NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Kembali Berdebat

"Maksud Bapak apa? Aku yang mau pisah. Kenapa Bapak malah bawa-bawa nama Bang Fahri ke dalam masalah kita?"

"Ya, siapa tau aja, 'kan? Karena dia sangat mencintai kamu, makanya dia menghasut biar kamu minta cerai dari saya," jawab Arif dengan santai. Di wajahnya tidak tampak sedikit pun rasa bersalah. Dia tidak sadar bahwa sikapnyalah yang membuat Cahaya tidak betah.

"Bang Fahri gak pernah sekalipun menghasut aku, Pak. Jadi, Bapak gak usah berpikir yang bukan-bukan tentang Bang Fahri."

Arif menatap Cahaya lalu mengangkat kedua bahunya dengan cuek. Katanya, "Saya mau istirahat di sini. Bukan malah terima laporan yang gak penting."

"Tapi, masalah ini penting buat aku, Pak. Ini adalah caraku buat melindungi Zaif dan diriku sendiri dari orang-orang licik seperti kalian."

"Iyakah? Terus kalau kita beneran pisah, kamu bakalan tinggal di mana? Kamu mau kerja apa di saat kamu aja lagi bermasalah dengan Zahra? Kamu mau menghidupi Zaif pakai apa? Air mata?"

Kedua tangan Cahaya terkepal erat. Sorot matanya menatap Arif dengan tajam. Namun, yang ditatap malah memasang wajah santai.

Tanpa merasa berdosa, Arif terlihat melepaskan kemeja dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Saya mau mandi. Malam ini, saya tidur di sini," ucapnya sebelum menghilang dari pandangan.

Malam hari saat jam telah melewati waktu dini hari, Cahaya masih belum bisa memejamkan mata. Ada perasaan takut dan cemas dalam hatinya. Siapa tahu, kan, saat ia tertidur nanti, Arif diam-diam membawa Zaif pergi?

Alhasil, Cahaya memutuskan untuk bergadang. Walaupun matanya terasa begitu berat, Cahaya tetap berusaha untuk kuat.

"Tidur, Cahaya. Saya gak akan bawa Zaif lari," ujar Arif seolah paham akan isi kepala Cahaya.

"Gak ada jaminannya, Pak. Soalnya aku udah kelewat curiga sama sikap Bapak."

Arif berdecak lalu memutuskan untuk kembali melanjutkan tidurnya.

Baru saja matanya terpejam, ponselnya terdengar berdering panjang.

"Kenapa?" tanya Arif dengan suara malas.

"Abang di mana? Kenapa belum pulang?" tanya Zahra dengan khawatir.

"Abang di rumah Cahaya. Nginap di sini malam ini. Kamu tidur aja."

"Abang, kok, malah tidur di sana, sih? Bukannya pulang sambil bawa Zaif? Aku sendirian, Bang. Harusnya Abang di sini. Bukan malah kelayapan ke rumah istri kedua Abang itu."

"Ck, ini yang bikin Abang malas sama kamu, Zahra. Kamu selalu menuduh tanpa bukti. Abang butuh napas, Zahra. Abang butuh ruang dan waktu buat mengosongkan pikiran. Kalau kamu marah-marah terus, Abang jadi pusing tau gak?"

Arif mematikan panggilan secara sepihak tanpa membiarkan Zahra menjawab kata-katanya. Tentu saja hal itu tak luput dari pandangan Cahaya. Dia tidak menyangka, jika Arif juga bisa memarahi Zahra.

Keesokan harinya, Cahaya keluar kamar dan langsung menuju ke dapur. Dia bahkan tidak menyapa Arif yang saat itu sedang menikmati secangkir kopi di ruang tengah.

"Mbok Tun masak apa? Sini, aku bantu."

"Lo, Ibu, kok, malah ke sini? Harusnya Ibu di kamar aja. Jangan banyak gerak dulu, Bu. Soalnya Ibu, kan, baru aja melahirkan. Takutnya nanti malah kenapa-kenapa."

