Menceritakan tentang Vela, gadis yang tiada karena di bunuh oleh orang yang telah membunuh kekasihnya. Ia terbangun di kehidupan sebelumnya, pada masa Dinasti Kerajaan. Ia seorang Putri Kerajaan bernama Tania, Putri lemah yang dibenci oleh ayahnya dan selalu disiksa oleh saudara dan ibu tirinya.
Putri Tania sangat membenci Raja Oberon, Laki-laki yang sudah lama akan dijodohkan dengannya, Tania dan keluarganya tidak bisa menolak perjodohan itu, karena Raja Oberon adalah Raja terkuat, terkejam, dan ialah Raja di atas para Raja. Namun, bagi Vela, Raja Oberon adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Saat tiba-tiba Putri Tania (Vela) menerima Perjodohan nya dengan Raja Oberon, saat itulah semuanya berubah. Di mulai Tania yang membalas semua perlakuan ayah dan ibu tirinya, melalui kekuasaan yang diberikan Raja Oberon, dan munculnya orang-orang terdekat Vela.
#1 Fantasi series
#Kalau suka jangan lupa jejaknya❤
#*** Konten UwU tinggi ya
#1000% karya original
#Plagiat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18 : Sia-sia
“Awhh, pelan-pelan!”
“Maaf, Tuan Putri.”
Sekarang semuanya berkumpul di kamar Bianca, dengan Bianca yang sedang di obati oleh tabib. Pukulan dari Tania memang tidak main-main.
Tania sedari tadi menunduk dengan memegang tangan Oberon di sebelahnya, sementara Raja Atlas dan Ratu Miranda sudah menatapnya tajam.
“Berhenti menatapnya seperti itu!” Suara dingin Oberon membuat Raja Atlas dan Ratu Miranda menghembuskan nafasnya kasar, berusaha meredam emosi yang siap mereka keluarkan untuk Tania.
“Tania, apa kau sengaja menghajar adikmu seperti itu?” Tanya Ratu Miranda dengan nada rendah, jelas seolah meredam amarahnya.
Tania dengan cepat menggeleng, “Bianca saja yang tidak bisa menangkis serangan ku, aku benar-benar tidak sengaja, Oberon pun melihatnya, benar bukan?” Tanya Tania polos dengan menghadap Oberon, ia yakin pasti Oberon akan meng-iyakan apapun yang dikatakannya.
Oberon mengangguk, “Putri Bianca saja yang terlalu lemah untuk melawan Putri Tania.” Ucapnya santai, namun kata-katanya benar-benar menusuk bagi Bianca.
Lemah? Jika aku gunakan sihir ku pasti Tania sudah terkapar lemah! Batinnya kesal.
“Bianca, kenapa kau tidak bisa melawan Tania yang baru belajar satu hari?” Tanya Raja Atlas bingung, Bianca menggeleng, “Aku tidak tau, mungkin karena aku sudah lama tidak latihan.” Sebenarnya Bianca memang mengakui kemampuan beladiri Tania memang kuat, tapi dia tidak ingin mengaku lemah.
“Dan, Tania. Jika Bianca sudah tidak bisa melawan kenapa kau masih melawannya?”
“Hmm, ku pikir dia masih bisa melawan. Karena tidak mungkin rasanya Bianca terlalu lemah melawan ku.” Dari ucapan Tania jelas ada rasa mengejek yang di ucapannya.
“Sudahlah, tidak apa-apa. Hmm, bisakah kalian keluar? Aku ingin istirahat.” Ucap Bianca setelah tabib selesai mengobatinya, jika pembicaraan dilanjutkan pasti ia akan menjadi pihak yang terasa lemah.
“Baiklah, semoga kau cepat sembuh, adik.” Ucap Tania lembut dan tersenyum manis, ia keluar kamar Bianca diikuti Oberon.
Lelah sekali rasanya aku melakukan drama. Batin Tania.
Namun ada yang di takutkan Tania saat ini, yaitu Oberon.
“Oberon.” Panggilnya.
“Kenapa, hm?” Tanyanya lembut.
“Umm, itu. Apa menurutmu tadi aku keterlaluan pada Bianca?” Tanyanya, Tania takut jika nanti Oberon ilfeel padanya karena terlalu keras pada Bianca tadi.
Oberon sendiri memang merasa Tania seperti sedikit... Sengaja? Namun ia tetap tutup mata atas apa yang dilihatnya sendiri. Lagipula kalaupun Tania sengaja mungkin ada alasannya bukan?
“Tidak, Putri Bianca saja yang mungkin memang kurang latihan, bukan salahmu.” Ucapnya lembut, tangannya terulur mengusap lembut rambut Tania yang sekarang di gerai, ia tidak ingin membuat Tania terasa tersudut kan.
“Aku benar-benar takjub pada bela dirimu yang sudah jauh meningkat. Kau tidak terlihat seperti orang yang baru belajar beladiri.” Puji Oberon.
Tentu saja, sejak tamat SMA Orion sudah mengajarkan ku segala macam bela diri. Batinnya.
“Kau bisa saja, apa artinya aku bisa dengan cepat belajar sihir?” Tanyanya, Oberon mengangguk, “Tidak sampai seminggu lagi mungkin kau sudah bisa.”
Tania tersenyum mendengarnya, ia tidak sabar ingin cepat-cepat belajar sihir.
“Tapi jangan berlatih terlalu keras, ingat minggu depan pertunangan kita.” Lanjut Oberon. Tania mengangguk mengiyakan, ia baru ingat jika akan bertunangan dengan Oberon.
Sekarang ada satu hal yang ada di pikirannya,
Kapan aku mengatakan ingatanku kembali? Batinnya, ia yakin reaksi Oberon pasti akan panik, atau mungkin terkejut? Entahlah tapi Tania tidak sabar ingin melihatnya.
Tania sampai di kamarnya, tak lama Oberon menyuguhkan segelas air berwarna seperti teh padanya.
“Apa ini?” Tanyanya bingung.
“Itu salah satu obat agar ingatanmu segera kembali, tabib yang kemarin meninggal mengatakannya padaku.” Jawab Oberon, Tania semakin menyerngit, kenapa tidak dari awal saja.
Ahh, aku ingat. Ini pasti minuman berisi obat untuk mencegah ingatanku kemarin. Maaf Oberon, usahamu sia-sia, haha..Batin Tania. Tentu saja, sebab ia tak hilang ingatan sama sekali, tentu obat ini sia-sia.
tian