Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Panik
Sementara itu, Revan nampak sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja sebagai tukang parkir di sebuah apotek.
Awalnya dia tidak akan berangkat bekerja karena sedari tadi dirinya nampak gelisah. "Huft.. Aku jadi teringat ucapan Laura. Bagaimana jika Vina saat itu hamil, tapi kenapa saat kemarin bertemu dia tidak bicara apapun?"
"Aku yakin sekarang kalau saat itu aku mengeluarkannya di dalam. Dan jika iya Vina hamil, apa yang harus kulakukan sekarang..."Lirihnya di akhir kata. "Atau jangan-jangan dia malah menggugurkannya?" Pekiknya.
Revan pun langsung menggeleng cepat. "Tidak, mana mungkin Vina segila itu. Jika benar dia hamil terus melahirkan anakku, kenapa dia menikah dengan pria lain? Apa pria itu bodoh? Kenapa mau sama wanita yang sudah hamil?!" Menggerutu sedari tadi.
"Aku pusing memikirkannya, lain kali saja jika aku bertemu lagi dengannya, aku akan bertanya langsung pada--"
Drrrrtt..
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba ponsel Revan berdering. "Hm? Siapa ini?" Menatap nomer baru yang masuk ke ponselnya.
"Hallo...?" Tanya Revan lewat telepon. "Siapa ini?"
"Hiks... Revan...." Terdengar suara isak tangis dari seberang telepon. "Tolong aku."
Saat itu juga Revan terkejut ketika mendengar suara seseorang yang tak asing baginya. "V-vina..?" Gumamnya pelan.
"Iya ini aku, bisakah kamu datang ke rumah sakit sekarang? Tolong aku, Revan." Ucap Vina dengan tergesa-gesa.
Revan langsung mengerutkan dahinya. "Apa yang terjadi denganmu? Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan suara cemas.
"Bukan aku, tapi anakmu. Dia membutuhkan darahmu, darahmu B kan? Jika iya, tolong datang ke rumah sakit xxx, putriku mengalami pendarahan hebat, dan butuh satu kantong darah lagi. Tolong kesini secepatnya hiks, aku mohon..."
Degh.
Mendengar ucapan Vina yang panjang lebar pun seketika membuat Revan mematung. Dia baru saja tadi memikirkan tentang kehamilan Vina, dan benar saja. Dia mendengar langsung tentang anak.
"A-anakku?" Jawabnya terbata-bata.
"Aku janji akan menjelaskannya secara langsung, aku mohon cepatlah datang kesini. Jangan sampai putri kita meninggal." Ucap Vina dengan suara panik.
"Aku kesana sekarang."
Revan langsung berjalan tergesa-gesa keluar rumahnya. Meskipun dengan kaki yang cacat, namun dia mencoba sebisa mungkin untuk segera sampai di rumah sakit tersebut demi menyelamatkan nyawa putri kandungnya.
Tuk!
Tanpa sadar, Revan menjatuhkan ponselnya yang ingin dia simpan di saku bajunya. Tak lama kemudian, ada satu telepon lagi yang masuk ke ponsel Revan.
Drrrtt... Drrrttt..
Ponsel itu terus saja berbunyi, seseorang terus memanggil dan berharap Revan mengangkat teleponnya.
*
*
Di tempat lain tepatnya di rumah sakit.
Drrrtt..
"Dimas, ponselmu dari tadi bergetar. Angkat dong, barangkali penting." Ucap Riana.
Dimas pun yang sedari tadi bengong tiba-tiba tersadar. "Ah, ya.. Aku akan mencoba mengangkatnya, mih." Merogoh ponselnya dari saku.
"Laura? Sial, pasti dia dari tadi meneleponku. Aku tidak sadar karena terus mengabaikannya." Gumam hatinya.
"Mih, aku keluar dulu. Mau angkat telepon penting." Ucapnya langsung pergi.
Saat itu juga Dimas memilih pergi untuk mengangkat teleponnya. "Hallo, sayang? Maaf tadi aku sib--"
"Pak Dimas, ini aku Rika!!" Pekiknya
Dimas pun terkejut, pasalnya yang meneleponnya adalah nomer Laura, tapi kenapa orang lain yang berbicara. "Ada apa? Mana Laura?" Tanya Dimas.
"Sepertinya terjadi sesuatu dengan Laura, aku menemukan tasnya di pinggir jalan, awalnya kami akan pulang bersama dan aku menyuruh Laura menunggu di luar gerbang karena akan membawa mobil dulu, tapi saat aku tiba di gerbang, Laura gak ada disana, pak." Ucap Rika dengan panjang lebar.
Degh.
"A-apa?"
"Aku sudah mencoba menelepon kakaknya, dia tak kunjung mengangkatnya. Bagaimana ini, aku takut Laura di culik, pak." Ucap Rika panik.
"Saya akan mencarinya, ayo kita cari Laura bersama. Saya akan kesana sekarang!" Seru Dimas.
Dimas langsung bergegas berlari menuju parkiran, saat ini pikirannya sedang kacau. Awalnya kecelakaan Amelia, dan sekarang hilangnya Laura. Kepanikannya jadi bertambah.
"Jangan sampai terjadi apa-apa padanya." Gumam Dimas dengan langkah tergesa-gesa.
Dugh.
"Aww."
Dimas tak sengaja menabrak bahu seseorang, saking paniknya dia sampai tak melihat. "Maaf, saya tidak senga--"
"Eh, kau.....?"
Bersambung.
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!