Dia telah selesai mengitari taman kemudian beralih duduk menikmati pemandangan senja di bangku panjang sendirian.

Aku tak mengerti apa gunanya menikah, jika justru lebih terasa hampa begini, omel Delilah dalam hati sambil menghembuskan napas kasar.

“Oh, cucu menantuku telah kembali. Aku tidak melihatmu sejak tadi, apa kau menikmati hari bebasmu?” Suara serak Wisnu terdengar dari jauh, perlahan dia mendekat.

Delilah menganggukkan kepala sopan dengan senyum sedikit canggung di wajah, “maaf, setelah sampai saya malah tertidur di kamar.”

Wisnu kini duduk di sebelah si jelita. Dia masih setia memandangi wajah ayu cucu menantu baru dengan senyum yang masih terkembang penuh. Kemudian beralih menatap jauh ke langit senja.

“Apa kalian tak ingin pergi? Memisahkan diri dari rumah ini, Delilah?” tiba-tiba saja pertanyaan jebakan keluar dari Wisnu.

Eh, a-apa aku boleh menjawab pertanyaan sesuai kata hati? Delilah bimbang menimbang jawaban.

“Saya rasa, akan lebih pantas menunggu keputusan suami ketimbang memutuskan sendiri begini, Kek.” Delilah menyentuh sedikit ujung jemari Wisnu yang berada tepat di sebelah.

“Tak usah memikirkan aku, paham? Aku lebih senang melihat kalian tumbuh dewasa dan memulai kehidupan yang sesungguhnya bersama.” Wisnu benar-benar menyampaikan kalimat yang didengar Delilah dari Raka tadi siang.

B-bolehkah, aku—ah, biar saja. Dia Kakekku juga sekarang, Delilah menepis keraguan dan mulai merangkul mesra lengan Wisnu membuat si pemilik lengan berjingkat.

Perlakuan Delilah terasa asing baginya, selama ini dia lebih banyak menghadapi pria. Dia hanya memiliki seorang anak lelaki dengan dua cucu lelaki juga. Felicia cukup menjaga jarak dan pendiam, tak seperti Delilah yang memang terlihat lebih ceria sejak awal.

“Meski begitu, Kakek harus tahu kami sangat menyayangi Anda.” Delilah mengulas senyum pamungkas, meluluhkan hati Wisnu.

Hubungan mereka mulai menghangat, seperti cahaya senja yang diam-diam menjadi saksi bisu. Menyaksikan suasana haru mengalir di sekitar Wisnu kembali. Setelah sekian waktu dia terus kehilangan detik jam yang berlalu. Lalu hanya menyisakan rindu.

Delilah, kenapa kau selalu mengingatkanku padanya, Wisnu membatin seraya menepuk pelan jemari yang masih bertengger di lengan dengan manja.

***

Nanda bersiap merapikan meja. Dia telah menutup pulpen dan mematikan layar monitor di depan meja. Perawat bahkan telah meninggalkan ruangan dan menutup antrian. Belum ada jadwal ugal-ugalan di meja operasi. Dia sengaja mengambil jeda agar Delilah dapat menyesuaikan waktu bersama. Masih teringat jelas wajah memelas sang istri kala sengaja ditinggalkan tak genap sehari kala itu. Sedikit terguncang pelan bahu si dokter dengan dua sudut bibir tertarik. Namun, ketukan pintu melenyapkan kembali sedetik kebahagiaan tadi.

“Ck, masuk!” titah Nanda.

Kepala Melinda terlihat menyembul di balik pintu dengan senyum canggung dan anggukan kecil. Nanda melihat dengan kening berkerut. Dia tak ingat memiliki janji dengan koas sombong dan hanya pandai bicara. Akan tetapi, si dokter senior tentu mempersilakan juniornya masuk terlebih dahulu sebelum memulai sidang.

“Ada apa?” Singkat, padat, tegas dan jelas. Nanda menekan dua kata tanya tersebut.

“A-anu dok, s-saya mau m-minta maaf.” Melinda terbata, terlihat gugup luar biasa. Manik coklat terang milik si perempuan bergetar hebat.

“Untuk?” Makin singkat saja kata yang keluar dari Nanda, dengan kening makin mengerut.

Samar terlihat Melinda menelan ludah susah payah. Dia masih terus gugup menghadapi Nanda. Entah bagian mana yang jelas dia sangat gemetar sekarang.

