Kisah satu keluarga yang memiliki ilmu spiritual dan memiliki khodam pendamping dari bangsa Jin. Namun tanpa diduga itu juga terus berlanjut hingga ke anak cucu mereka.
Lalu apakah yang terjadi pada anak cucu mereka? Apakah bisa terlepas dari perjanjian dengan bangsa Jin?
Simak terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. M yanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UMMU SIBYAN PART 2
"INNALILLAHI WAINNAILAIHI ROJIUN." Pak Amir mengatakan itu membuat tubuh Ibu bergetar hebat, karena tidak bisa membayangkan hal buruk terjadi kepada anaknya.
"Kenapa pak Amir? Apa yang terjadi sama Aji pak.?" Dengan mulut yang bergetar Ibu mendekat ketubuh Aji untuk mengecek keadaan anaknya walau dengan keadaan darah yang mengalir di kakinya. Namun tidak dihiraukan rasa sakit yang dirasa, mendadak terasa hambar dibanding dengan hatinya.
"Aji, bangun nak maafin Ibu yang menyuruh kamu untuk mencari Ayah nak, hiksss.. hiksss ya Rabb, tolong jangan kau ambil anakku secepat ini AAAAAAKHHHH... " Tangis yang begitu pilu terdengar dari seorang Ibu yang sangat menyayangi anaknya.
"Bu Retno Aji masih bernafas, Hanya saja nafasnya, eeemm sudah seperti di tenggorokan."
"Tolong saya pak Amir, hiksss panggilkan Ayah mertua saya pak."
"Baik Bu, biar saya datang ketempat pak Danu."
Tak menunggu lama pak Amir pergi kediaman Danu Soedibjoe kakek dari Aji, Ibu masih memeluk Aji yang belum sadarkan diri.
Dengan wajah yang sudah pucat, rambut acak-acakan dan mata yang sembab sambil menahan sakit di perutnya Ibu melantunkan Ayat suci Al-Qur'an.
"Allahu la ilaha illa huw, al-hayyul-qayyum, lā ta'khuzuhu sinatuw wa la na'um, lahu mā fis-samawati wa ma fil-ard, man zallazi yasyfa'u 'indahu illa bi'iznih, ya'lamu ma baina aidīhim wa ma khalfahum, wa la yuhituna bisyai'im min 'ilmihi illa bima sya, wasi'a kursiyyuhus-samawati wal-ard, wa la ya'uduhu hifzuhuma, wa huwal-'aliyyul-'azim
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Al-Baqaroh Ayat 255).
***
Di tempat Ayah berada, Ayah berlari dengan menerjang hujan yang disertai guntur yang begitu keras, Tak ada satu orang pun yang berada di luar karena keadaan pedesaan yang sunyi dan sepi.
Ayah terus berlari menuju rumah Dukun bayi untuk membantu persalinan istrinya, Setelah sampai dirumah si Dukun bayi tiba-tiba Ayah dikejutkan dengan Mbah Mirah yang berada diluar dengan tatapan yang tajam.
Pikir Ayah suatu kebetulan karena dia tidak perlu repot-repot untuk mengetuk pintunya.
"Assalamu'alaikum Mbah, ngampunten Mbah Istri saya mau melahirkan tolong kerumah saya untuk membantu persalinan istri saya." Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Mbah Mirah walau hanya sekedar menjawab salam pun tidak.
Tapi Ayah masih berfikir logis karena keadaan Istri dan anaknya lebih penting dari pada berfikir yang tidak-tidak.
Mbah Mirah hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan berjalan terlebih dahulu, Tanpa menoleh kebelakang, Ayah pun mengikuti Mbah Mirah dari belakang.
Ayah mencium bau anyir yang entah berasal dari mana, Masa iyah dari Mbah Mirah pikirnya.
"Akhhh mungkin Mbah habis bantu persalinan di tempat lain." Bathin Ayah.
Setelah sampai di Rumah, Pintu seakan-akan menyambut kedatangan Mbah Mirah, Yang tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.
Ibu masih setia memeluk Aji dengan masih ditemani Mbak Ratih disampingnya dengan mengusap-usap punggung Ibu, Tangisan belum juga berhenti sambil mulut melantunkan Surah-surah pendek. Berharap sang Pencipta selalu memberikan perlindungan kepada keluarganya.
"Ibu, Mbah Mira udah datang lebih baik Ibu ke kamar kita biar bisa melahirkan disana, Aji biar Ayah yang jaga yah.?" Perintah Ayah yang mengambil alih untuk memeluk Aji.
Ibu kini sudah berada dikamar dengan Mbah Mirah dan ditemani Mbak Ratih, Ibu mulai tiduran di atas kasur karena sakit bukan main yang dirasakanya.
"Buka kakimu Ndok."
Ibu menuruti apa yang di ucapkan Mbah Mirah untuk membuka kakinya, Dengan mencoba mengatur nafasnya yang sedari tadi sudah terasa berat.
