Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.
Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.
Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku Fiera
Infiera terlihat gelisah, duduk di antara dua pria. Salah satunya adalah kekasih Sania, teman sekelasnya. Dia tidak pernah menyangka kalau akan berakhir bersama dengan mereka bertiga. Padahal, sebelumnya dia sedang makan bersama dengan Abimanyu setelah hampir satu tahun menikah. Inilah pertama kalinya mereka berkencan. Namun, siapa sangka jika situasinya akan berubah kacau karena Sania.
“Infiera, kenapa kamu diam saja, ini...” Pria asing yang duduk di sebelahnya menyerahkan satu kotak penuh popcorn ke hadapannya. “Aku membelinya untukmu...”
Ehem!
Tiba-tiba saja, Sania yang duduk di samping kekasihnya berdehem menggoda. “Andre, belum apa-apa aja sudah so sweet.”
Pria yang dipanggil Andre tersenyum mendengar godaan temannya itu, dia melirik Infiera yang duduk di sebelahnya dengan tatapan tertarik yang tidak dibuat-buat.
Infiera memang cantik, dengan kulit putihnya dan juga lesung pipi yang tampak manis saat dia tersenyum.
“Susah sekali untuk berpaling dari wanita secantik ini.” Andre melanjutkan, membuat Infiera semakin tidak nyaman. Lampu bioskop mulai dipadamkan dan filmnya mulai diputar.
Abimanyu yang duduk di belakang istrinya menatap semakin tajam pada dua pria yang berada di samping kiri dan kanan Infiera. Dia sedang menunggu, sejauh apa kedua pria itu berani.
Meski yang mendekati istrinya secara terang-terangan adalah pria yang bernama Andre, tapi sebagai pria Abimanyu tahu kalau pria yang duduk di samping Sania juga memiliki ketertarikan yang sama.
Sial!
Abimanyu mengumpat, dia mencari cara untuk membawa istrinya pergi dari sana tanpa disadari oleh mereka bertiga. Saat ini, dia belum bisa terang-terangan untuk mengungkapkan hubungannya, apalagi Sania, takutnya gadis itu akan membuat rumor yang tidak-tidak. Saat ini, Abimanyu tidak ingin membuat Infiera tidak nyaman.
Hampir sepuluh menit film di hadapannya diputar, tapi mata Abimanyu tak sekali pun melihat ke arah depan. Dia hanya melihat istrinya, yang duduk di sebelah pria asing. Abimanyu beberapa kali mengirimkan pesan, tapi Infiera sama sekali tidak membacanya. Gadis itu pasti merasa tidak nyaman sekarang.
Saat di pertengahan filmnya diputar, mata Abimanyu melotot sempurna, karena tiba-tiba pria di samping istrinya merangkul Infiera begitu saja. Tetapi, jelas sekali kalau pria menolak hal itu dengan menepis tangan sang pria dan sedikit memajukan posisi duduknya.
Abimanyu bangkit dari duduknya saat melihat itu dan berjalan cepat menuju ke hadapan mereka.
Infiera yang sedang menatap ke arah dengan tatapan kosong, karena dia sedang memikirkan cara untuk melarikan diri, tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang sudah berdiri di hadapannya. tidak terlalu jelas karena dia membelakangi cahaya layar di belakangnya. Terlebih Abimanyu mengenakan topi yang menutup sebagian wajahnya.
“Ikut denganku!” ucap Abimanyu menarik tangan Infiera untuk bangun dari duduknya.
Infiera terkejut sesaat, tapi begitu mendengar suara pria di hadapannya. Dia langsung mengenali siapa orang itu. Dia adalah Abimanyu.
“Hei, siapa kau?” tanya pria yang berusaha mendekati Infiera.
Abimanyu tidak menjawab, dia tetap menarik tangan istrinya untuk keluar dari sana.
“Hei!” Andre berteriak untuk menghentikan mereka berdua, tapi beberapa orang yang sedang menonton langsung menegur untuk tidak berisik.
Abimanyu menghentikan langkahnya dan sejenak berbicara pada pria itu. “Diamlah, atau gue bakal seret lo ke kantor polisi karena berusaha melecehkan wanita ini,” ancam Abimanyu. Dia melihat dengan jelas apa yang berusaha dilakukan pria itu pada istrinya.
Andre terdiam dengan ancaman Abimanyu. Dia melihat punggung kedua orang itu dari tempat duduknya.
“Siapa dia?” tanya pria yang duduk di sebelah Sania. “Bukannya kamu bilang kalau cewek itu tidak punya kekasih, ya?” tanyanya pada sang kekasih.
Sania yang sama-sama terkejut dengan kehadiran pria asing hanya diam. Dia menatap kepergian teman sekelasnya. Wanita berusia 19 tahun itu tengah berpikir, karena seperti mengenal suara pria yang membawa Infiera pergi. Sayangnya, dirinya tidak melihat wajahnya dengan jelas karena pencahayaan yang minim.
