Bukan Sekedar Sugar Daddy

Bukan Sekedar Sugar Daddy

BAB. 1 Hambar

Plakk!

"Sudah berani melawan kamu ya," kata pria paruh baya pada seorang pria yang tak lain ialah menantunya.

Edwin hanya bisa menghela nafas berat karena usahanya untuk membujuk sang mertua agar tidak lagi ikut campur rumah tangganya itu sia sia. Dia justru mendapat tamparan dari mertuanya karena sudah dianggap melawan kehendak sang mertua.

Edwin pulang kerumah nampak sepi, lampu-lampu di beberapa ruangan sudah dimatikan pelayan, hanya ada lampu utama di ruang tengah yang masih menyala dan beberapa lampu diluar rumah.

Pria yang bernama lengkap Edwin Pranata itu ialah seorang pengusaha berusia 35 tahun, memiliki wajah tampan, bertubuh tinggi dan gagah. Dia sangat sempurna, namun semua itu percuma karena hidupnya tak bahagia.

Edwin langsung mendatangi kamar utama miliknya ingin segera bertemu dengan sang istri yang ia rindukan. Membuka pintu, Edwin melihat kamar nampak gelap tidak ada lampu yang meneranginya, hanya sorot lampu balkon saja yang terlihat. Edwin menekan saklar, menghidupkan lampu agar membuatnya bisa melihat isi kamar.

Edwin tersenyum kecut melihat ranjang dikamarnya masih kosong dan rapih, tidak ada sosok istrinya di sana padahal ini sudah larut malam tapi sang istri belum juga pulang ke rumah.

Edwin ingin setiap kali dirinya pulang bekerja sang istri ada di rumah, menyambut kedatangannya, makan malam bersama, bercerita tentang apa yang dilakukan hari ini atau setidaknya menghabiskan waktu bersama sebelum mereka tidur.

Namun semua hanyalah keinginan. Berulang kali Edwin menyampaikan pada sang istri namun wanita cantik bernama Mona itu tidak mau melakukan semua itu. Mona seorang wanita karir, baginya karir lah yang lebih utama dibandingkan Edwin suaminya.

Edwin merasa dirinya tidak dibutuhkan oleh sang istri. Wanita cantik itu terlalu mandiri bahkan untuk memenuhi kebutuhannya Mona tidak pernah menggunakan uang nafkah yang Edwin berikan.

Rumah tangga semakin hambar Edwin rasakan karena Mona tak kunjung hamil dan punya anak, ternyata wanita itu menolak hamil dengan meminum pil kontrasepsi selama hampir sepuluh tahun menikah.

Edwin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah tadi membersihkan tubuhnya terlebih dahulu di kamar mandi.

Ceklek. Pintu kamar terbuka, munculah sosok sang istri yang baru pulang bekerja. Mona pulang ke rumah pukul 11.00 malam membuat sang suami menunggunya.

"Baru pulang, Sayang?" tanya Edwin mendudukkan kembali tubuhnya yang tadi sudah rebahan.

Mona menoleh pada Edwin lalu mengangguk, menutup pintu terlebih dahulu, kemudian menghampiri sang suami dan ikut duduk di tempat tidur.

"Sudah makan?" tanya Mona.

"Sudah, tadi makan malam sama klien," jawab Edwin.

Mona mengangguk.

"Besok aku harus pergi ke Medan, galeri yang dibuka disana akan diresmikan," ucap Mona, itu bukan sebuah permintaan izin melainkan pemberitahuan. Mona sedang memberitahu Edwin mengenai keberangkatannya besok pagi, karena ia tak butuh izin Edwin untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Selama ini juga Mona akan pergi kemanapun meski sang suami tidak mengizinkannya.

Edwin mendengus sebal istrinya benar-benar tidak ada waktu untuknya bahkan besok pagi akan pergi ke Medan. Edwin ingin melarang, tapi ia hafal tabiat istrinya yang akan tetap pergi meski dirinya melarang.

"Berapa hari?" tanya Edwin.

"Satu minggu, dan minggu depan aku sudah kembali karena perusahaan papa juga sedang butuh aku."

"Aku juga butuh kamu, Mona," ucap Edwin menatap Mona penuh arti, namun Mona justru menanggapinya dengan kekehan seolah perkataan Edwin itu hanyalah main-main.

"Kamu kan sudah biasa aku tinggal, Mas, lagi pula kamu baik-baik saja saat aku tinggal," ucap Mona.

