NovelToon NovelToon
KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:21.5k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[Cerita ini emang slow burn di ARC 1. Kalo tidak sabar baca, mending tidak usah baca daripada bacanya loncat-loncat]

Bumirang Tunggak Jagad terlahir dengan menanggung kutukan karmaphala yang turun temurun diwariskan oleh leluhurnya. Di sisi lain, dia juga dianugerahi keistimewaan untuk bisa menghapus karmaphala tersebut karena terlahir dari satu-satunya keturunan perempuan. Dia juga dianugerahi wahyu agung oleh semesta karena pengorbanan kedua orang tuanya.

Dia harus mengembara sambil menjalani berbagai macam tirakad serta melakukan banyak kebajikan sebagai upaya untuk menghapus karmaphala bawaan tersebut. Pemuda itu pun disinyalir sebagai utusan semesta yang akan meruntuhkan sang penguasa lalim.

Akan tetapi, musuh yang harus dia hadapi tidak hanya sang raja lalim beserta para pengikutnya, tetapi juga dirinya sendiri. Dirinya yang penuh amarah, Baskara Pati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENGLIHATAN

Kunci semua misteri adalah Eyang Pamekas. Walaupun tidak berniat selamanya menyimpan rahasia, tetapi pria tua itu juga tidak ingin dengan gamblang menjabarkannya. Dia hanya membekali Bumirang dengan kaweruh yang kelak bisa dijadikan petunjuk.

"Bumirang, aku lapar!" Teriakan Kamandaka mengalihkan perhatian Bumirang.

Tanpa mengatakan apa-apa, dia meletakkan buntalan kain di atas batu, kemudian memasukkan tangan ke dalamnya dan begitu ditarik ke luar, sebuah benda mirip cangkir minum berwarna perak ada di tangannya. Benda itu ada tutup berbentuk kerucut menyerupai menara istana.

Asap putih mengepul ke luar ketika tutupnya dibuka. Awalnya hanya tipis, tetapi lama-kelamaan menjadi sangat tebal dan secara alami membentuk sosok manusia. Tidak lama kemudian Kamandaka sudah berdiri sambil meregangkan otot-otot.

"Akhirnya aku bisa bergerak bebas lagi ...."

Bumirang tersenyum geli melihat tingkahnya. "Duduklah dan makan ini." Dia memberikan sesuatu yang dibungkus daun pisang dan satu bubu kepada Kamandaka.

Setelah menerima makanan wajahnya berseri-seri, Kamandaka pun duduk di atas rerumputan dan langsung melahapnya dengan rakus. Entah sudah lupa bagaimana rasanya menjadi anak orang kaya yang terbiasa memakan hidangan lezat, atau memang seperti itulah aslinya dia---tidak pernah pilih-pilih makanan. Apa pun yang diberikan selalu dilahap sampai habis tanpa komplain sedikit pun. Bahkan jika itu hanya beberapa buah pisang kukus yang sengaja Bumirang simpan untuknya.

Ketika sudah duduk bersila di atas batu, Bumirang berkata, "Kamandaka, aku harus bersemedi. Kamu jangan berkeliaran ...."

Dengan mulut penuh, Kamandaka menyambung ucapan Bumirang, "... tetap di dekatmu kalau tidak ingin tersesat dalam gelap dan dimakan binatang buas. Aku tau. Sana tidur saja, aku akan menjagamu. Apa enaknya tidur sambil duduk? Dasar aneh."

Setelah mengoceh, Kamandaka bersikap acuh tak acuh dan kembali makan. Lagaknya seperti orang waras yang benar-benar bisa diandalkan. Bumirang tidak bisa menahan senyum, bahkan sempat terkekeh ringan sebelum akhirnya memejamkan mata dan memusatkan pikiran.

Semadi untuk tirakat berbeda dengan semadi‐semadi lain yang kerap Bumirang lakukan, juga tidak sama dengan semadi khusus ketika bulan mencapai paripurna. Bila biasanya dalam semadi-semadi itu dia membuka hati dan pikiran serta seluruh panca indra supaya bisa melihat, merasakan, dan mendengar aktivitas semesta, dan khusus di malam purnama untuk menyerap cahaya dan energi rembulan, beda halnya dengan semadi tirakat di bulan mati. Dalam semadi tirakat, Bumirang justru harus menutup rapat-rapat hati, pikiran, serta seluruh panca indra. Dia diharuskan hanya boleh merasa, melihat serta mendengar apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri.