Tidak mungkin kalau itu Pak Abimanyu, kan?
Sania menduga, tapi dia tidak yakin kalau itu adalah dosennya. Dirinya sangat tahu bagaimana sikap dosennya. Abimanyu tidak mungkin melakukan hal itu. Tapi, dari suara dan perawakannya sangat mirip.
“San!” Pria yang ada di sampingnya kembali menyadarkannya dari lamunan, karena wanita itu belum juga menjawabnya.
“Entahlah, gue juga engga tau. Mungkin memang benar pacarnya.”
Selama mengenal Infiera, Sania hanya sering melihat wanita itu bersama dengan Bimo dan juga Anisa, teman sekelas mereka. Hal itu membuatnya yakin kalau Fiera tidak memiliki kekasih karena dia cukup pendiam.
***
Di luar sana, setelah meninggalkan Bioskop, Abimanyu membawa Infiera kembali ke mobilnya yang berada di parkiran. Abimanyu masih diam di kursi pengemudi dan mencengkeram kuat setirnya untuk meredakan kemarahan yang melingkupi perasaannya saat ini. Dia sangat marah ketika melihat yang dilakukan pria itu pada istrinya.
Abimanyu tidak menyadari, entah sejak kapan dia menjadi sangat marah ketika melihat Infiera bersama dengan pria lain.
Andai saja tadi dia tidak ingat sedang berada di mana. Mungkin Abimanyu sudah menghajar pria tidak tahu diri itu.
“Mas,” panggil Infiera yang duduk di sebelahnya.
“Jangan bicara dulu!” jawab Abimanyu dengan nada tegas. Dia menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukannya, meninggalkan mal itu.
Sebenarnya, Abimanyu tidak marah pada Infiera, dia hanya marah pada mereka bertiga yang sudah menyeret istrinya sampai di bioskop. Abimanyu juga marah pada dirinya sendiri, karena tidak bisa berbuat banyak. Jadi, Abimanyu membutuhkan waktu untuk menenangkan diri karena tidak mau menyakiti istrinya dengan kata-kata.
Namun, hal itu disalahpahami oleh Infiera. Dia menganggap kalau Abimanyu marah. Jadi, Fiera hanya bisa menyandarkan punggungnya dan memalingkan wajah, melihat ke arah luar jendela. Dadanya terasa sesak karena dipenuhi kemarahan pada teman sekelasnya Sania. Wanita itu memaksanya untuk ikut bersama dengan mereka, meski Fiera sudah menolak dengan tegas, tapi Sania tetap saja melakukannya.
Kemarahan yang tertahan di dadanya, membuat Infiera tak kuasa menahan air mata yang kini mulai mengalir di pipinya, dia terisak pelan seraya memegangi dadanya.
Abimanyu yang sedang menyetir mendengar hal itu, dia menoleh dan menyadari kalau istrinya menangis.
Abimanyu tersadar dari kemarahannya. Selain dirinya, Fiera juga pastinya yang paling marah dalam hal ini. Akhirnya, Abimanyu menepikan mobilnya dan berhenti.
“Fiera!” panggil Abimanyu.
Panggilan itu malah membuat Infiera semakin terisak, bahunya terguncang pelan. Abimanyu meraih tangan Infiera perlahan dan ditarik ke arahnya. Dia memeluk gadis yang tengah menangis itu. “Maafkan aku. Kamu pasti sangat marah dengan perlakuan mereka.”
Tangis Infiera semakin pecah. Dia tak kuasai lagi menahannya. “Mereka, mereka terus menarik tanganku untuk ikut.” Dengan sesegukkan, dia menjelaskan.
“Sstt... aku tahu.” Abimanyu mengeratkan pelukan di tubuh istrinya. Tatapannya semakin kelam, mendengar apa yang dilakukan Sania dan dua temannya pada istrinya.
Apakah mereka tidak tahu, kalau apa yang mereka lakukan itu termasuk ke dalam bentuk pelecehan? Bagaimana mungkin mereka berani menyeret seseorang yang bahkan tidak terlalu akrab dengan mereka.
“Maafkan aku karena aku terlalu bodoh. Seharusnya, begitu aku melihatmu, aku langsung membawa pergi dari sana, dan tidak membiarkan mereka berbuat sesuka hati padamu.” Abimanyu mengecup puncak kepala istrinya. “Maafkan aku Fiera, maafkan aku.”
Abimanyu berjanji pada diri sendiri kalau dia tidak akan melepaskan ketiga orang itu. Mereka harus tahu kalau perbuatannya sudah membuat Infiera tidak nyaman dan merasa sangat risih.
...Jangan lupa tap like-nya dan tinggalkan komen. Hai readers, jangan lupa juga untuk klik ikuti author supaya mendapatkan notifikasi jika ada pembaruan apa pun. Terima kasih. ...