Sweet Like Sugar

TRIIRIRINGGG...

TRIRIRIRINGGG....

Suara dering telepon di pagi hari, aku yang masih tidur jadi terbangun dengan suara dering itu.

Tanganku mencoba meraih ponsel yang ada di atas meja.

"Siapa sihh?" gumamku sambil melihat nomor yang meneleponku di pagi buta begini.

Ternyata itu adalah nomor yang tidak dikenal, aku mengangkat panggilan dan menempelkan ponsel di telinga.

"Halo?" sapaku

"Selamat pagi ibu Yona Hirahara. Saya adalah staff HRD perusahaan S-Smartphone, ingin memberitahukan jika lamaran anda lolos ke tahap wawancara! Silakan datang ke kantor perusahaan pagi ini pukul 9.00 pagi" jelasnya

"Wah, benarkah? Terimakasih!" sahutku gembira

"Baik, jangan sampai telat dan ingat untuk selalu terlihat rapi. Kami menunggu kedatangan anda"

TUTTT...

TUTTT...

Sambungan telepon pun diputus, aku langsung beranjak berdiri dari kasur.

"YESS! YATTAA!! UHUY..." Aku bersorak gembira sambil berjoget ria di depan kaca.

"Hmm baik, terimakasih sudah mengundang saya untuk melakukan sesi wawancara pada hari ini" gumamku sambil mencoba mengendalikan ekspresi wajah agar keliatan elegan.

"Aduhh aku harus memakai baju apaa? Bingung aku tidak punya baju bagus untuk pergi wawancara kerjaaa!"

Aku mengobrak-abrik isi lemari, ekspresi ku cemberut saat tidak menemukan baju yang cocok untuk pergi wawancara.

"Apakah Renji sudah pergi bekerja? Dia bahkan menghilang begitu aku membuka mata di pagi hari" gumamku

Aku berlari keluar kamar dan turun ke lantai bawah.

"RENJII!" panggilku semangat

"Nyonya? Kenapa anda berlarian seperti itu?" tanya Suri yang masih membawa keranjang cucian

"Suamiku ada dimana?" tanyaku

"Mungkin Tuan sedang sarapan di meja ruang makan" jawabnya

Seketika aku langsung berlari menuju ruang makan mencari Renji.

"Berhati-hatilah! Ada apa dengan ekspresi gembiramu itu?" tanya Renji yang mengelap bibirnya dengan tisu.

"Sayanggg! Aku lolos wawancara kerja!" jawabku semangat.

Aku memeluk lehernya Renji dari belakang dengan erat, Renji menggenggam tanganku, menoleh, dan kemudian menarik tubuhku kepangkuannya.

"Selamat ya istriku, tapi ini baru tahap wawancara. Kau tidak perlu seheboh itu" katanya

Aku menggembungkan pipiku dan cemberut

"Jadi kau tidak suka kalau aku bahagia?" tanyaku

"Bukan begitu! Kenapa kau mengartikan kata-kata ku dengan jahat seperti itu? Kau mau apa?" tanyanya

"Aku tidak punya baju bagus untuk pergi wawancara." aku menggerutu

"Apa? Istri seorang Renji Hirahara tidak memiliki pakaian bagus? Apa kata dunia nanti? Kita berbelanja sekarang " kata Renji yang membangunkan ku dari pangkuannya

"Aku belum sarapan, dan wawancaranya jam 9 pagi ini." aku menggerutu lagi

"Astaga bocah satu ini, makan dulu!"

Renji menyuapiku sepotong roti yang berisi selai nanas yang asam manis.

Aku pun di suruh bergegas agar segera bisa pergi berbelanja sebelum wawancara kerja.

......................

Sesampainya di sebuah toko baju bergengsi yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" sambut pegawai tokonya dengan sangat ramah

"Aku membutuhkan pakaian untuk wawancara kerja, pilihkan yang cantik dan tentunya elegan" kata Renji kepada pegawai tokonya

"Baik, kalau boleh tau pakaian untuk siapa ya?" tanya pegawainya

"Istriku" jawab Renji

Tangannya merangkul pundakku, mengelus rambutku, dan seakan-akan dia sedang memperlihatkan kemesraan pasangan suami istri di depan pegawai toko itu.

"Silakan ke sebelah sini" kata pegawai itu sambil mengarahkanku dan Renji ke tempat pakaian kerja khusus perempuan.

Pegawai itu merekomendasikan beberapa pakaian yang bagus-bagus. Aku mencoba semua yang di rekomendasikan oleh pegawai itu.

"Bagaimana? Bagus ngga?" tanyaku kepada Renji

"Bagus, tapi coba yang lain" sahutnya

Setelah beberapa kali mencoba, aku lelah. Sampai pada saat percobaan terakhir, akhirnya Renji puas dan bilang itu sangat cocok denganku.