"Aku tidak pernah baik-baik saja kamu tinggal, Mona, aku ingin kamu selalu ada disisi ku, aku sekarang sudah kaya, aku bisa menghidupi kamu bahkan hingga anak cucu kita tanpa kamu harus bekerja."

Mona terkekeh lagi. "Uangku bahkan lebih banyak darimu, Mas, tapi jalan pikiranku tidak seperti kamu. Bagiku bekerja dan berkarir itu adalah sesuatu yang menyenangkan karena bisa terus mengembangkan diri."

"Tapi kamu sudah menikah, Mona, kamu tidak bisa seperti ini terus, kamu juga harus melayani aku sebagai suamimu. Oke lah dulu aku mengalah membiarkan kamu bekerja karena gaji ku tidak cukup untuk menghidupi kamu, tapi sekarang aku sudah kaya, kamu tidak perlu bekerja lagi. Aku ingin kamu menggunakan uangku untuk memenuhi semua kebutuhanmu."

Mona mengecup sekilas bibir Edwin yang terus bicara. "Kamu tahukan aku ini anak tunggal, Mas? Aku yang akan meneruskan bisnis orang tuaku jadi kamu tidak bisa mencegahku untuk terus bekerja."

"Aku bisa menggantikanmu menghandlenya."

"Tidak bisa, Mas, orang tuaku tidak percaya sama kamu," ucap Mona membuat Edwin tersenyum kecut.

Edwin memilih turun dari ranjang ia ingin ke balkon kamar, mencari angin segar disana. Berbicara dengan Mona selalu membuat Edwin sakit, tapi ia sangat mencintai wanita itu.

Edwin mengurungkan niatnya saat Mona kembali bicara.

"Kamu harus mengerti aku, Mas, aku tidak bisa meninggalkan perusahaan dan aku juga tidak bisa meninggalkan hobiku. Memiliki banyak galeri lukis adalah impianku dan kamu tahu itu."

Edwin berbalik, menatap lekat pada mata sang istri. "Aku tidak akan melarangmu bekerja bila kamu bisa mengatur waktu untukku, tapi nyatanya selama ini kamu sama sekali tidak memiliki waktu bahkan hanya sekedar makan malam bersama saja kita sudah lama tidak melakukannya. Dan mengenai anak, aku ingin kita segera punya anak, Mona."

"Aku belum siap punya anak, Mas," ucap Mona.

"Selalu itu yang kamu katakan." Lagi-lagi Edwin tersenyum kecut.

"Dulu saat aku miskin kamu mengatakan belum siap karena takut aku tak bisa menghidupi kalian. Sekarang aku sudah kaya kamu masih saja mengatakan belum siap. Sebenarnya apa yang membuatmu belum siap punya anak, Mona, kita ini sudah menikah hampir 10 tahun," sambungnya.

"Aku belum siap direpotkan dengan anak kita, Mas," ucap Mona membuat Edwin geleng-geleng tak percaya.

"Kamu cukup hamil dan lahirkan dia, setelah itu aku yang akan merawatnya," tegas Edwin.

"Tapi, Mas_"

"Aku yang akan merawatnya, Mona!" seru Edwin yang sudah tak tahan dengan sikap Mona.

"Tetap saja aku yang hamil dan melahirkan, aku belum siap, Mas."

"Lalu kapan kamu akan siap? Umur kamu sudah 33, Mona, diumur segitu seharusnya seorang wanita sudah siap hamil dan punya anak. Kita sudah menikah hampir 10 tahun, aku ingin kita punya anak."

"Aku masih disibukkan dengan pekerjaan dan galeri aku, Mas, tunggu satu atau dua tahun lagi aku pastikan kita punya anak."

Edwin bergeming, ia ingin memliki anak sekarang tapi sang istri terus saja menundanya. Mona meraih tangan Edwin lalu menariknya ketepi ranjang. Mereka duduk berhadapan disana.

Mona mengecup sekilas bibir Edwin, pria itu masih saja diam dengan menatap wajah sang istri tanpa mengeluarkan satu kata pun.

"Satu atau dua tahun lagi aku janji akan hamil dan melahirkan anak untukmu."

*

*

Jangan lupa beri dukungan buat author, tinggalkan like, komen, vote dan kembang setaman ya..🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Ayada Ayada

Ayada Ayada

hadir

2024-02-02

2

🌺awan's wife🌺

🌺awan's wife🌺

hadir

2023-12-12

0

Tara

Tara

good Wife stay n take care family at home

2023-12-03

1

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!