Suamiku Mantan Mafia

Setelah berpakaian Emma turun kebawah menuju ke dapur, ia ingin membuatkan teh untuk suaminya.

Setelah tehnya jadi Emma naik ke atas menuju keruang kerja suaminya.

Ceklek...

Emma membuka pintu ruang kerja suaminya, lalu menyembulkan kepalanya.

"Boleh aku masuk" tanya Emma membuat Max menoleh dan melihat ke arah istrinya.

"Masuklah sayang" jawab Max sambil tersenyum manis menatap istrinya.

Emma masuk kedalam ruang kerja suaminya sambil membawa secangkir teh hangat di tangannya.

"Minumlah selagi hangat" pinta Emma sambil menaruh teh itu di atas meja kerja Max.

"Terima kasih sayang" ucap Max.

"Jangan bekerja terlalu larut, besok kita harus kekota S bukan" ucap Emma mengingatkan sang suami.

"Siap nyonya, aku hanya menyelesaikan beberapa berkas ini saja" ucap Max, Emma pun mengangguk.

Emma berbalik berjalan ke arah pintu.

"Kamu mau kemana sayang" tanya Max ketika melihat istrinya sudah memegang handle pintu.

"Aku ingin kekamar, badanku rasanya sakit semua" sahut Emma, Max pun mengangguk mengerti dan membiarkan istrinya keluar dari ruang kerjanya.

Max larut dalam pekerjaannya, hingga pukul 1 dini hari barulah dia menyelesaikan semua pekerjaanya.

"Akhirnya selesai juga" ucap Max sambil merenggangkan otot lehernya yang terasa pegal.

Max merapihkan berkasnya dari atas meja, tak lupa dia juga mematikan laptopnya dan menutupnya.

Dia keluar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju ke kamarnya.

Ceklek...

Di bukanya pintu kamar oleh Max, terlihat sang istri sudah terlelap sambil meringkuk memeluk bantal gulingnya, Max tersenyum melihat istrinya yang seperti anak kecil.

Max berjalan masuk kedalam kamar mandi untuk membuang air kecil dan juga gosok gigi.

Setelah selesia barulah Max keluar dari dalam kamar mandi dan melangkah menghampiri istrinya yang sudah lebih dulu tidur di atas ranjang.

Max naik keatas ranjang dan merebahkan tubuhnya di sebelah istrinya, di singkirkannya bantal guling itu secara perlahan dari pelukan sang istri.

Setelah lepas Max melempar begitu saja bantal guling itu ke sembarang arah.

Tangan Emma meraba-raba sisi tempat tidurnya mencari keberadaan bantal gulingnya dengan mata terpejam.

Max menahan tawanya melihat tingkah istrinya yang kehilangan bantal gulingnya.

Hingga tangan Emma menyentuk tubuh Max lalu memeluknya seperti bantal guling, Emma melingkarkan kakinya ke tubuh Max.

"Dasar gadis nakal" ucap Max sambil memukul bokong istrinya.

"Tidurlah sayang, dan peluklah tubuh suamimu sesukamu sayang" ucap Max sambil memeluk Emma.

Tak lama Max pun ikut memejamkan mata dan ikut terlelap menyusul suaminya yang sudah lebih dulu mengarungi alam mimpinya. Sepasang suami istri itu tidur dengan saling memeluk.

Pagi hari sepasang pengantin baru masih terlelp di bawah gulungan selimut tebal, hingga sang wanita bangun karena merasa terusik dengan cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela kamarnya.

Emma membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan suaminya yang sedang terlelap sambil memeluknya.

Emma tersenyum lalu di angkatnya tangan Emma dan mengelus rahang suaminya yang di tumbuhi bulu-bulu halus hingga membuat tangan Emma geli karena tertusuk bulu-bulu tersebut.

Lalu Emma menyibakkan selimutnya, secara perlahan ia bangun dan mendudukan dirinya. Emma turun dari atas ranjang dan pergi kekamar mandi, Emma ingin buang air kecil dan sekaligus ingin membersihkan tubuhnya.

Usai selesai mandi dan berpakaian, Emma turun ke bawah untuk membuat sarapan, Emma membiarkan suaminya tetap tidur dia sangat yakin kalau suaminya semalam selesai mengerjakan pekerjaannya hingga larut.

Emma hanya membuat sandwich saja yang simple untuk sarapan pagi mereka.

*

Emma naik keatas untuk membangunkan suaminya.

Ceklek...

Emma membuka pintu kamar dan ternyata suaminya sudah bangun

"Kau sudah bangun rupanya" ucap Emma sambil berjalan menghampiri suaminya dan duduk di tepi ranjang.

Max tak membalas ucapan istrinya, ia menggeser tubuhnya dan menduselkan wajahnya ke perut istrinya sambil memeluk pinggang istrinya.

"Kai sudah mandi sayang" tanya Max saat mencium aroma harum dari tubuh sang istri.

"Sudah, bangunlah aku sudah menyiapkan sarapan untukmu" ucap Emma sambil mengelus kepala suaminya yang ada di pangkuannya.

"Tidak mau" tolak Max malah menaikkan baju Emma dan memainkan gunung kembar istrinya.