Cahaya tertawa singkat dan berkata, "Gak bakalanlah, Mbok. Buktinya kemarin aku keluar gak kenapa-kenapa, tuh."

"Tapi, kita juga perlu jaga-jaga, Bu. Sebelum kejadian, lebih baik dihindarkan. Nanti kalau Ibu kenapa-kenapa, Ibu juga yang bakalan repot sendiri. Ingat, ada anak yang harus Ibu jaga. Sekarang Ibu di kamar aja sama Zaif. Bair sarapannya Mbok yang antar ke kamar."

Cahaya tersenyum lebar. Merasa tersentuh akan kebaikan Mbok Tun. "Makasih banyak, ya, Mbok, udah perhatian sama aku. Kalau gak ada Mbok Tun, aku bakalan sendirian, deh."

Di ujung sofa, Arif memperhatikan interaksi Mbok Tun dan Cahaya. Namun, saat Cahaya tidak sengaja menatap ke arahnya, dengan cepat Arif memutuskan pandangan.

"Bapak gak berangkat kerja?"

"Nanti, habis sarapan. Dan, selagi saya gak ada di rumah, kamu gak boleh ke mana-mana walaupun itu sama Fahri."

Cahaya tidak menjawab, hanya mengangkat kedua bahu lalu berlalu ke dalam kamar.

Dan, beberapa saat setelah Arif menikmati sarapannya, dia langsung berangkat ke toko. Sesampainya di sana, Arif langsung membuka laptop dan berniat menyelesaikan memeriksa beberapa laporan yang tertunda.

Setelah semua laporan selesai dirampungkan, Arif berniat turun untuk melihat-lihat toko sekaligus memantau kinerja karyawannya. Dan, begitu toko tutup, Arif langsung mengambil semua uang hasil penjualan untuk ia simpan ke dalam brankas.

"Di, saya pulang dulu, ya," pamit Arif pada Aldi, satu-satunya karyawan yang ia percayakan. Aldi sendiri merupakan anak rantau. Karena kejujuran dan ketulusannya, Aldi dipercayakan tinggal di toko tersebut.

"Iya, Pak. Hati-hati, ya," sahut Aldi dengan sopan.

Saat dalam perjalanan pulang, Arif lebih dulu mampir di sebuah gerobak yang menjual roti bakar dan membeli tiga porsi sekaligus untuk Zahra. Rencananya dia akan minta maaf. Arif sadar, ucapan dan tindakannya telah menyakiti Zahra.

Begitu sampai di rumah, Arif langsung masuk ke dalam kamar. Dia menemukan Zahra yang tengah mengusap krim ke kulitnya. Zahra memang sempat meliriknya dari cermin. Akan tetapi, Zahra tidak peduli.

"Gimana hari ini? Ada cerita apa?" tanya Arif sambil mendekati Zahra dan memeluknya dari belakang.

"Kenapa nanya-nanya? Bukannya Abang udah malas sama aku?"

"Sayang, Abang minta maaf. Abang cuma butuh waktu buat menenangkan pikiran."

"Dan, itu Abang temukan hanya di tempat Cahaya? Abang lupa kalau malam tadi Abang nginap di sana? Abang bikin aku kesal tau gak?"

Arif menghela napas panjang. Berusaha memaklumi marahnya Zahra dengan tidak tersulut emosi sama sepertinya.

Lantas, Arif memutar tubuh Zahra agar berhadapan dengannya. Saat wajah cantik itu ia temukan, dengan perlahan Arif mengecup kening Zahra hingga wanita itu refleks memejamkan mata.

"Abang rindu Zaif. Kamu jangan cemburu atau berpikir yang bukan-bukan. Gak terjadi apa pun antara Abang dan Cahaya," bisik Arif sebelum jarak antaranya dan Zahra hilang tak bersisa.

...****************...

Pagi ini, Zahra sengaja membuatkan sarapan kesukaan Arif. Dia ingin menyenangkan suaminya sekaligus memperbaiki keretakan hubungan antara mereka.

Setelah menghabiskan sarapan, Arif bersiap-siap untuk berangkat ke toko. Zahra mengantarnya hingga ke pintu depan.