Dalam hening, Bumirang bisa merasakan sesuatu yang selama ini tersembunyi di lubuk hati yang paling dalam perlahan merayap ke cahaya. Sosoknya hanya berupa asap hitam, meliuk-liuk seperti ular membelit tubuh Bumirang dan berbicara dengan suara Bumirang juga.

Sisi gelap itu berkata, "Akhirnya ada sedikit titik terang tentang kedua orang tua yang selama ini sangat kamu rindukan, Bumirang. Kamu bahagia? Ya, tentu saja kamu harus bahagia. Tapi bagaimana dengan mereka? Bagaimana perasaan mereka jika tau kamu malah menolong anak orang-orang yang telah berkhianat?"

"Tentu saja mereka akan bangga." Bersamaan dengan hadirnya suara Bumirang yang ini asap putih muncul menyerupai sosok manusia dan meliuk-liuk di hadapan pemuda itu.

"Membohongi diri sendiri itu tidak enak, Bumirang. Capek. Sampai kapan akan terus berpura-pura baik-baik saja, huh? Kamu sudah melihatnya, bukan? Api .... Api itu---"

Asap putih menyela, "Orang-orang durjana itu sudah mendapatkan balasan---"

"Anak macam apa kamu, huh?!" Asap hitam murka dan semakin kuat membelit Bumirang, sampai-sampai wajah Bumirang mengernyit dan berkeringat. "Mana baktimu?! Seharusnya kamu tidak usah pedulikan bocah tidak waras itu!"

"Dia tidak tau apa-apa---"

"Dia juga bukan tanggung jawabmu! Untuk apa kamu membawanya?!"

"Di dunia ini tidak ada yang kebetulan terjadi. Eyang Pamekas selalu mengatakan---"

"Untuk apa kamu mempercayai pria tua pembohong itu?! Dia pembohong besar, Bumirang! Apa pun yang dia katakan hanyalah tipu daya!"

"Jangan dengarkan dia, Bumirang!"

Dua sisi dalam diri Bumirang terus berdebat, membuat jiwanya terombang-ambing di antara kobaran amarah dan lautan ketulusan. Meskipun di dalam dirinya terdapat banyak keistimewaan, tetapi Bumirang tetaplah manusia biasa yang bisa merasa sakit juga marah. Tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, kerinduan Bumirang terhadap mereka merupakan momok paling menakutkan jika sisi gelap dalam hatinya sudah mulai bersuara.

"Lihatlah itu, Bumirang ...."

Lidah-lidah api tiba-tiba muncul di bidang pandang Bumirang, berkobar liar melalap apa saja yang ada di dekatnya. Suara jerit pilu menyayat hati terdengar, meratap memanggil namanya.

Tubuh Bumirang menegang, telapak tangan yang semula terbuka tengadah di atas paha perlahan mengepal. Wajahnya sekarang tidak hanya basah oleh peluh, tetapi juga air mata. Siksaan semacam inilah yang kerap dialaminya ketika tengah menjalani tirakat bulan mati. Dia harus bertarung melawan diri sendiri untuk mengalahkan sisi gelapnya. Hasil akhir pergumulan menentukan akan menjadi seperti apa Bumirang setelahnya.

Dalam mode seperti itu, Bumirang benar-benar terisolasi dari dunia luar. Apapun yang berlaku di sekitar, dia tidak bisa mendengar ataupun merasakan. Kamandaka memperhatikan raut wajah Bumirang yang tampak tidak baik-baik saja. Dia perlahan mendekat, lalu berlutut di hadapan Bumirang dan memperhatikan wajahnya dengan saksama.

"Huh? Ada cahaya di dahinya."

