NovelToon NovelToon
Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:247.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Budy alifah

Rumah tangga Nada Almahira bersama sang suami Pandu Baskara yang harmonis berubah menjadi panas ketika ibu mertua Nada datang.

Semua yang dilakukan Nada selalu salah di mata sang mertua. Pandu selalu tutup mata, dia tidak pernah membela istrinya.

Setelah kelahiran putrinya, rumah tangga mereka semakin memanas. Hingga Nada ingin menyerah.

Akankah rumah tangga mereka langgeng? Atau justru akan berakhir di pengadilan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Budy alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13

"Hai, beli apaan?" tanya Pandu saat berhasil menemukan Eva kembali.

"Jalan-jalan saja, tadi aku mau ajak kamu sama Jimmy tapi kamu tidak bisa dihubungi," katanya dengan tersenyum.

Pandu bergegas mengecek ponselnya, ia melihat ada tiga panggilan tak terjawab.

"Maaf, ya, aku tidak mendengar," katanya sedikit bersalah.

Dari kejauhan Nada melihat Pandu yang menemui Eva, ia tersenyum kecut. Suaminya tega membohonginya, menyapa teman kantornya tidak cukup sekedar sapa.

Nada mengusap air matanya, lalu kembali ke mobil terlebih dahulu seperti yang dikatakan oleh suaminya.

Nada berusaha untuk positif, dan bertahan jika yang dia lihat salah. Dia menginginkan rumah tangganya damai.

"Kita pulang," kata Pandu dengan wajah berseri. Padahal sebelum bertemu Eva dia badmood.

"Teman kamu tadi cantik banget, ramah pula," ujar Nada. Ia mencoba memancing suaminya untuk mengatakan tentang sahabat kantornya.

"Kata teman-teman emang paling cantik di kantor," jawabnya tanpa melihat Nada dia fokus menyetir.

"Kalau menurut kamu bagaimana?" tanya Nada.

"Cantik," ucapnya ragu dia mulai mengerti mengerti kalau istrinya itu cemburu.

"Pasti beruntung yang jadi pacar atau suaminya. Mendapatkan cewek anggun seperti dia," kata Nada dengan senyum kecut. Dia membandingkan dirinya sendiri dengan Eva.

"Kamu jangan mulai deh, kamu senang sekali cemburu tidak jelas," omel Pandu wajah berserinya memudar.

Ucapan Nada membuat suasana hati Pandu kembali jelek. Dia merusak kebahagiaan yang tercipta padanya.

"Mungkin kalau aku lepas jilbab, pakai seksi bakalan banyak yang suka," kata Nada tidak nyambung dengan Pandu.

Ia menutup pintu mobil dengab keras, Nada mendengus keras. Dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, kenapa ingin bahagia dengan suaminya itu susah sekali?

"Nada maksud kamu apa?!" Pandu berlari mengejar Nada ke kamarnya.

"Jangan teriak-teriak Mas, Shanum sudah tidur," kata Nada sembari melepas kerudung dan gamisnya berganti dengan piyamanya.

"Kamu bilang apa tadi?" Pandu meminta Nada mengulang ucapanya.

"Ngomong apa emang?" tanya Nada balik. Ia masuk ke kamar mandi lalu mencuci muka.

"Nada, bisa tidak kamu menghargaiku. Aku sedang bicara." Pandu kesal merasa diabaikan.

Nada mengusap wajahnya dengan handuk kecil, "Ada apa sih Mas?" Nada naik ke ranjang duduk dengan menyelonjorkan kakinya yang lelah setelah muter-muter mall.

"Maksud kamu apa ingin melepas hijabmu?" Pandu berdiri di samping Nada. Ia meradang mendengar istrinya ingin melepas hijab dan berpakaian seksi.

"O, itu, sepertinya kamu suka yang seksi. Aku hanya ingin disukai kamu." Nada menadahkan kepalanya sembari tersenyum manis ke arah Pandu.

"Siapa bilang? Kamu kalau cemburu selalu saja kelewatan. Dia cantik bukan berarti aku suka kan?" tegas Pandu.

"Iya," katanya sembari merebahkan tubuhnya menarik selimut setinggi dada.

"Nada, aku masih bicara!" bentak Pandu, dia merasa masalahnya belum selesai, tapi Nada tidak mau membahasnya lagi.

"Mas, kamu tidak capek? aku saja udah mengantuk," katanya tanpa melihat Pandu.

Cairan panas kembali menetes di pipi Nada setelah kepergian suaminya, Nada berusaha tidak berdebat dengan Pandu. Keinginannya itu simple, agar sang suami tidak tergoda oleh perempuan mana pun.

Sampai terucap kata-kata seperti itu karena dia sudah pusing. Cara apa yang bisa membuat dia menyukainya.

Sampai larut malam Pandu belum bisa tidur, dia duduk ruang tamu mencari ketenangan. Kejadian sore itu membuat dia kesal dengan Nada. Dia merasa kecemburuan Nada itu sudah kelewat batas.

Dia bosan dengan kecurigaan yang dialamatkan kepada dirinya. Sedangkan dia tidak melakukan apa-apa.

"Lama-lama aku bosan bersama dengan Nada," ucapnya sembari merebahkan tubuhnya di sofa.

...----------------...

"Kamu kenapa lesu seperti itu? Kurang tidur? tanya Wina ketika Pandu pergi ke rumah yang dia beli untuk ibu dan adiknya.

"Iya Buk, capek aku," katanya sembari menyenderkan punggungnya di sandaran sofa.

"Aku pijitin Mas kalau capek," kata Ayu sembari membawa air minum dingin untuk kakaknya.

Pandu tersenyum dengan tawaran yang diberikan oleh adiknya itu. Selama ini dia tidak mendapatkan dari sang istri.

