Fatan dan Fadil adalah saudara kembar yang memiliki karakter berbeda. Fatan dengan karaktetnya yang tenang dan pendiam. Sedangkan Fadil dengan karakternya yang aktif, usil dan tengil. Namun keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang baik. Karena dari kecil mereka sudah dididik dengan ilmu agama.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing.Pasangan keduanya berbanding terbalik dengan karakter mereka. Fatan dengan seorang wanita yang agak bar-bar. Sedangkan Fadil dengan seorang wanita yang pemalu.
Akankah mereka bisa bertahan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Motor
Anisa memperhatikan motor Fatan, ternyata ada baret di bagian samping, dan bagian penutup knalpot ada yang pecah.
"Huh, ini pasti gara-gara kemarin aku tabrak." Batin Anisa.
"Nis, kok bengong sih? Ayo, kamu yang bawa ya?"
"Oke, Tante... "
Anisa membawa motor tersebut dengan kecepatan tinggi.
"Astaga Nis, pelan dikit. Tante sampe jantungan. Lagian di sini jalan desa."
"Hehe... maaf aku lupa, Tante."
Mereka pun sampai di rumah produksi. Sudah ada beberapa Ibu-ibu yang siap untuk mengolah apel menjadi keripik. Bu Kades memperkenalkan Anisa kepada mereka. Anisa yang mudah beradaptasi pun langsung akrab dengan mereka. Ia memperhatikan proses pengolahan mulai dari pengirisan
"Oh jadi begini cara mengirisnya."
Anisa mencoba mengiris apel.
"Seru juga ya Bu."
"Neng Anisa, yang ini ketebalan."
"Hehe... iya Bu. Maklum baru mencoba. Akan saya usahakan biar lebih tipis lagi. Semangatin dong Bu."
"Ayo Neng, semangat."
Bu Kades hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Anisa yang bar-bar.
Setelah itu Anisa melihat sampai proses finishing. Ia juga mencatatat step by step di buku yang ia bawa.
Hari sudah siang, Bu Kades dan Anisa baru saja pulang dari rumah produksi. Anisa berhenti di warung untuk membeli bensin eceran. Ia tidak enak jika tidak mengganti meski hanya menghabiskan sedikit. Sampai di halaman rumah Pak Kades Anisa memarkirkan motor Fatan di tempat semula.
"Nisa, nanti tolong kasih ke Ustadz Fatan ya kuncinya. Tante kebelet nih!"
"Iya Tante."
Anisa duduk di kursi depan menunggu Fatan. Sepertinya sandal Fatan tidak ada. Mungkin ia sedang keluar.
Tidak lama kemudian Fatan datang dari Masjid dengan memakai baju kokoh warna putih dan sarung dan kopiah putih khas santri. Karena melihat ada orang di depan rumah, Fatan pun mengucap salam.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Fatan berlalu begitu saja. Sedangkan Anisa masih bengong melihat makhluk Tuhan yang sempurna di depannya. Ia baru sadar saat Fatan membuka pintu kamarnya.
"Eh eh... Ustadz, tunggu dulu!"
Fatan mengurungkan diri untuk masuk. Ia pun berbalik.
"Ustadz ini kunci motornya, Terima kasih. Bensinnya sudah diisi juga."
"Hem sama-sama." Fatan menerima kunci motornya kemudian hendak masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.
"Tunggu Ustadz!"
"Ada apa lagi?"
"Eh... tadi saya lihat motor Ustadz tidak baik-baik saja perlu dibawa ke bengkel, saya mau tanggung jawab, Ustadz."
"Tidak perlu, Mbak."
"Tapi.... "
"Nanti saya perbaiki sendiri. Maaf salepnya masih saya pakai."
"Tidak usah dikembalikan ustadz, lagian Ustadz begitu juga gara-gara saya."
"Hem, Terima kasih."
Blam
Fatan menutup pintunya.
"Ish... ustadz ini bikin gemes deh! Kenapa dia tidak pernah melihat mukaku? Apa aku jelek ya? Atau penampilanku aneh?" Gerutu Anisa.
Tidak lama setelah itu, Bu Kades memanggil Fatan untuk makan siang. Pak Kades pun sudah datang. Mereka pun makan siang bersama.
"Ustadz Fatan siang ini mulai mengajar ya?"
"Iya Pak."
"Semoga lancar."
"Amin, terima kasih Pak."
"Iya sama-sama."
Setelah selesai makan siang, Fatan pun bersiap-siap berangkat ke Madrasah.
"Bismillahirrahmanirrahim... "
Fatan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Ia tidak tahu jika ada seseorang yang diam-diam mengintipnya dari balik jendela kamar. Siapa lagi kalau bukan Anisa. Kamar yang ia tempati memang berasa di paling depan dan paling ujung.
"Gantengnya anak orang. Bisa dibilang sih perpaduan antara aktor Turki dan aktor Korea. Lama-lama aku culik juga tuh orang! Astaga... Nisa, tobat...." Monolog Anisa.