Setelah cukup lama memandang, rasa ingin tahu pun tidak mampu Kamandaka bendung. Perlahan dia mengulurkan tangan hendak menyentuh titik cahaya yang samar-samar menembus ikat kepala Bumirang. Namun, sebelum ujung jarinya berhasil menyasar target tiba-tiba sebuah benda menyerupai sabit, menyala-nyala, melayang ke arah Bumirang. Saat itu juga, sebuah bola cahaya kebiruan melesat secepat kilat merasuki tubuh Kamandaka.

Wajah dan sikap bodohnya seketika sirna. Matanya tiba-tiba menatap tajam, gestur pun tegak waspada, dan secepat bayangan berkelebat tangan kanannya menangkap sabit menyala-nyala yang hendak menghantam Bumirang.

"Kurang ajar!" Bersamaan dengan raungan murka suara perempuan, cahaya merah berkelebat dan langsung menghantam tangan Kamandaka yang sedang memegang sabit api. Benda itu terpelanting ke udara, sedangkan tubuh Kamandaka terdorong mundur dan berhenti saat menghantam pohon.

"Ugh ... uhuk uhuk ...." Kamandaka melenguh kesakitan dan terbatuk-batuk sambil memegangi dada yang rasanya seperti ditusu-tusuk. Sedikit darah segar mengalir di ujung bibir kanan dan dia pun perlahan mengelapnya menggunakan punggung tangan.

Perempuan tua jelamaan sabit api dan perempuan muda jelmaan cahaya merah, berdiri angkuh menatapnya. Ketika Kamandaka menaikan pandangan dan bertemu tatap, senyum culas dan tatapan penuh angkara tampak jelas di wajah mereka. Secara naluriah Kamandaka mengalihkan perhatian kepada Bumirang yang posisinya berada dalam jangkauan kedua perempuan itu.

Celaka. Apa yang harus aku lakukan? Aku cepat, tapi kedua wewe (perempuan dalam bahasa nyilu; bahasa siluman) ini juga cepat.

1
Teguh Irawan
Semangat Thor. Good story, fantastic World Building, unique names 👍
Uchiha Sasuke
Bagus banget👍
Windy Veriyanti
woalaaa ternyata Singgih adiknya Nyi Ratih...
pantesan Nyi Ratih main gampar aja 😁
Windy Veriyanti: iyaaa...luwes dan renyah banget ngegamparnya
Alta [Fantasi Nusantara]: Bak buk terus🤣🤣🤣
total 2 replies
Anny
Aku juga tidak😌😌😌😌
Anny
Astaghfirullah /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Anny
Barbar sekaleee Anda😅😅😅
Anny
Hah?😳😳 gara-gara Raden Panji dan Dewi Nilam kah?
Anny
Nyai Ratih ini tipe tegas cenderung kasar di luar tapi lembut dan baik di dalam/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ Napa jadi kayak kue
Alta [Fantasi Nusantara]: Kayak durian malah 🤣
total 1 replies
Adian
Kok jadi marah-marah terus sih dia🥲🥲🥲🤦
Adian
Paket komplit umpatannya 😅😅
Alta [Fantasi Nusantara]: Mantul🤣
total 1 replies
Adian
OhmeGod 😳
AFighter
Aku juga tidak percaya/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
AFighter
Bumirang ketiduran itu jelas jelas HOAX/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Alta [Fantasi Nusantara]: 🤣🤣🤣🤣🤣 betul banget
total 1 replies
AFighter
Waduh, jangan-jangan gara-gara nolong orang tua Bumirang 🤧🤧🤧
AFighter
Jadi beneran Kidung Tilar?
Windy Veriyanti
Kamandaka ini menyusahkan namun sekaligus membuat memeriahkan suasana 😅
Alta [Fantasi Nusantara]: Karena ada dia suasana jadi terasa hidup🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Yudistira
Bau-baunya bakal penuh pembalasan dendam yang klasik dan membosankan. Simpan buat nanti aja. Mau cari cerita yang lain dulu.
Alta [Fantasi Nusantara]: Oooo, pantesan. Baru netes dari cangkang ternyata.
total 1 replies
Rinchanhime
mendisplinkan Bumirang jadi hobi /Facepalm//Facepalm/
Rinchanhime
wow kuat sekali Srikanti
Rinchanhime
benar, sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!