Emma yang tak mau kalah dengan Max, tangannya merayap ke bawah hingga menyentuh tongkat sakti suaminya dan mengelusnya.

"Akhhh... sayang" de sah Max karena permainan tangan istrinya di tongkat saktinya.

"Kau ini baru ku pegang saja sudah men desah" cibir Emma.

Max yang tak terima dengan cibiran sang istri pun dia menarik ujung da da istrinya.

Hingga membuat Emma menjerit dan spontan memukul tongkat sakti milik Max.

"Aaaaa.... kenapa kamu memukulnya sayang"

"Kamu juga menarik ujung da daku."

"Kau ini kejam sekali, ini tuh aset masa depanku sayang tapi kamu malah memukulnau, tanpa tongkat saktiku kamu tak akan bisa menjerit jerit seperti tadi malam" omel Max seperti ibu-ibu komplek.

"Mana coba lihat" pinta Emma.

Max pun terlentang dan langsung menurunkan ce*ana dalamnya.

"Tuh merah kan" kesal Max yang melihat tongkat saktinya memerah akibat pukulan dari istrinya.

Emma memegang milik suaminya, dan lama kelamaan tongkat sakti itu mulai mengeras.

"Ck, lihatlah milikmu masih berfungsi jadi tidak usah lebay Max" ketus Emma.

"Dan kamu harus bertanggung jawab nyonya, karena kamu sudah membuatnya bangun. sepertinya melakukannya di pagi hari akan sangat menyenangkan".

"Tidak" tolak Emma ingin kabur namun Max sudah lebih dulu menangkap tubuhnya.

"Kau tak bisa lari dariku nyonya" ucap Max langsung menghempaskan tubuh sang istri di atas ranjang.

Dan terjadilah adegan iya-iya, silahkan kalian berimajinasi sendiri guys😂

******

Promo novel kisah Arga wijaya adik Raka Wijaya di novel perjodohan dengan Ceo di F*ZZ* guys🙏

"Gugurkan anak dalam kandunganmu Zara,  papa tak mau pernikahanmu dengan Johan batal" perintah Steven.

Namun Zara menggelengkan kepalanya,  ia akan mempertahankan anak yang ada di dalam kandungannya.

"Ada apa ini om" tanya Johan yang baru saja masuk kedalam rumah Steven.

Steven merasa gugup dengan kehadiran Johan ke rumahnya,  ia takut Johan akan tahu kehamilan Zara dan akan membatalkan pernikahannya dengan Zara.

Berbeda dengan Intan yang justru merasa senang dengan kehadiran Johan,  ini kesempatan untuknya menggagalkan pernikahan mereka.

"Kak Zara hamil Kak Johan" lirih Intan sambil menundukkan keapalanya.

Johan kaget mendengar ucapan Intan yang mengatakan kalau calon istrinya hamil.

"Apa benar itu Zara" tanya Johan suara dingin.

Zara tak menjawabnya,  bukan karena takut pernikahannya dengan Johan gagal, karena pada dasarnya dia tidak mencintai Johan,  ia menerima Johan karena di paksa oleh orang tuanya.

Dia takut Johan akan marah dengan keluarganya dan membatalkan kerjasama perusahaanya dengan perusahaan ayahnya.

"Kenapa kamu tidak menjawab hah" sentak Johan membuat Zara memejamkan matanya karena takut.

"Kita bisa selesaikan masalah ini nak Johan,  kita akan membujuk Zara untuk menggugurkan kandungannya"Timpal Steven karena melihat keterdiaman putrinya.

"Tidak,  sampai kapanpun Zara akan mempertahankan anak ini" sahut Zara tak terima.

Johan mendekat ke arah Zara lalu mencengkram kedua pipinya.

"Aku tak akan membiarkanmu mengandung anak haram itu,  zara" ucap Johan dengan penuh penekanan,  setelah itu ia menghempas wajah Zara.

Entah apa yang ada dipikiran orang tua Zara,  melihat anaknya di perlakukan begitu oleh Johan namun mereka hanya diam saja.

Intan mengepalkan tangannya melihat Johan yang tetap ingin menikahi kakaknya.

Pegangi dia om,  kita harus bawa Zara ke klinik untuk menggugurkan kandungannya.

Steven pun mengangguk lantas memegangi kedua tangan putrinya dan menyeretnya keluar menuju ke mobil Johan.

"Zara mohon pa,  biarkan Zara mempertahankan kandungan Zara" pinta Zara dengan derai air mata membasahi wajahnya.

"Jangan egois Zara,  papa melakukan ini demi perusahaan kita"

Zara langsung menghempaskan tangan papanya yang memeganginya,  ia menatap nyalang kedua orang tuanya.

"Siapa yang egois hah,  selama ini Zara sudah mengikuti mau kalian tapi tak sedikit pun kalian menghargai keputusan Zara. Zara punya perasaan dan punya keinginan pa,  Zara bukan patung yang harus mengikuti semua keinginan kalian" ucap Zara dengan nafas naik turun mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Zara akan mempertahankan anak ini dan akan membatalkan pernikahan Zara dengan Johan" tegas Zara.