Menjadi bungsu dari kedua kakak kembarnya bukan perkara mudah bagi Aleta. Memiliki kedua kakak kembar yang memiliki dua sifat berbanding terbalik membuat kesabaran Aleta sering diuji.
Belum lagi masalah yang menghampirinya sejak usianya bahkan belum genap 5 tahun membuat trauma tersendiri bagi gadis cantik itu. Trauma yang membuatnya memiliki sosok lain dalam tubuhnya. Menjadikan Aleta sosok baru dan misterius.
Aleta Queenby Elvina Izhaka, sosok rapuh yang memeluk dirinya sendiri tanpa bercerita pada siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Rin" Chacha tampak melempar sesuatu yang ditangkap begitu apik oleh Karin.
Karin membuka genggaman tangannya, matanya sedikit melotot sebelum akhirnya normal kembali. Earpiece dengan lambang mawar hitam, harus kembali terpasang di telinganya. Setelah cukup lama dirinya dan lainnya dinonaktifkan, entah angin apa yang membuat Chacha kembali mengaktifkan death rose. Karin tidak sabar menunggu kejutan besar apa yang Chacha siapkan, dan siapa yang berani menyinggung singa yang tengah tertidur itu.
Aleta yang tengah Karin rias hanya melirik sekilas, kembali fokus pada ponselnya. Namun dirinya tahu ada yang tidak beres, dengan sigap Aleta langsung mencari tahu apa yang tengah terjadi. Dalam senyap Aleta mampu bergerak seperti sang ratu. Nama Queen yang tersemat didalam namanya, membuat jiwa pemimpin Aleta secara naluriah bangkit. Tidak dipungkiri darah mafia memang mengalir dalam tubuhnya.
"Aku mau informasinya dalam lima menit, Aunty. Jangan sampai aku turun tangan jika ingin data base mu aman" Aleta langsung bangkit setelah dirasa Karin telah selesai.
Karin sendiri langsung mematung mendengar apa yang Aleta katakan dibalik ponselnya barusan. Apakah gadis muda ini tahu?
"Kak Ranti, baju Aal yang mana? " Tanya Aleta seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal beberapa menit yang lalu tatapannya masih tajam saat berbicara dengan nada penuh perintah dan ancaman.
"Itu yang digantung disebelah sana, sayang. Yang warnanya sama kayak punya Kakak ya" Ranti hanya menunjuk tanpa menoleh, dirinya masih sibuk mengurusi Akmal yang tidak mah disentuh siapapun itu.
"Mau ganti baju dimana cantik? " Karin mencegah Aleta yang hendak keluar. Dari gelagatnya Karin tahu, jika Aleta akan menyembunyikan senjatanya dibalik baju yang dikenakan.
"Di kamar, gak mungkin Aal buka baju disini Aunty, Papa bisa ngamuk. Bisa minta asisten Aunty ikut Aal buat pasang baju, Aunty rias saja dokter muda itu secantik mungkin. Pokoknya Aunty dokter harus cosplay jadi miss Universe nanti"
Apa dugaan gue salah?. Batin Karin saat melihat Aleta yang bereaksi biasa saja.
"Iya iya, Aunty tahu. Sudah sana kamu ganti baju dulu, hati-hati dengan rambutnya, kamu tahu sendiri stylish rambut kamu itu gak mudah. Punya rambut kok licin sama halus sekali, Al"
"Salahin Mama Al sana, kenapa bikin rambut Al begini" Aleta membalas tak kalah nyinyir.
Geffie hanya bisa berekspresi datar, ada saja kelakuan sang ibu jika bertemu dengan Aleta. Setiap kali bertemu pasti ada momen dimana Aleta akan kesal, tapi tak lama kemudian mereka akan akur lagi. Aleta dan Karin lebih terlihat seperti sepasang teman beda usia dari para tante dan keponakannya.
"Ini yang cewek-cewek di make up sekarang aja yuk, kalau belum mandi sana mandi dulu. Ini sudah jam sepuluh, takutnya nanti riweh kalian gak ke make up. Gaunnya sudah disiapin sama Tante Chacha" Mona dan Cecil hanya saling lirik, jujur mereka berdua masih terlihat canggung. Sudah sekali berbaur dengan keluarga Athaya.
"Ula sudah mandi Aunty, tapi mau ke kamar Aal dulu boleh nggak? Mau pinjam piyama" Karena saat ini Paula sedang menggunakan kaos.