"Kami mengambil semuanya" kata Renji yang membuatku dan pegawai toko itu terkejut

"Semuanya? Tapi aku tidak membutuhkan semua itu, cukup beberapa stel saja!" kataku menyangkal kata Renji

"Kenapa? Kan aku yang membelinya" kata Renji bebal

Akhirnya semua baju dibeli olehnya, pegawai toko sangat berterimakasih.

......................

Singkat cerita, aku sudah sampai di perusahaan S-Smartphone untuk melakukan wawancara kerja.

Renji memberiku semangat agar aku tidak gugup. Setelah ku memantapkan hati, 10 menit kurang dari jam 9 pagi. Renji pergi ke kantornya, meninggalkanku disana bersama harapannya.

Setelah Renji pergi, aku naik ke lantai atas menuju ruang HRD untuk melakukan sesi wawancara.

"Selamat pagi bu Yona Hirahara, anda benar-benar datang tepat waktu. Apakah anda adalah orang yang begitu disiplin? Silakan masuk, mari kita lakukan sesi ini lebih cepat" kata staff HRD yang akan mewawancarai ku

Aku masuk, dan kemudian duduk di kursi yang sudah di sediakan. Hanya ada aku dan pewawancara di ruangan itu.

Suasana terasa sangat menegangkan, seperti sedang mengulang sidang skripsi waktu kuliah. Sorot mata pewawancara terasa sangat mengintimidasi.

DEG...DEG...DEG...

Jantungku berdegup kencang, tanganku gemetar, senyumku terlihat begitu tegang dan canggung.

"Selamat pagi, jangan tegang begitu. Saya tidak akan menggigit anda hahaha" candanya

"Apakah kandidat sesi wawancaranya hanya saya seorang?" tanyaku yang daritadi tidak melihat kandidat lain di luar

"Benar, hanya anda yang melamar di perusahaan ini sebagai asisten manager promosi. Sudah lama posisi ini kosong, tapi baru sekarang ada yang melamar di posisi ini, kami sangat senang mendengarnya. Jadi sesi wawancara ini hanyalah formalitas saja, ada yang melamar sudah pasti diterima. Apalagi saat melihat profil lamaran anda, anda benar-benar orang yang ingin perusahaan ini milikki. Jadi, anda bisa langsung bekerja mulai hari Senin" jelas pewawancaranya

Aku tercengang, aku mendapatkan pekerjaan dengan semudah ini.

"Kandidat pelamar hanya aku sendirian, jadi wajar jika aku langsung diterima untuk bekerja. Tapi bukankah ini hanya keberuntungan semata? Tidak ada musuh di dalam pertempuran ku, jadi aku bisa menang tanpa melakukan apa-apa. Entah kenapa aku merasa tidak begitu senang dengan hal ini" kataku di dalam hati

Sesi wawancara pun berakhir dan aku diijinkan untuk pulang. Aku masih tidak percaya akan diterima bekerja dengan begitu mudah seperti ini, bahkan di perusahaan smartphone yang sebesar ini.

Aku berjalan melewati beberapa pekerja staff di sana, aku sesekali menyapa mereka dan tersenyum.

"Eh bukankah itu karyawan baru yang akan bekerja Senin depan? Dia sangat beruntung begitu mengajukan lamaran langsung di terima, bahkan posisinya tidak main-main." kata salah satu karyawan disana berbicara dengan temannya

"Iya, dulu aku sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Harus berlomba-lomba agar bisa masuk ke perusahaan ini" jawab temannya

"Aku dengar dia itu dari keluarga pengusaha yang kaya raya, jangan-jangan dia memakai kekuatan orang dalam?"

"Ah tidak mengherankan sih, hal itu emang sudah ada sejak dulu"

Aku mendengar mereka membicarakanku dengan terang-terangan, tapi aku tidak menanggapinya dan hanya menghiraukan nya.

"HEY KALIAN! Apa sekarang waktunya bergosip? Kerjakan pekerjaan kalian! Kalau tidak selesai hari ini kalian akan lembur tanpa gaji tambahan!" teriak atasan mereka yang terlihat sangat galak

"Bukankah perusahaan akan memberikan gaji lembur seperti biasa, kenapa sekarang tiba-tiba tidak diberikan? Anda kan bukan direktur perusahaan" sahut salah satunya

"Berani sekali kau melawan, kau kira hal itu tidak bisa terjadi? Kalian memang tetap mendapatkan gaji lembur perjam, tapi uangnya akan masuk ke rekening ku, bukan ke rekening kalian! Makanya kerja yang bener biar ga kejadian seperti itu!" ancam atasannya

Aku yang mendengar hal itu jadi takut, betapa kejamnya dunia yang sesungguhnya.