Berkorban Demi Cinta

Di malam itu, Morgan menemani Kelly yang masih belum sadar sepanjang malam. Cahaya remang-remang dari lampu di sudut ruangan memantulkan bayangan lembut di wajah Kelly yang pucat.

Mata Morgan terus menatap gadis itu tanpa beralih pandangan, seakan-akan takut jika ia melepaskan pandangannya, Kelly akan menghilang. Perlahan, Morgan mendekatkan diri ke tempat tidur dan duduk di kursi sampingnya.

Pandangannya jatuh pada sepuluh jari Kelly yang terluka, dengan bekas luka yang tampak jelas di bawah cahaya lampu. Mata Morgan berkaca-kaca, penuh dengan rasa sakit dan penyesalan yang mendalam.

"Selama aku tidak berada di sisimu, hidupmu begitu menderita. Dan aku masih tidak tahu apa-apa. Kenapa saat aku keluar kamu tidak memberitahu aku?" Morgan berbicara dalam batinnya, suaranya terasa getir di dalam pikiran.

"Apakah karena kamu mengira aku akan membela adikku dan tidak percaya padamu? Apakah Billy pelaku utamanya?" Pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab, seolah-olah setiap luka di jari Kelly adalah misteri yang harus dipecahkan.

Morgan merasa hatinya berat. Ia tahu bahwa ia telah mengecewakan Kelly dengan ketidakhadirannya, tetapi lebih dari itu, ia merasa bersalah karena tidak mengetahui penderitaan yang dialami gadis itu.

Ia menggenggam tangan Kelly dengan lembut, merasakan dinginnya kulit gadis itu di telapak tangannya. "Aku berjanji, Kelly. Aku akan mencari tahu kebenarannya. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi, termasuk Billy, jika dia memang bersalah."

Morgan menundukkan kepala, air mata mengalir deras di pipinya. Malam itu terasa begitu panjang dan penuh dengan kesedihan. Di tengah keheningan malam, Morgan bertekad untuk menemukan jawaban dan memastikan Kelly mendapatkan keadilan yang pantas ia terima.

Di sisi lain kota, di sudut sebuah kafe yang tenang, Billy duduk berhadapan dengan seorang wanita bernama Zoanna. Mereka duduk di sudut ruangan, memastikan pembicaraan mereka tidak akan terdengar oleh siapa pun.

Aroma kopi yang kuat memenuhi udara, namun tidak cukup kuat untuk meredakan ketegangan di antara mereka. Zoanna menatap tajam ke arah Billy, matanya memancarkan ketidakpuasan.

"Kenapa gadis itu tidak dipindahkan saja ke penjara besar atau dikirim ke tempat lain? Kenapa masih membiarkan dia di sana?" tanyanya dengan nada penuh kegeraman.

Billy menarik napas panjang sebelum menjawab. "Siapa sangka kakakku akan ikut campur? Lagi pula, selama ini kakak tidak peduli padanya. Dan sekarang malah ingin membebaskannya setelah mengetahui Kelly ditahan," jawabnya dengan nada sinis.

Zoanna menggebrak meja dengan ringan, suaranya tegas dan penuh perintah. "Ini tidak bisa dibiarkan, Billy. Kamu harus menghentikan kakakmu!" ujarnya dengan nada yang tidak dapat dibantah.

Billy menggelengkan kepala, frustrasi. "Hingga saat ini, sudah terbukti kalau kakakku masih belum melupakan dia. Bukankah selama ini kamu di sisinya? Kenapa kakakku masih mencintainya?" tanyanya, nadanya penuh kebingungan dan kemarahan yang terpendam.

Zoanna menghela napas panjang, matanya menyipit menatap Billy. "Cinta memang rumit, Billy. Mungkin ada bagian dari dirinya yang tidak bisa melupakan masa lalu. Tapi kita harus memastikan rencana kita tidak terganggu oleh hal ini. Kita harus bertindak cepat."

