NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Anira

Anira baru saja datang di asrama melepas lelah tubuhnya di atas ranjang, ia lelah hampir seminggu menginap di rumah sakit untuk menemani Reyvan, lelaki yang sudah mengikat hidupnya padahal hubungan mereka belum jelas masih bisa dikatakan teman kenal.

“Hm baru ada yang datang nih. Apa kabarnya?” Lora masuk ke dalam secara langsung mengganggu kantuk yang Anira rasakan, Anira hanya berdesis kesal dengan suara besar Lora sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Adel, Nela cepatan dong keluar dari kamar mandi nggak ada teman ngobrol nih.” Teriak Lora memang sengaja ingin mengganggu Anira agar gadis itu tidak bisa tidur, rasa curiganya sejak kemarin membuatnya tidak menyukai Anira.

___ Flashback On ____

“Kenapa kamu curiga Rey dekat sama Anira, mereka tidak mungkin saling mengenal.” Jawab Adel kepada Lora yang masih menangis karena galau.

“Kemarin kalian tidak tahu, bau parfum dari baju Anira sama seperti bau parfum yang di pakai Reyvan. Kalian juga tidak melihat cara Anira bicara dia seperti berbohong, hua ...” Lora masih saja nangis.

“Iya benar, nggak mungkinlah masuk ke mall. Tampang gak punya duit seperti dia nggak mungkin masuk mall.” Timpal Nela satu pemikiran dengan Lora, Adel memandangi keduanya secara bergantian mulai merasa kejanggalan telah terjadi kepada Anira.

__ Flashback Off __

“Cie udah bahagia rupanya.” Cengir Adel yang baru saja datang dari kamar mandi.

“Iya dong harus bahagia meskipun hati ini sakek banget.” Lora sengaja mengatakan kata “sakek” maksudnya sakit hanya saja ia melencengkan kata baku saja lalu sambil berteriak hampir histeris untuk mengusik Anira. Siapa yang tahan dengan lelucon ini sedang capek-capeknya pulang sore di usik suara berisik sampai tidak bisa tidur, Anira tidak tahan lagi.

“Udah dong jangan teriak, aku capek pengen tidur.” Tegas Anira sembari menyumpal telinganya dengan satu bantal, posisi tidurnya membelakangi Lora dan Adel sehingga tidak tahu lidah Lora menjulur ke arahnya. Lora yang bijaksana menjadi berubah labil gara-gara dugaan, sebenarnya benar sih dugaannya kalau Rey dekat sama Anira, Cuma dia diselimuti dengki yang menjinak di hatinya.

“Gue baru sembuh dari sakit emang gak boleh senang-senang?” Lora meninggikan nada suaranya.

“Udah Lora, ayo kita keluar biarkan dia istirahat.” Bujuk Adel.

“Nggak, aku mau disini ya disini lagian kamar ini juga milik aku, bukan hanya milik kalian. Terserah dong mau lakukan apa disini, nyanyi, teriak, sampai guling-guling gak apa-apa.” Jawaban Lora memang valid sampai Adel mengakuinya, mengalah dan ikut duduk disamping Lora.

Anira yang lelah tidak mengerti kenapa teman bijaknya berubah labil, mungkin karena Anira baru saja mengenalinya selama satu setengah tahun dan baru melihat sifat aslinya, apa lagi mereka jarang bersama dan main berempat akibat terhalang waktu, waktu sekolah begitu kejam, mulai jam enam berakhir jam tiga sehingga saat pulang ke asrama lelah jasmani membuat mereka memilih beristirahat ataupun mengerjakan tugas dengan fokus, jarang berkomunikasi.

“Setidaknya kamu menghargai teman satu kamar denganmu lagi capek.” Anira berbicara dengan nada lirih, sebelumnya ia tidak dapat membendung nada marahnya.

“Terserah dong, emang kamu disini ratu harus di hormati?” sahut Lora, kalimat yang sangat menusuk, Anira merasakan perubahan jauh dari Lora.

“Lora, selama ini aku kenal kamu selalu menjadi orang yang bijak yang tahu menghargai teman, tapi kenapa hari ini kamu berubah?” Anira sudah tidak tahan, jadi ia bangkit mengalahkan rasa kantuknya. Tak disangka teguran berakhir menjadi sebuah perdebatan antara mereka.

