“Kak, ada yang ingin saya omongin,” Alisha sengaja menunggu Arkana agar tak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Biarlah dijalan ia sedikit ngebut agar tidak telat ikut ujian.
“Lain kali aja, aku ada meeting pagi-pagi. Lakukan saja apa yang menurutmu baik aku setuju,” Arkana tak sarapan dan hanya meminum juice yang disiapkan oleh bi Sona.
Kepoin yuk cerita seru mereka. Kisah Faisal Arkana Kaif dan Alisha Mahalini yang dikemas dalam kisah "CINTA BERBALUT EGO"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CBE # 13 》》GAK ADA BESTIE-BESTIE
“Bid, aku gak salah lihat kan ?!” Maureen heboh sendiri melihat sahabatnya yang tiba-tiba menghilang dan kini sedang berjalan dengan santai memasuki kampus.
“Apaan sih, kayak dapat undian aja,” Abidzar kesal karena kehebohan Maureen sehingga bukunya berhamburan di rumput.
“Hehehe, sorry bestie. Tapi ngomelnya nanti aja, noh lihat si gadis hilang telah kembali,” Mendengar ucapan sahabatnya membuat Abidzar mengurungkan niatnya untuk mengambil buku-bukunya yang tergeletak di atas rerumputan.
Gembira karena sahabatnya yang selama ini menghilang bak ditelan bumi namun kekesalan merekapun tak bisa disembunyikan. Selama ini Maureen dan Abidzar mencari Alisha bahkan hingga mengunjungi rumah gadis itu namun hanya ART yang bisa mereka temui karena kedua orang tua Alisha sibuk. Tentu saja jawaban ART tak memuaskan Maureen dan Abidzar.
Tapi lihatlah kini, Alisha berjalan dengan tenang memasuki kampus bahkan dengan wajah yang berseri-seri.
“Hai bestie-bestieku sayang,” Alisha menyapa kedua manusia yang menatapnya tajam. Ia dapat merasakan aura kekesalan kedua sahabatnya itu.
“Gak ada bestie-bestiean.” Sarkas Maureen enggan menatap wajah cantik Alisha sedangkan Abidzar lebih memilih mengambil buku-bukunya.
“Aku tahu kalian marah, itu wajar tapi aku juga gak berdaya. Btw ceritanya nanti aja, aku harus mengurus administrasi dulu agar bisa melanjutkan kuliah. Kalian mau ikut aku atau menunggu disini ?!” Alisha menaik turunkan alisnya sambil tersenyum manis.
Alisha menyadari kesalahannya akan tetapi saat di pesantren seluruh perhatian dan pikirannya terkuras bagaimana caranya agar bisa keluar dari penjara suci itu hingga benar-benar melupakan kedua sahabatnya.
Ternyata tingkat kekepoan Maureen dan Abidzar mengalahkan kekesalan dan amarahnya. Keduanya memilih menemani Alisha ke bagian administrasi. Persahabatan mereka selama ini cukup membuatnya mengenal Alisha dengan sangat baik. Cantik, cerdas dan jago bela diri. Perpaduan yang sangat sempurna untuk seorang gadis.
“Aku traktir kalian makan sepuasnya. Silahkan pilih tempat yang kalian inginkan, “ Akhirnya urusan administrasi Alisha selesai. Makan sambil bercerita adalah pilihan yang tepat. Maureen dan Abidzar pecinta kuliner apalagi yang gratisan. Meskipun keduanya adalah anak pengusaha sukses namun yang namanya gratisan bagi mereka tetaplah merupakan sesuatu yang memiliki sensasi tersendiri.
Mata Maureen dan Abidzar auto berbinar mendengar tawaran menggiurkan Alisha. Memilih tempat makan sesudahnya bagaikan mendapat intan berlian tanpa diundi.
“Aku mau di resto mewah tempat para CEO ganteng dan tajir makan siang, manatau salah satu diantara mereka adalah jodohku,” Maureen sangat antusias membuat Abidzar mendelik tajam. Candaan kedua wanita cantik itu terkadang keterlaluan apalagi menyangkut pria-pria tampan.
“Kalian jangan malu-maluin disana,” Abidzar benar-benar trauma dengan aksi gila Maureen ketika mereka sedang berada di mall dan bertemu dengan seorang pria tampan. Kalau diingat-ingat Abidzar malu sendiri.
“Aku gak ya, si Maureen tuh bikin malu almamater,” Alisha tak terima dengan tuduhan Abidzar yang menyamakan dirinya dengan Maureen.
Alisha memang sangat berhati-hati saat berinteraksi dengan orang lain karena ia tak ingin menyinggung ataupun membuat orang lain salah paham. Bahkan terkadang teman-temannya yang lain mencapnya sebagai gadis yang sombong. Padahal ia belum terlalu mengenal kebiasaan orang Indonesia meskipun ia dilahirkan di tanah air namun masa remajanya dihabiskan di negara sang mama yang berarti banyak hal tentang pembelajaran adat istiadat terlewatkan.
“Yuk ah, keburu lapar nih,” Untuk urusan makan Maureen memang juaranya, padahal badannya kecil mungil.