Sementara itu, di luar kafe, seseorang berdiri diam-diam di balik jendela, kamera di tangan. Sosok itu mengambil beberapa foto mereka berdua, berusaha untuk tidak menarik perhatian.

Pria yang mengamati Billy adalah seorang penyidik utusan Lion. Setelah berhasil mengambil foto-foto yang menunjukkan pertemuan antara Billy dan Zoanna, penyidik tersebut segera menyerahkan bukti itu kepada Lion.

Lion menatap foto-foto itu dengan cermat, matanya menyipit penuh kecurigaan.

"Sepertinya hubungan mereka cukup dekat," ucap Lion sambil mengamati gambar yang memperlihatkan keakraban antara Billy dan Zoanna di kafe.

Penyidik itu, yang bernama Patrick, melanjutkan laporannya. "Selain itu, saya mendapat informasi bahwa Billy Zavierson pernah bertemu dengan atasan Harger. Kejadian itu sekitar empat bulan yang lalu. Menurut perkiraanku, pertemuan mereka terjadi saat Kelly Thompson berada di penjara. Itu berarti Billy terlibat dengan kejadian itu," ujarnya dengan nada penuh keyakinan.

Lion mengangguk perlahan, merenung. "Patrick, apakah Billy adalah orang yang menyiksa Kelly?" tanyanya dengan nada curiga.

Patrick menatap Lion dengan mata tajam. "Rekanku sedang mengikuti Billy, kita akan segera mendapatkan jawabannya," jawabnya tegas.

"Jangan sampai ada yang terlewat. Andaikan Kelly pernah menerima tindakan kekerasan, maka pelakunya tidak akan pernah lolos," ujar Lion dengan nada penuh determinasi.

Patrick melanjutkan laporannya dengan informasi tambahan yang sangat penting. "Billy Zavierson memiliki banyak anak buah, dan satu hal lagi. Rekanku mendapatkan rekaman bulan lalu. Saat itu Kelly baru dibebaskan. Billy mendatangi tempat tinggalnya. Tidak tahu apa tujuan sebenarnya," lanjut Patrick dengan serius.

Lion mengernyitkan dahi, mencoba merangkai semua potongan informasi yang telah ia terima. "Di antara mereka terjadi sesuatu yang kita tidak tahu. Pada saat Morgan di penjara Billy berada di luar negeri. Bisa dikatakan mereka tidak saling kenal. Apakah karena Billy menaruh dendam pada Kelly. Sehingga dia bertindak sembarangan?"

"Kita harus bertanya kepada korban, agar lebih cepat terpecahkan," kata Patrick.

"Kelly saat ini masih belum sadar, Dokter sudah mengatakan jangan memberi tekanan padanya. Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu kami harus selidiki sendiri," jawab Lion.

"Tenang saja! Rekanku sering mengintai Billy dan Zoanna. Andaikan mereka terlibat dan kita memiliki bukti kuat. Maka kita bisa menangkap mereka," ujar Taylor.

Keesokan harinya, Morgan didatangi oleh Lion dan Taylor untuk membahas hasil penyelidikan mereka. Mereka duduk di sebuah ruangan lain yang tidak jauh dari kamar pasien tempat Kelly dirawat. Morgan, yang semula tampak tenang, segera berubah raut wajahnya menjadi menakutkan setelah melihat hasil penyelidikan yang melibatkan orang-orang yang dia percayai.

"Apakah belum ada bukti kalau Billy adalah pelaku yang menyiksa Kelly?" tanya Morgan dengan nada suara yang tegang.

"Tuan, kami sedang menyelidiki rekaman CCTV yang berada di sekitar rumah korban. Untuk saat ini, yang kami temukan adalah bahwa Billy Zavierson mendatangi korban setelah korban dibebaskan dari penjara," jawab Taylor dengan hati-hati. "Namun, kami masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dapat menunjukkan kesalahannya.

"Morgan menghela napas panjang, menandakan ketidaksabarannya. "Aku tidak ingin menunggu lama lagi. Aku akan segera menahan Billy sekarang juga dan bertanya padanya secara langsung!" ujarnya dengan tegas.