"Tidak usah, terima kasih, bagaimana kuliah kamu?" tanya Pandu sembari menyeruput minumannya.

"Lancar, Mas, kapan aku dibelikan mobil?" tanya Ayu, ia sudah capek ke mana-mana naik taksi. Dia juga malu sama teman-temannya karena hanya dia yang naik taksi.

"Sabar, nanti kalau sudah terkumpul uangnya Mas belikan," kata Pandu sembari mengusap kepala Ayu lembut.

"Makanya kamu itu jangan sering ajak istrimu belanja. Kasih secukupnya, biar istrimu tidak tahu kamu kirim ke ibu sisanya," ujar Wina dengan wajah kesal. Tidak ada raut bahagia saat dia membicarakan menantunya.

Baginya uang anaknya itu adalah uangnya, karena tulang punggung keluarganya adalah Pandu. Jadi yang berhak mengurus keuangan Pandu adalah dirinya.

"Iya Buk," katanya dengan malas. Dia datang ke rumah barunya berharap bisa tenang tapi justru semakin dibuat pusing.

Pandu memilih pergi lagi, mengajak Jimmy untuk ke kafe untuk ngopi. Menghilangkan penat yang ada di kepalanya.

"Kau masih pakai baju yang sama belum pulang?" tanya Jimmy sembari menatap dari ujung kaki sampai ujung kepala. Yang masih sama dengan pagi di kantor.

"Pusing aku," katanya sembari mengacak-acak rambutnya.

"Ada apa lagi?" tanya Jimmy.

"Istriku itu terus mencurigaiku yang tidak-tidak, mana dia tidak menghargaiku lagi sekarang," curhat Pandu.

"Kan aku sudah bilang, senang-senanglah sama Eva. Jadi, kalau kau pusing di rumah masih ada yang membuat semangat," kata Jimmy, ia memberikan saran yang sesat.

"Kenapa harus Eva? Kamu suka sama dia?" Pandu mengerutkan keningnya.

"Bukan aku, tapi Eva yang suka kamu. Dia itu hampir setiap hari bertanya samaku tentangmu," papar Jimmy dengan jengah. Ia menunjukan pesan-pasan yang dikirim oleh Eva kepadanya.

"Dia kan tahu aku sudah beristri." Pandu memberikan ponselnya setelah selesai membaca pesan-pesannya.

"Tahu, dia juga tidak keberatan. Kau pakai pelet apa sampai cewek tercantik di kantor klepek-klepek?" Jimmy menggerak-gerakkan kedua alisnya.

"Sembarangan, memang aku tampan kali jadi suka," kata Pandu dengan percaya diri.

Mereka berdua tertawa renyah, suasana hati Pandu lumayan membaik.

"Apa perlu aku panggil Eva ke mari. Biar tambah meriah?" tanya Jimmy.

"Boleh." Pandu menyetujui ide dari Jimmy.

Pandu mulai tertarik dengan perkataan Jimmy, dekat dengan Eva tapi tanpa sebuah hubungan. Seperti kata Jimmy anggap Eva sebagai selingan ketika dia jenuh dan bosan kepada Nada.

"Pandu, ngomong-ngomong istri kau itu cantik. Kenapa kau merasa bosan?" tanya Jimmy. Dia mengakui kalau Nada itu cantik dengan busana yang menutup aurat membuat dia semakin anggun menurut Jimmy.

"Tadikan aku sudah bilang, dia itu terus curiga. Cemburu tidak jelas, masa sama adik kandungku cemburu?" tuturnya sembari menggeleng kepala kalau mengingatnya.

Jimmy menyeringai, "Parah sih itu, kalau aku mungkin sudah bercerai. Tapi, kenapa kamu masih bertahan?"

1
guntur 1609
ceritanya mantap. tapi yg buat kesal tokoh pandu yg muka tembok tingkat dewa. aku tggu ceritamu yg lain ya thor
guntur 1609
baru kalian dapat imbangnya kan.cocok mereka dapat menantu sprti vero
guntur 1609
dih ni sipandu emang muka tembok. tingkat ke pedean sdh tingkat dewa. jadi susah tk menghikangkanya lagi
guntur 1609
hahaha dasar hugo cemen
guntur 1609
hahahah mantap hugo
guntur 1609
hahahahhah radain loe pandu
guntur 1609
lah dasar begok. kau ja kalau sewa pelacur harus bayar. apalagi kau sdh ounya istri dan aanakmu. emangnya biaya hidup murah. dasar peak
guntur 1609
bagus tuh jim. otak sipandu gak akan berubah dan sadar
guntur 1609
makanya jimy jangan mendengarkan omongan sebelah pihak saja
guntur 1609
mamous kakian. tanpa kalian ketahui perusahaan yg ditempat kerja pandu adalah punya nada.
guntur 1609
dasar keluarga toxic gila. pandu gak sadar selama ni biaya rumah tangga banyak dibantu sm nada. biarkan saja tinggalkan mereka nada. keluarga toxic jangan dioertahankan lagi
guntur 1609
dasar suami gila. bisanya dia mengabaikan ank dan istrnya
guntur 1609
aku rasa ayu bukan adik kandung pandu
Enik Heri Purwanti
Terimakasih Author, sangat suka,terus berkarya 👍👍👍🙏😍😍😍
Kadek Bella: terima kasih thoor,,, sangat bagus cerita nya
total 1 replies
Enik Heri Purwanti
lanjut Thor... sangat bagus ceritanya 👍🙏😍
Safa Almira
zyuka
Enik Heri Purwanti
Luar biasa, sangat menarik.Bikin penasaran kelanjutannya 👍😍🙏💪💪
Zahara Arifin
Lumayan
Zahara Arifin
Buruk
Daplun Kiwil
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!