"Huuuufttt hoshh... hemmmmm Huuuufttt." Ibu menarik nafas dan mengeluarkannya lagi.
"AAAAAAAAKKKKK.. " Ibu mengejan hebat agar Anaknya bisa segera keluar, Sekuat tenaga Ibu mencoba untuk terus mengejan.
Ayah sedari tadi mondar mandir di depan pintu kamar dimana tempat Ibu melahirkan sambil mengendong Aji di punggungnya.
Mulut Ibu tidak berhenti mengucapkan kalimat-kalimat Doa agar dirinya dan anak yang di kandungannya selamat.
"Hanna waladat maryam wa maryamu waladat 'iisaa, ukhruj ayyuhal mauluud, biqudratil malikil ma'buud."
Artinya: "Hanah melahirkan Maryam, Maryam melahirkan Isa, Wahai anak yang akan dilahirkan, lahirlah dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Menguasai, Yang Disembah.
"Aaaaaaaaaaaaaaakkkkhhh." Ibu mengejan dengan begitu kuatnya sehingga lahirlah seorang Putri yang begitu cantik.
Terdengar suara tangisan Bayi dari dalam kamar, Membuat Ayah merasa lega dan bahagia dengan masih mengendong Aji di belakang punggungnya.
NAMUN...
Kekalutan masih belum berhenti sampai disitu, Ketika bayi itu berada di tangan Mbah Mira dengan Ari-ari masih menempel, Dengan ganasnya Mbah Mira menggigit usus yang menyambung ketali pusar.
Seketika syok bukan main ketika Ibu dan Mbak Ratih menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya, Yang dimana seharusnya usus itu dipotong dengan alat gunting atau semacamnya ini justru dengan gigi yang berubah menjadi taring yang panjang.
"Siapa kamu?" Tanya Ibu yang merasa cemas karena anaknya masih ditangan Dukun bayi itu.
"Tolong bawa sini anak saya Dukun Biadabbb." Mendengar suara teriakan Ibu membuat Ayah mencoba untuk masuk tapi sialnya pintunya terkunci.
"Ini adalah tumbal yang akan di persembahkan untuk Raja Iblis kami, khihihihihi.." Tiba-tiba Dukun Bayi itu berubah menjadi wanita tua yang tadi dilihatnya, Dengan mata merah, wajah mengerikan tanpa berbentuk, dan bergigi taring serta rambut yang menyentuh ke tanah.
Tiba-tiba Kakek Soedibjoe datang bersama istrinya, Pak Amir beserta seorang Ustadz.
"Dimana Istri kamu.?" Kakek menanyakan keberadaan sang menantu dan cucuknya.
"Ada didalam Yah, tapi Broto tidak bisa membuka pintunya karena dikunci dari dalam sepertinnya."
"Lebih baik kita dobrak pintu ini, karena mungkin saja Istri kamu dalam keadaan bahaya!"
Mereka mencoba mendobrak pintunya dengan lima kali percobaan akhirnya mereka bisa membuka pintunya.
BRAAAKKKKKK...
Akhirnya pintu kamar itu terbuka dan bisa masuk kedalam untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalamnya.
Betapa terkejutnya mereka melihat sosok mengerikan sedang mengendong bayi ditanganya dengan di iringi suara tangisan bayi.
Wanita itu masih mengunyah usus si Bayi itu dengan darah berceceran di mulut wanita tua itu.
"ASTAGHFIRULLAH.."
"Wahai Iblis yang terkutuk, Lepaskan bayi itu karena Dia bukanlah milikmu!" Kini ustadz yang diketahui bernama Ilham mencoba untuk berkomunikasi dengan setan yang bernama UMMU SIBYAN.
"HA HA HA siapa kamu? menyebutku iblis yang terkutuk sedangkan dirimu manusia yang berlumur akan dosa."
"Aku adalah anak cucu Adam.".
"Sampai hari kiamat kami dari bangsa Jin tidak akan patuh dan tunduk kepada manusia yang mulutnya membaca Al-Quran namun hatinya penuh dengan kedengkian."
"Jangan pernah kamu menghina Al-Qur'an yang suci itu, Lebih baik kau bertaubat."
KHIHIHIHi...
Bukanya takut justru setan itu tertawa begitu nyaringnya dan melempar bayi itu ke udara.
***
Apa yang akan terjadi pada bayi itu..?
Jangan lupa like, komen dan vote yah.. sebagai bentuk dukungan kepada Author.
semangat
Subroto nampak dilema, entah harus membuang benda itu atau tidak. Tapi, jika di buang, dia sedikit tidak rela.
Kalau seperti kata-kata di atas, mungkin bisa sedikit baik
Itu mungkin sedikit lebih bagus
Setelah tanda titik, awali dengan huruf besar
Spasi
Mungkin ga perlu ada tanda , di kalimat (Ketika Subroto)
Itu bisa di gabung aja (Ketika Subroto mencari kunci lemari itu)
/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/......