Tiba-tiba handphone Anisa berdering. Ternyata Papa Alan yang menelponnya.
"Hallo... "
"Assalamu'alaikum Pa."
"Wa'alaikum salam. Nisa, kenapa dari kemarin nggak angkat telpon Papa?"
"Maaf Pa, kartuku di sini nggak ada signal. Ini aku pakai Wifi numpang sama Om."
"Anisa, jangan jadikan tugasmu ini sebagai alasan untuk menghindari perjodohan mu dengan Tirta! Jangan bikin malu keluarga kita!"
"Terserah Papa mau anggap Nisa bagaimana! Yang penting Nisa di sini memang sedang melakukan penelitian."
"Jangan lama-lama di sana! Kalau kamu macam-macam, Papa akan blokir ATM dan kartu kreditmu. Bukan itu saja, semua fasilitas akan Papa sita."
"Huh... terserah Papa."
"Ya sudah, Papa masih di restoran."
"Ya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Anisa menyesal mengangkat telpon dari Papanya. Namun ia tidak ingin jadi anak durhaka.
Anisa pun segera berwudhu' dan shalat Dhuhur. Jujur selama ini ia memang sering meninggalkan shalat. Tapi sejak kepergian Neneknya lima bulan yang lalu, ia bertekat untuk memperbaiki diri. Bahkan ia mulai belajar menutup auratnya sejak saat itu. Meski mungkin ia belum sepenuhnya syar'i, namun setidaknya ia sudah belajar pelan-pelan.
Di Madrasah.
Fatan sudah masuk ke dalam kelas. Pelajaran hari ini adalah ilmu Nahwu. Setelah menulis dan menerangkan. Fatan meminta anak-anak menghafal bersama nadhom Alfiah Ibnu Malik.
"Ayo anak-anak dibaca bersama-sama bait satu sampai sepuluh."
"Baik Ustadz. "
"Bismillahirrahmanirrahim...
Qola Muhammadun Huwabnu Maliki AhMadu Robbillaha Khoiro Malik
Musholliyan Alannabiyyil Musthofa Wa alihil Mustak MilinNas sharofha
Wa Asta’inulloha Fil Alfiyyah Maqoshidun Nahwi Biha Mahwiyyah
Tuqorribul Aqsho Bi Lafdin Mujazi Wa Tabsutul Badla Bi wa’din Munjazi
Wa taqtadi Ridhon Bi Ghoiri Sukhtin Fa Iqotan Alfiyyatabni Mu’thii
Wahwa Bi sabqin Ha’izun Tafdhila Musthaujibun Tsana’iyyal Jamila
Wallahhu Yaqdhi Bi Hibatin Wafirooh Liwalahu Fi Darojatil Akhirooh
Kalamuna Lafdhun Mufidun Kastaqim Wasmun Wa fi’lun Tsumma Harfunil Kalim
Wa Hiduhu Kalimatun Wal Qoulu ‘am Wa Kilmatun Biha Kalamun Qod Yu’am
Bil jarri Wattanwini Wannida’ Wa ‘Al Wa Musnadhin Lil Ismi Tamyiizu Hashol"
"Alhamdulillah, sekarang waktunya istirahat."
Mereka berebut untuk keluar kelas karena tidak sabar ingin membeli jajanan di warung dan kantin dekat sekolah. Fatan pun pergi ke kantor untuk berkumpul dengan pengajar lainnya.Di kantor sudah ada beberapa Ustadz dan Ustadzah. Di atas meja kantor juga sudah ada kopi dan camilan.
"Oh iya tadi Ustadzah Azizah belum kenalan sama Ustadz Fatan ya?" Tanya Ustadz Mukmin
"Iya belum Ustadz. Tadi saya datangnya agak telat karena ban sepeda kempes."
Fatan menangkup kedua tangannya begitupun Ustadzah Azizah.
"Ustadzah Azizah ini masih single lho, Ustadz." Ujar Ustadz Sukri.
Rata-rata pengajar di Madrasah ini sudah berkeluarga. Kecuali Ustadzah Azizah dan Ustadz Marwan, dan ditambah sekarang Ustadz Fatan.
Ustadzah Azizah memang lulusan pesantren. Pembawaannya yang kalem dan bersahaja dapat mengikat hati beberapa pria yang mengaguminya. Namun tidak dengan Fatan. Belum ada seorang wanita yang menggetarkan hatinya saat ini.
Ustadzah Azizah menunduk malu saat namanya disinggung oleh Ustadz Sukri. Fatan hanya menyimak pembicaraan mereka. Sedangkan Ustadz Marwan melirik Ustadzah Azizah.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
siap" kondangan 🤭
Si pendiam ketemu bar bar, rame lah hidup lebih berwarna
Otw resepsi bersana Aa' Fadil & neng Karmeila /Angry//Angry//Angry/ Aa' Fadil dan Abang Fatan doa kalian diijabah /Pray//Kiss//Kiss/
apa aku salah ingat ya kak?