Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepaskan semuanya
Arjuna masih tetap mematung di atas ranjang dengan selembar kertas yang masih ia genggam.
Wajahnya mendongak dengan beberapa bulir air mata yang sudah membasahi kedua bilah pipinya. Sesesak itu sungguh sangat sesak.
Arjuna pernah di salahkan walau tidak salah. Ia sering di marahi hanya karna dirinya marah, lalu sekarang istrinya menghakimi dirinya tanpa membeli ruang untuk Arjuna menbela diri dan menjelaskan semuanya.
Sakit? Ooh jelas.
Adilkah semua ini di dapatkan olehnya?
Arjuna meraih gawainya. Menghubungi beberapa orang yang selalu ia tugaskan untuk memantau istrinya serta ketiga putrinya.
Arjuna sangat marah, ia sudah menugaskan beberapa orang untuk mengawasi istrinya tapi ia masih kecolongan. Beberapa umpatan ia berikan kepada orang-orangnya. "Apa gunanya aku mrmbayar kalian? Hah ... Bukankah aku menyuruh kalian untuk mengawasi dan mengikuti istriku."
Orang-orang Arjuna hanya diam membisu dan tak menbantah, mereka juga bersalah karna tidak mengikuti kemana istri dari Tuannya pergi. Mereka mengira jika Elis benar-benar mengantar sekolah putrinya karna di sekolah putrinyapun Arjuna menugaskan seseorang terlatih untuk menjaga Elis.
Arjuna tidak mengira Elis akan pergi. Arjuna hanya menugaskan orang-orangnya agar istrinya terlindungi dari orang-orang yang berniat jahat terhadapnya.
Arjuna sudah mengerahkan orang-orangnya untuk melacak keberadaan istrinya.
Pria yang masih berstatus suami Elis itu menapaki kakinya di lantai kamar. Rasa dingin menyapa telapak kaki Arjuna. Ia melangkahkan kakinya membawa tubuhnya menuju ruang kerjanya. Arjuna akan mengecek Cctv untuk.
Arjuna kembali meloloskan air matanya. Elis benar-benar perencana yang baik, bahkan Elis sudah mengirimkan barang-barangnya terlebih dulu. Sialnya plat nomor mobil yang di gunakan seseorsng unyuk mengantarkan Elis juga barang-barangnya merupakan plat nomor palsu sehingga Arjuna tak bisa melacak keberadaan Elis dan krtiga putrinya.
"Kemana kau pergi Elis?"
Tidak ada sanak saudara yang di miliki Elis, ia sebatang kara saat di nikahi oleh dirinya. Persis seperti para istri di serial tv ikan terbang.
Arjuna menyandarkan punggungnya, memijat pelipisnya juga. Ia tidak bisa berdiam diri seperti ini. Ya Arjuna haris mencati keberadaan istrinya sekarang juga srbelum Elis semakin jauh melangkah.
.
Dua hari sudah Arjuna mencari keberadaan Elis, tidak tanggung-tanggung Arjuna bahkan mengerahkan tim khusus untuk menemukan keberadaan istrinya, namun hingga detik ini Arjuna belum mendapatkan kabar baik tentang keberadaan istrinya.
"Tuan pulanglah. Makan dan istirahat yang benar. Saya dan mereka akan mencari keberadaan nuonya." ucap asisten Arjuna.
"Aku tidak bisa pulang Leo, istri dan ketiga putriku masih belum di ketahui keberadaannya. Mereka pasti membutuhkamku di luar sana."
"Tapi Tuan butuh istirahat, jika tidak istirahat Tuan akan sakit dan justru akan menghambat pencarian nyonya." Benar juga ia harus pulang. Tubuhnya bukan mesin, ia butuh istirahat.
Dengan sejumlah kekecewaan Arjuna pulang kerumahnya, dengan tubuh yang amat kacau ia lesu, selama dua hari ia tidak mandi tidak tidur pula. Tapi Arjuna tidak melupakan kewajibannya sebagai hamba. "Ya Allah apa shalatku di terima kemarin padahal aku menghadapmu dalam keadaan tidak sopan serta kotor tarna tidak mandi." Arjuna bertekad akan membenahi diri, agar Tuhannya mengabulkan do'anya dan bersedia mengembalikan istrinya. Ya Arjuna akan membujuk Tuhannya mulai sekarang, bukankah selain usaha ia juga memerlukan doa.
Saat Arjuna sampai di rumahnya. Ibunya sudah menyambutnya dengan Amarah yang luar biasa besar.
"Dasar Anak kurang ajar! Anak Durhaka! Anak tidak tau Diri! Beraninya kau menceraikan Aida." Dengan tanpa melihat situasi ibu Sri memaki putranya habis-habisan.
"Dia baru saja kehilangan sedangkan kau dengan tega malah menceraikannya. Aku sebagai sesama wanita saja dapat merasakan sakitnya. Tapi kau yang suaminya berlaku se enaknya di mana hatimu Arjunaaaa!!!" teriak ibu Sri.
"Hatiku sudah matii. Lalu di mana perasaan Mama? saat istriku Elis baru saja kehilangan calon bayi kami, Mama memaksa dan mengancamku untuk menikahi wanita itu."