"Kenapa, sih, gak mau berangkat bareng Abang?" tanya Arif perihal Zahra yang menolak berangkat bersama dengannya. Biasanya tiap hari Zahra selalu diantar Arif hingga ke toko kerajinannya. Namun, hari ini, Zahra memaksa ingin berangkat sendiri.

"Soalnya aku ada janji sama teman, Bang. Makanya gak mau berangkat bareng," jelas Zahra dengan harapan Arif percaya pada ucapannya.

"Ya, udahlah kalau gitu. Abang berangkat dulu."

"Oh, iya, Bang. Soal Zaif ... Abang bakalan bawa dia pulang ke sini lagi, 'kan?"

"Mending gak usah, deh, Ra. Biar Zaif sama Cahaya aja. Semalam Abang liat, Cahaya bisa, tuh, urus Zaif. Soalnya di rumah ada Mbok Tun juga. Jadi, Cahaya gak sendiri doang."

"Kok, Abang jadi plin-plan gini, sih? Lagian itu kebetulan aja ada Mbok Tun. Kalau Mbok Tunnya gak ada, emang Cahaya bisa urus Zaif sendirian? Jalan aja masih pincang."

"Ra, gak boleh, lo, ngomong gitu," tegur Arif membuat Zahra memutar bola matanya dengan malas. "Kamu tau gak? Cahaya sampai minta pisah, lo, sama Abang. Dia sebegitu takutnya, Ra, sama kita."

"Ya, bagus kalau dia minta cerai. Kenapa? Abang masih mau mempertahankan dia?"

"Ya, harus, dong. Abang udah janji sama Paman Bahar di kampung. Sampai kapanpun, Abang gak bisa melepaskan Cahaya."

"Alasan. Bilang aja Abang udah mulai punya perasaan ke dia. Soalnya cuma Cahaya yang bisa kasih Abang keturunan. Gak kayak aku yang bahkan rahim aja aku gak punya."

1
Muliana
Semoga Zahra bisa berbaik hati, tidak mencelakakan Zaif
Tini Timmy
semangat nulisnya kakak/Smile/
Tini Timmy
udah lah kamu juga jahat arif kamu gk layak jadi ayah zaif
Muliana
10 iklan, mngat troe
NurAzizah504: Makash behhh /Joyful/
total 1 replies
Syaiful Amri
thor, panggilan dari fahri utk cahaya pakai sayang aj dong thor, klwpakai ya ya gitu, gi mana ghitu perasaan aku thor, maaf ngelunjak thor🤭🤭
Syaiful Amri: knp blm up thor??
NurAzizah504: Hm, boleh, deh. Bab selanjutnya kita ubah aja, ya /Facepalm//Joyful/
total 2 replies
Teteh Lia
2 iklan dan 🌹 meluncur.
semangat up nya Kaka 💪
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Bertingkah lagi, Pak Arif 😤
NurAzizah504: Umur segitu emg lgi aktfi2nya /Joyful/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
Ya ampun /Panic/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
arif awas kamu/Sob/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
jahat bener/Sob/
NurAzizah504: Setujuu /Sob/
total 1 replies
🎀
zahra 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ nambah masalah ae
NurAzizah504: Udh hobinya, Kak /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
baru 10 bulan udah kumat lagi:/
NurAzizah504: Perlu dikasih obat dianya /Facepalm/
total 1 replies
🎀
thor jgn bikin zahra jadi kejam banget dongss 😭
NurAzizah504: Aduh, harus kerja sama sama Zahra dulu, nih /Facepalm/
total 1 replies
🎀
ih dudul, kalo kamu sejahat itu yg ada arif sama kakakmu makin benci, greget jga sama Zahra nih, ga bisa kah mikir cara yg lebih elegan
NurAzizah504: Kebiasaan bar2. Makanya ga bisa elegan, Kak /Sob/
total 1 replies
🎀
Tuh kan Fahri, kamu paling nggak bisa ngerti kenapa Zahra sampai tega melakukan kejahatan demi mempertahankan rumah tangganya
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!