Ketiganya lalu berjalan beriringan menuju parkiran. Setelah tiba tanpa komando ketiganya masuk ke dalam mobil Abidzar karena Maureen menggunakan sopir.
“Bang, langsung pulang aja ya, nanti aku diantar sama Abid,” Tak lupa Maureen berpamitan pada sopirnya sebelum tubuh mungilnya benar-benar menghilang dalam mobil Abidzar. Kebetulan mobil mereka parkirnya bersebelahan.
“Baik non,” Sang sopir hanya bisa menuruti permintaan Maureen.
Selanjutnya Abidzar perlahan menginjak gas keluar dari area kampus. Alisha tampak menikmati perjalanan. Selama enam bulan raganya terkurung di pesantren, meskipun hampir setiap malam ia berselancar di dunia maya mengerjakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Jalanan macet tak kenal waktu berhasil mereka lewati dan kini Abidzar sedang berusaha memarkir mobil kesayangannya. Setelah kendaraan terparkir rapi, ketiga anak muda itu keluar dan berjalan beriringan memasuki salah satu restoran kelas atas di ibukota.
Ketiganya lalu mencari posisi enak untuk mengobrol sambil makan. Beruntungnya meja dekat jendela kosong dan menjadi tempat yang memang mereka inginkan. Akses yang menyegarkan pandangan mata.
Dengan lincahnya Maureen memesan beberapa menu yang menggoda selera, pun sama halnya dengan Abidzar yang tak melewatkan kesempatan di depan mata. Kapan lagi menikmati makanan enak di restoran mewah tanpa mengorbankan uang sakunya. Alisha pun ikut memesan karena memang perutnya sudah meminta haknya.
Sementara menunggu pesanan, Alisha mengedarkan pandangannya sebelum mulai menceritakan kisahnya. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok pria yang telah menikahinya sedang tertawa dengan Alex dan seorang wanita.
‘Rupanya dia bisa juga tertawa,’ Alisha membatin dan segera mengalihkan tatapannya.
Selama ini Arkana tak pernah tersenyum apalagi tertawa di depannya namun kini bersama asisten dan seorang wanita, pri itu tampak bahagia. Tak ada rasa cemburu di hati Alisha hanya bertanya-tanya dalam hati penyebab Arkana tak pernah tersenyum ataupun tertawa padanya.
“Sambil menunggu pesanan kita, sebaiknya kamu ceritakan sebab menghilangnya dirimu dari kampus bahkan tak bisa dihubungi,” Maureen tak sabar ingin segera mendengar cerita Alisha. Siapa yang tidak penasaran, Alisha tiba-tiba menghilang, ponselnya tak dapat dihubungi. Semua sosial medianya tak memposting apapun. Dan kini tiba-tiba datang dengan santai tanpa memikirkan kedua sahabatnya.
“Hehehe, sorry bestie. Semua diluar kendaliku. Papa mengasingkanku di penjara suci yang bernama pesantren karena kelakuanku yang menurut mereka salah,” Alisha cengengesan memperlihatkan barisan giginya yang rapi.
“Jangan berbelit-belit, Al. Ceritakan kronologisnya.” Abidzar lebih parah lagi, ia tak bisa menahan rasa penasarannya.
Alisha tak tega melihat kedua sahabatnya mati penasaran. Dengan suara pelan ia mulai menceritakan penyebab dirinya harus menjalani hukuman dari sang papa. Tentu saja Alisha menskip part dirinya dinikahkan sebelum meninggalkan pesantren.
Maureen dan Abidzar menatap tak percaya mendengar cerita Alisha. Mereka memang tahu kecerdasan Alisha namun tak pernah membayangkan jika ternyata gadis cantik yang menjadi sahabatnya ternyata mafia juga.
“Jangan coba-coba isengin perusahaan papaku,” Maureen bergidik ngeri kalau Alisha melakukan hal yang sama pada perusahaan papanya. Bisa-bisa dirinya sekeluarga jatuh miskin.
“Perusahaan papaku juga, kalau itu terjadi maka siap-siap aku mutilasi.” Kali ini Abidzar bersuara dan menatap tajam Alisha.
“Astaga kalian berdua kenapa ? Aku melakukannya karena mereka akan menghancurkan perusahaan papaku. Kalian mau melihat papaku kena serangan jantung atau depresi karena kehilangan perusahaannya ?!” Alisah tak dapat menahan kekesalannya pada kedua manusia dihadapannya yang secara tiba-tiba menatapnya layaknya seorang musuh.
“Kita berdua kan hanya mengingatkan, manatau kamu khilaf.” Abidzar terkekeh menyadari kecemasannya yang berlebihan.
Pembicaraan mereka berhenti manakala pelayan menghampiri meja ketiganya. Dengan senyuman ramah menghiasi wajah kedua pelayan tersebut menata makanan yang dipesan oleh mereka. Tak sengaja tatapan Alisha bertemu dengan Arkana yang sedang menatapnya. Tawa dan senyuman pria itu seketika menghilang tergantikan dengan wajah datar khas miliknya.
cinta berbalut ego🤭🤭🤭🤭
walaupun kamu hebat kayak apapun tentu masih membutuhkan orang lain.terimalah dengan ikhlas Arkana.
itulah yg terbaik bagimu
sy suka dgn cerita2 nya.