“Bijak? Aku akui memang aku bijak, aku tetap bijak dan tidak berubah sedikitpun. Introspeksi diri dong siapa yang duluan berubah tiba-tiba keluar lama banget “ Sindir Lora dan situasi pun semakin memanas antara Anira dan Lora.

“Kata sindiran ya? Makanya sesekali minta ijin keluar lama-lama, minta ijin aja susah pengecut tahu.” Cengir Anira balik sehingga membuat Lora semakin marah.

“Gue bukan tipe cewek gatal kayak lo.” Jawab Lora sehingga terpancinglah amarah Anira tidak terima di katai cewek gatal. Mumpung nahan marah dari tadi, sekarang Anira meluapkan aksi buruknya menjambak rambut Lora.

“Sekali lagi ulangi apa yang kamu bilang tadi?” masih menjambak rambut Lora bahkan Adel tidak bisa menghentikannya.

“Lo perempuan gatal, ganjen.” Ulang Lora, keadaan semakin keruh dan Anira yang tidak bisa mengontrol dirinya lagi menjambak rambut Lora lebih keras kemudian mendorong Lora sampai kepala Lora terantuk ke dinding dengan keras.

“Anira hentikan!” Ibu Wini masuk langsung menghela tubuh Lora yang sudah lemah, Lora sampai pingsan akibat benturan tersebut dan Anira sekarang menahan air matanya sekuat mungkin, ia harus tega kalau tidak pasti ia akan di buli, ia memang tidak punya teman karib tapi harus kuat mendukung diri sendiri kalau sedang terluka.

_”Semua manusia yang kutemui pengkhianat di atas rata-rata. Aku berjanji akan lebih hati-hati kepada siapapun.”_ batin Anira dalam kekecewaannya, terlintas ingatan tentang Reyvan apakah lelaki itu baik dan bisa menjadi temannya? Tidak, Anira menggelengkan kepalanya, ia telah mengalami luka batin atas kekecewaannya terhadap Lora, Lora yang ia kenal lama bisa melukainya apalagi Reyvan. Ia tidak boleh lekas percaya atau harus menjauhi Reyvan sekarang?

“Lora!” Nela dan Adel terkejut melihat temannya sudah tidak sadarkan diri di pangkuan ibu Wini, mereka mengambil alih Lora dan membawanya keluar, membiarkan ibu Wini berhadapan dengan Anira yang bagaikan iblis di mata mereka.

“Anira apa masalahmu sampai melukai Lora, kalau terjadi hal buruk ibu sebagai penanggung jawab akan di tuntut keluarganya.” Ibu Wini marah dengan nada tinggi dan bergetar tidak membuat Anira merasa bersalah sedikit pun. Anira mengapresiasi dirinya sendiri tidak bersalah karena yang duluan membuat masalah adalah Lora.

“Dia yang duluan membuat masalah, aku baru datang butuh istirahat tapi dia tidak menghargai temannya yang capek.” Jawab Anira apa adanya yang terjadi barusan.

“Seharusnya kalian bisa bicarakan baik-baik, jangan main kasar apalagi main tangan seperti yang kamu lakukan.” Kata Ibu Wini.

“Dia yang memancingku bu, dia mengatakan aku perempuan ganjen.” Jawab Anira datar.

“Kamu tersinggung?” tanya ibu Wini sehingga membuat Anira mendelik sebentar kemudian tersenyum sinis dengan pertanyaan judes dari ibu Wini, sepertinya ibu Wini juga menganggapnya demikian.

“Oh jelas saya tersinggung.” Anira membalas tak kalah judesnya.

“Saya lupa menjelaskan kepada mereka kalau kamu pergi bersama Reyvan jadi mereka mungkin saja salah paham.” Kata Bu Wini segera mengubah raut mukanya agar sedikit lebih tenang.

“Nggak usah dijelasin bu, mungkin ini salah saya. Saya akan menjauhi Reyvan.” Anira teringat kemarin ia ke rumah sakit lupa meminta ijin kepada bu Wini.

“Anira, Reyvan sudah minta ijin kepada ibu kamu jangan jauhi dia.” Bujukan Bu Wini tidak meluluhkan hati Anira yang kini sedang merefleksikan dirinya sendiri pergi meninggalkan ibu Wini begitu saja.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!