Married With Daddy

Waktu pun terus berlalu dan di saat Miranda sudah melihat sosok Daniel pulang. Miranda pun segera melancarkan rencananya.

“Kak Dan baru pulang ya.. Apa perlu saya siapkan air hangat buat mandi.” Ucap Miranda dengan nada genit.

“Tidak perlu.” Ucap Daniel dingin dan segera melangkah menuju ke kamarnya.

“Hmm sangat susah. Aku kira aku bisa langsung masuk ke dalam kamarnya.” Gumamnya Miranda dalam hati lalu dia melangkah menuju ke ruang keluarga.

“Hmm tunggu saja nanti kalau dia keluar dari kamar akan aku dekati.” Gumam Miranda lagi di dalam hati sambil mendudukkan pantatnya di sofa.

Dan benar beberapa menit kemudian Daniel yang sudah lapar pun segera keluar dari kamarnya setelah selesai mandi. Dia langsung menuju ke ruang makan. Miranda yang melihat langsung mengikuti langkah kaki Daniel dan ikut duduk di kursi makan. Miranda berusaha melayani Daniel dengan baik.

“Maaf Kak, aku disuruh Tante menginap di sini. Tadi beli beli buat persiapan lamaran sampai malam. Sekarang Tante di kamar karena kecapekan.” Ucap Miranda sambil mengambilkan nasi buat calon suami.

“Hmmm.” Gumam Daniel dan dia makan dengan cepat agar bisa segera kembali masuk ke dalam kamar.

Tampak Miranda mulai gelisah karena ingin melaksanakan rencananya.

“Hmmm bagaimana aku menaruh ke dalam minumannya ya.. ini kesempatan.” Gumam Miranda dalam hati yang sudah siap membawa obat perangsang.

“Kenapa tidak tadi saja aku taruh obat ini.” Gumam Miranda di dalam hati yang menyesali terlambat ide datang.

Miranda pun punya ide baru, dia secara sengaja meminum air putih yang ada di depan Daniel, air putih di dalam gelas yang tertutup yang sejak tadi sudah disiapkan oleh Ibu pelayan.

Daniel mengeryitkan dahinya melihat air putihnya diminum oleh Miranda.

“Oooh maaf tidak sengaja saking hausnya aku. Aku ganti yang baru ya..” ucap Miranda sambil bangkit berdiri dia melangkah menuju ke dapur untuk mengambil gelas bersih.

Miranda tersenyum senang dan kini dia sudah membawa satu gelas air putih yang sudah diisi dengan obat perangsang. Obat itu tidak berasa dan tidak berwarna jika dimasukkan ke dalam air.

Miranda menaruh gelas minum yang baru di depan Daniel dan dia kembali duduk sambil meminum lagi air putih yang tadi dia minum. Jantung Miranda berdebar debar menunggu detik detik Daniel minum air putih yang telah dia sediakan.

Dan beberapa saat kemudian ...

GLEK GLEK GLEK GLEK

Daniel meminum habis air putih yang ada di depannya tanpa rasa curiga sedikitpun.

“Terima kasih sudah menemani aku makan.” Ucap Daniel lalu bangkit berdiri dan segera berjalan menuju ke kamarnya.

“Kak..” ucap Miranda yang tidak menyangka Daniel langsung pergi. Daniel pun tidak menoleh dan terus berlalu masuk ke dalam kamar.

“Hmmm aku punya akal lagi.” Gumam Miranda sambil tersenyum licik.

Miranda pun segera melangkah menuju ke kamar Nyonya Frederick.

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

“Tante.. Tante...” panggil Miranda

Tidak lama kemudian...

“Ada apa Mir?” tanya Nyonya Frederick saat membuka pintu dan melihat sosok Miranda yang sedang memijit mijit kepalanya.

“Tante kok kepala saya pusing ya, bisa minta tolong Kak Dan memeriksa tensi saya tidak ya. Saya tadi sudah menemani makan malam Kak Dan, tapi saya takut ngomong. Kak Dan begitu acuh tak acuh pada saya.” Ucap Miranda dengan suara pelan sambil terus memijit mijit kepalanya.

“Okey, baiklah aku bilang ke Daniel.” Ucap Nyonya Frederick lalu melangkah keluar dari kamar sambil menggandeng Miranda.

“Tante saya ke kamar ya, rasanya pusing sekali takut jatuh. Mungkin vertigo saya kambuh.” Ucap Miranda dengan suara lirih

“Oooh.. ayo aku antar kamu ke kamar dulu.” Ucap Nyonya Frederick lalu menuntun Miranda yang pura pura sakit ke dalam kamar tamu.

Sementara itu di lain tempat di sebuah panti asuhan yang kecil di luar kota di dekat batas kota. Ada seorang gadis cantik yang menangis tersedu sedu di satu kamar kecil.

“Ternyata benar yang dibilang oleh Oma, badanku capek banget sejak pagi hari sudah harus bangun bekerja hingga malam dan makannya sedikit semua sesuai jatah saja.. hiks.. hiks.. aku masih lapar hiks.. hiks..” ucap seorang gadis cantik itu sambil menangis tersedu sedu dan terbaring di atas kasur yang tipis di atas lantai. Dan gadis cantik itu tidak lain adalah Bebby.

“Beb, kalau kamu masih lapar ayo kita ke dapur buat mie instan boleh kok. Kalau masih ada nasi juga boleh buat nasi goreng.” Ucap Erna teman kamar Bebby.

“Ayo aku ditemani ya, aku takut di dapur sendiri dan tidak bisa menyalakan api pakai kayu bakar.” Ucap Bebby sambil mengangkat kepala dan punggungnya.

“Ayo, besok lagi kalau makan ambil nasi yang banyak. Harus irit pakai lauk dan sayur nya.” Ucap Erna teman kamar Bebby lalu menarik tangan Bebby dan diajak keluar dari kamar untuk menuju ke dapur.

“Bukannya kita harus makan sayur dan lauk yang banyak Er...” gumam Bebby yang didengar oleh Erna .

“Di sini tidak bisa Beb, lauk dan sayur Cuma sedikit dibagi bagi buat semua penghuni panti. Hanya nasi ada agak banyak, tapi sekarang juga sedikit berkurang karena harga beras terus naik. Kamu tidak boleh sakit Beb, makan nasi yang banyak biar tidak merasa lapar biar tidak masuk angin. Agar bisa bekerja dan dapat kembali kuliah, katanya kamu mau daftar di universitas terbuka yang bisa kuliah di sini sambil bekerja.” Ucap Erna sambil terus menuntun tangan Bebby yang terasa dingin karena kelaparan.

Kita tinggalkan sejenak Bebby yang sedang membuat mie instan atau nasi goreng dengan Erna di dapur sebuah panti asuhan di malam hari.

Kembali ke Mansion Frederick. Daniel yang disuruh oleh Nyonya Frederick untuk memeriksa Miranda tidak bisa menolak. Daniel pun segera membawa alat medisnya menuju ke kamar tamu tempat Miranda menginap. Sedangkan Nyonya Frederick langsung melangkah menuju ke kamarnya.

“Kenapa tubuhku terasa panas begini ya.” Gumam Daniel sambil membuka pintu kamar Miranda yang tidak dikunci.

Daniel segera mendorong daun pintu kamar tamu yang ditempati oleh Miranda. Sesaat terlihat Miranda terbaring di atas tempat tidur dengan mata terpejam tetapi di dalam hatinya dia tersenyum senang.