"Ya sudah sana, setelah itu minta mbak-mbak MUA nya buat make up ya. Ini kalian cantik-cantik banget, ada yang pacarnya Geffie gak? " Karin tampak menggoda anak semata wayangnya itu.
"Mami apa sih" Geffie tampak jengah dengan tingkah sang ibu.
"Mana mau dia sama lokalan Aunty, selera Geffie bule" Celetuk Ranti tanpa melihat ekspresi Geffie yang berubah masam.
"Wah, cepet kenalin Mami Gef"
"Kesannya malah Mbak Karin ini ya yang kebelet anaknya punya pacar" Rania terkekeh melihat sikap antusias Karin.
"Ya gimana, Ran. Itu anak lempeng banget kek bapaknya"
"Lempeng gitu Mami juga cinta mati sama Papi" Geffie langsung berkata dengan sinis.
Seakrab itu memang hubungan ibu dan anak itu. Tapi Geffie tetap tahu cara menghormati sang ibu, pernah sekali tanpa sengaja Geffie membentak Karin. Dengan hasil hukuman yang Elang berikan, sejak saat itu Geffie sangat berhati-hati jika bercanda dengan Karin. Geffie juga tahu, se mengerikan apa Karin ketika salam mode seriusnya.
"Aunty baju Al sempit" Rengek Aleta.
Tubuh montoknya benar-benar tercetak jelas, kebaya yang Aleta kenakan menempel sangat apik ditubuhnya. Tidak terlihat kekecilan, namun bagi Aleta yang sedikit tomboy pasti akan merasa sesak.
"Bilang Mama mu, bukan Aunty yang buat. Aunty gak tau buat baju" Karin hanya menoleh sekilas. "Tapi cantik kamu loh Al"
"Cantik emang, tapi kalau gerak dikit sobek buat apa? "
"Lebay kamu, Mama kamu buat pasti sudah tau ukuran kamu bukan? Kamu makin ngembang kali"
"Enak aja, berat badan Al masih sama ya"
"Kapan terakhir timbang? "
"Bulan lalu" Aleta langsung menjawab dengan lirih, matanya terpejam. Bisa jadi berat badannya naik, dia jarang berolahraga akhir-akhir ini.
Mendengar kegaduhan membuat Chacha mendekat, suara Aleta dan Karin sangat mendominasi. Membuat Chacha hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.
"Kenapa ini kenapa? "
"Baju Aal sempit Mama" Rengek Aleta sambil menghentakkan kakinya.
"Gak ketuker sama Kakaknya tapi? "
"Enggak kok, Ma. Kan Mama kasih nama" Jawab Ranti.
Plakk...
"Awh" Aleta mengaduh ketika Chacha menepuk b*okongnya sedikit keras.
"Makanya kalau Mama bilang olahraga ya olahraga, gemes Mama sama kamu Al" Aleta tampak mengerucutkan bibirnya. "Coba pake korset dulu, sebentar doang, habis itu boleh langsung lepas"
"Ini sudah pake"
"Astaga, Pa, lihat anak gadis kamu ini. Makin ngembang" Chacha masih ingat gimana Aleta mati-matian diet karena tubuhnya yang mendadak gemuk.
"Gak papa, berarti dia bahagia"
"Gak dikontrol ini makannya, kurang olahraganya. Jangan ngerengek ke Mama kalau badannya melar lagi"
"Mama" Mata biru itu tampak berkaca-kaca.
"Sini" Aleta langsung masuk kedalam pelukan Chacha.
"Mama gak suka Aal gendut ya? "
"Suka, anak Mama makin menggemaskan kalau gendut"
"Tapi Mama marah"
"Mana ada? Mama gak masalah kamu gendut atau langsing, Mama cuma mau kamu jaga pola makan aja. Jangan sering makan makanan yang gak sehat, nak. Kamu tahu serentan apa kondisi kamu bukan? Jangan bikin Mama sama Papa khawatir ya. Masih nunggu dia buat buka mata kan? Kalau kamu sakit siapa yang bisa buat dia bangun, hmm? " Aleta mengangguk singkat.
Sedangkan yang lain hanya diam dengan tanda tanya besar. Siapa 'dia' yang Chacha maksud?
"Emang ini bajunya gak bisa diperbaiki, Ma? "
"Anak mu aja yang lebay, ini baju elastis. Gak bakal robek, korset nya aja yang terlalu kencang masangnya" Chacha berlalu begitu saja meninggalkan Aleta yang tengah cemberut.
"Sana perbaiki dulu, jangan cari perkara mulu. Seneng banget diomelin Mama" Levi menepuk pelan kepala putrinya.