"Aku yakin ada hal janggal dengan kehamilannya. Aku sudah memeriksa cctv di rumah Mama malam itu. nyatanya kalian yang menjebakku. Aku tidak menyentuhnya sama sekali. Sayangnya aku terlalu menyayangimu Ma, aku terlalu percaya padamu. Ku pikir seorang ibu tidak akan tega berbuat curang terhadap putranya. Namun kebenarannya kau menghancurkan hidup putramu sendiri."
"Aku tidak pernah menceritakan keburukan Mama terhadap istriku. Aku menyayangi dan menghormati Mama, aku selalu menuruti Mama dan meyakinkan diri agar terus berbakti padamu. Tapi, tapi semua itu membawaku dalam kehancuran. Istriku pergi membawa ketiga putriku. Mereka kecewa terhadapku karna terlalu menuruti apa kata Mama. Mama puas sekarang?"
Mama Sri terdiam, putranya terlihat tak berdaya di hadapannya.
"Terserah Mama mau melakukan apa. Yang jelas aku tak akan kembali kepada wanita itu. Kami sudah selesai, perceraian kami tengah di proses." Arjuna melangkahkan kaki menuju kamarnya.
"Arjuna, tunggu. Aida ada di sini, bicarakan baik-baik masalahnya, jangan bercerai Arjuna!" Arjuna tak perduli ia tetap meninggalkan Mamanya.
Sesampainya di kamar Arjuna menghempaskan tubuhnya, ia perlu tidur. Namun matanya tidak juga terpejam sekuat mungkin ia mencobanya.
Arjuna meraih laci kamarnya ia berniat mengambil penutup mata, namun matanya teralihkan akan sebotol obat yang Arjuna tau itu obat tidur, tersisa beberapa butir pil di dalam botol itu. "Sejak kapan Elis mengkonsumsi obat tidur?" sungguh Arjuna tidak tau.
Penyesalan kembali merambati hatinya, "Sebegitu tersiksanya dirimu Elis, sampai kau membutuhkan obat tidur. Apa aku tak cukup untuk menenangkanmu?"
Arjuna kembali keluar kamar, sebaiknya ia istrirahat di tempat lain. Semua hal di kamar itu selalu mengingatkannya terhadap Elis.
Namun saat ia hendak pergi keluar sayup-sayup ia mendengar perbicaraan antara Mamanya dan Aida. Arjuna bukan berniat lancang, tapi ia penasaran sehingga Arjuna memutuskan untuk menelinga, serta mencuri dengar apa yang ia bicarakan kedua wanita berbeda usia itu.
"Bagai mana ini. Ma? Aku akan benar-benar kehilangan Arjuna. Aku tak akan bisa menjeratnya lagi dengan alasan seorang anak. Rahimku juga bermasalah aku tak mungkin mencuri benihnya di rumah sakit untuk melakukan prosedur instalasi bayi tabung, dan meletakan embrio di rahimku kembali seperti waktu itu Ma. Aku kalah Ma." Aida terisak di pelukan mertuanya.
"Pasti ada cara lain Aida. Kita harus-"
Prok ... Prookkk ..
Suara tepukan tangan menggema dan mengagetkan kedua mertua dan menantu itu.
"Kalian bukan manusia! Kalian jelmaan iblis! Demi Tuhan aku tidak mengira wanita yang paling kuhormati bersekutu dengan iblis seperti Aida."
"Aku benar-benar menyesal sudah menurutimu! Kau menghancurkan hidupku."
"Arjuna jaga bicaramuuu! Aku ibumuuu!"
"Tak ada seorang ibu yang menghancurkan hidup anaknya sendiri!"
Aida sudah menangis ketahutan. Arjuna mendekat ke arah Aida dan mencengkar leher wanita itu dan menekannya ke atas kasurnya. Ya Arjuna mencekik Aida,. "Kau bukan manusia, kau patut mati Aida."
"Arjuna lepaskan." Mama Sri mencoba melepas cengkraman. Tangan putranya dari leher Aida.
"Nyebut Arjuna. Kau bisa masuk penjara!" ujar Mama Sri.
Lidah Aida sudah menjulur ia nyaris kehilangan nyawanya.
Duak ...
Mama Sri tak memiliki pilihan selain melukai Arjuna menggunakan pot bunga. Mama Sri menghantam kepala Arjuna menggunakan pot yang berada di atas nakas.
Berhasil Arjuna melepaskan cengkramannya. Darah segar mengucur dari kepalanya. Arjuna menggelengkan kepalanya yang pusing ia nyaris tumbang karna perbuatan Mamanya sendiri.
"Mama peringatkan sekali lagi. Jika kau menceraikan Aida, Mama tak akan menganggapmu sebagai anakku lagi. Mama akan mencoretmu dari ahli waris Mama."
"Lakukan apapun inginmu Ma, aku akan pergi dari hidup Mama. Aku menyesal mengapa tidak dari dulu melakukan ini. Aku sudah kehilangan istri dan anak-anakku bukan masalah jika aku harus kehilangan satu orang lagi." Dengan sepyongan Arjuna berjalan keluar dari rumahnya ini saatnya ia harus melepaskan semuanya.
Arjuna akan memulai hidupnya dari nol, akan membuka lembaran baru sembari mencari keberadaan istri dan anak-anaknya.