“Eh, itu … em, i-itu tadi pagi saya—” Kalimat Melinda tak genap.

“Bicara yang jelas! Jangan membuang waktu berhargaku hanya mendengar ocehan tak jelasmu!” Nanda malah tersulut emosi karena kegugupan Melinda tak kunjung berakhir.

“Ini dok, terima permintaan maaf saya telah lancang menabrak dan mengomel pada Anda.” Melinda memejamkan mata sambil menyodorkan bingkisan tepat di depan wajah Nanda.

Nanda terkesiap hingga netra si pria membelalak dan sedikit memundurkan diri. “Bawa kembali, aku tidak memerlukannya.”

Melinda membuka mata. “Tapi, saya memerlukannya sebagai permintaan maaf, Dok.”

“Sungguh? Ck, Nona. Lain kali jangan merasa menjadi orang paling penting dan sibuk di dunia.” Nanda bangkit berdiri, mengambil tas kerja dan memilih beringsut pergi, “kembali ke ruangan dan bawa sogokanmu. Pikirkan kembali pantaskah dirimu disebut dokter jika perilakumu saja seperti ini, hm?” bisikan dari Nanda sesaat sebelum dia melewati dokter muda yang mematung sendirian di ruangan praktek.

Si pria menyeringai setelah berhasil menutup pintu dan melangkah riang menuju parkiran. Terlewati sudah ujian hari pertama masuk kerja setelah sekian waktu menikmati tanggal merah yang sangat jarang terjadi di hidup si dokter. Tak menunggu lama, Nanda melajukan kendaraan membelah keramaian kota setelah menghidupkan mesin. Bersenandung lirih hingga berhasil juga sampai di pelataran luas dengan banyak pohon berdaun hijau di taman depan kediaman mereka.

Matahari telah berpamitan ketika Nanda memijakkan kaki di lantai rumah. Gelap telah menyapa, rumah hening tak ada suara. Namun, semakin melangkah ke dalam. Terdengar tawa dua orang sedang bercengkrama. Tanpa sadar, kedua sudut bibir Nanda ikut tertarik ke samping saat menyaksikan sang kakek tertawa lepas bersama sang istri. Saking hanyut, sampai tak mereka sadari Nanda mulai mendekat.

“Hm, jadi udah mulai akrab, nih. Pak Wisnu sama si Nyonya.” Celetukan Nanda mengambil seluruh atensi dua orang yang sibuk menghias kue.

Benar, kecanggungan antara Delilah dan Wisnu bukan tanpa sebab. Akan tetapi, mereka adalah saingan bisnis sebelumnya. Sudah jelas karena Wisnu pemilik rumah sakit unggulan yang menawarkan jasa medical check-up lengkap dengan segudang fasilitas. Namun, jangan salah. Delilah juga seorang pemimpin salah satu klinik kesehatan swasta yang cukup terkenal dengan keakuratan diagnosis dan hasil. Serta menawarkan jasa di bidang kesehatan cukup lengkap dan harga yang bersaing dengan milik Wisnu Dirgantara.

Poin plus dari klinik yang dipimpin si jelita adalah bagian pengerjaan yang lebih cepat ketimbang milik Wisnu. Secara praktis, mereka adalah saingan berat di awal jumpa. Cukup mengejutkan bagi Nanda melihat keakraban keduanya saat ini. Akan tetapi, diam-diam si pria bersyukur dapat melihat senyuman lebar terbit lagi di wajah sang Kakek.

“Lihat, istrimu sangat tak pandai memasak. Dia menutup—”

“Kakek, apa ini sudah cukup manis?” Delilah mendadak menyuapkan sepotong roti pada Wisnu agar kalimat barusan tak berlanjut.

Nanda hanya bisa ikut tertawa melihat kelakar Delilah bersama sang Kakek. Terasa lengket seluruh badan si dokter, dia kemudian berpamitan dan memilih untuk segera berbenah. Nanda bersiap masuk ke kamar mandi, ketika pintu kamar terbuka perlahan dan Delilah masuk ke dalam kamar.

“Ah, kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?” Suara berat Nanda terdengar pasrah.

Delilah menoleh tanpa prasangka, “Hargh!”

***

Yuk bisa yuk, support author dengan tekan tombol like dan tinggalkan komentar kalian ya,

See you next part 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!